Gejala Hidrosefalus dan Cara Penceganannya, Kenali Secepatnya Sebelum Terjadi Kerusakan Otak
Hidrosefalus terjadi ketika terdapat akumulasi cairan otak yang berlebihan di dalam kepala. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat mengakibatkan disabilitas.
Hidrosefalus yang tidak segera mendapatkan penanganan dapat mengakibatkan kerusakan otak serta berpotensi menyebabkan disabilitas. Kondisi ini ditandai dengan penumpukan cairan otak yang berlebihan di dalam rongga otak. "Hidrosefalus terjadi ketika produksi, distribusi, dan penyerapan cairan otak tidak seimbang. Kondisi ini dapat dialami oleh siapa saja, tetapi lebih umum terjadi pada bayi dan orang berusia di atas 60 tahun," jelas dokter spesialis bedah saraf dari RS EMC Cikarang & Alam Sutera, Lukas Galileo Malau, dalam artikel yang dipublikasikan di laman EMC, dikutip pada Senin (4/11/2024).
Lukas juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa penyebab terjadinya hidrosefalus, antara lain:
-
Di mana kasus antraks ini terjadi? antraks terjadi di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kecamatan Semanu.
-
Apa itu misokinesia? Misokinesia, yang berarti 'kebencian terhadap gerakan,' adalah fenomena yang melibatkan respon emosional negatif yang kuat terhadap melihat gerakan kecil dan repetitif yang dilakukan orang lain.
-
Siapa yang mengatakan bahwa anjingnya malas? Tamu yang datang berkata, "Anjingmu sepertinya terlalu malas untuk bekerja."
-
Kapan Hari Stroke Sedunia diperingati? Setiap 29 Oktober, masyarakat dunia memperingati Hari Stroke Sedunia.
-
Kapan haid dianggap tidak lancar? Siklus haid yang normal umumnya adalah 28-35 hari. Tapi nyatanya hal ini tidak terjadi pada semua perempuan. Ada yang mengalami haid tidak lancar. Kadang tidak rutin sekali dalam sebulan, bisa saja sekali dalam dua bulan atau tiga bulan.
-
Apa yang dimaksud dengan kata-kata diam dalam konteks ini? Kata-kata diam adalah salah satu cara yang efektif untuk menggambarkan bagaimana kita diam apa makna di balik diamnya kita.
- Perdarahan di dalam otak akibat kelahiran prematur.
- Perkembangan otak dan tulang belakang yang abnormal, yang dapat menyumbat aliran cairan otak.
- Infeksi selama kehamilan yang dapat menyebabkan peradangan pada otak janin, seperti rubella atau sifilis.
- Kelainan bawaan, seperti sindrom Dandy-Walker.
Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hidrosefalus pada semua kelompok usia, termasuk:
- Tumor di otak atau saraf tulang belakang.
- Perdarahan di otak akibat cedera kepala atau stroke.
- Infeksi pada otak dan saraf tulang belakang, seperti meningitis dan ensefalitis.
- Cedera atau benturan pada kepala yang berdampak pada otak.
Gejala Hidrosefalus
Hidrosefalus pada bayi ditandai dengan peningkatan ukuran kepala yang cepat. Selain itu, terdapat benjolan lunak yang muncul di bagian ubun-ubun kepala. Gejala lain yang mungkin dialami bayi dengan kondisi ini termasuk:
- rewel;
- mudah mengantuk;
- menolak untuk menyusu;
- muntah;
- hambatan dalam pertumbuhan;
- kejang-kejang.
Pada anak-anak, orang dewasa, dan lansia, gejala hidrosefalus dapat bervariasi tergantung pada usia. Beberapa gejala yang mungkin muncul adalah:
- nyeri kepala;
- penurunan kemampuan ingatan dan konsentrasi;
- mual dan muntah;
- gangguan penglihatan;
- masalah dalam koordinasi tubuh;
- kesulitan menjaga keseimbangan;
- kesulitan dalam menahan buang air kecil;
- pembesaran kepala.
"Hidrosefalus yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan dalam perkembangan fisik dan intelektual anak. Pada orang dewasa, hidrosefalus yang terlambat ditangani dapat menyebabkan gejala menjadi permanen," jelas Lukas. Oleh karena itu, penting untuk segera mencari pertolongan medis jika gejala-gejala ini muncul, agar penanganan dapat dilakukan dengan tepat. Penanganan yang cepat dan tepat dapat membantu mencegah komplikasi lebih lanjut dan mendukung perkembangan yang sehat bagi pasien.
Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan secepatnya pada anak-anak dan orang dewasa yang menunjukkan beberapa gejala tersebut. Jika bayi mengalami gejala-gejala berikut, segera cari bantuan medis:
- Muncul Garis Hitam di Kuku, Kenali Kondisi yang Bisa Menyebabkan dan Cara Mengatasinya
- 9 Penyebab Lidah Pecah-pecah yang Perlu Diwaspadai, Begini Cara Mengatasinya
- Ada Ibu Hamil Tapi Dibiarkan Berdiri, Perempuan Ini Tunjukkan Sikap Tidak Acuh Orang Sekitar yang Bikin Geram
- 5 Penyebab Ingus Berdarah yang Perlu Diwaspadai, Begini Cara Mengatasinya
- Kesulitan saat menyusu atau makan;
- Sering muntah tanpa alasan yang jelas;
- Menangis dengan suara melengking;
- Berbaring terus-menerus dan enggan menggerakkan kepala;
- Sesak napas;
- Kejang.
Gejala-gejala ini bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan serius yang memerlukan perhatian medis. Penting untuk tidak menunda pencarian pertolongan agar kondisi dapat ditangani dengan tepat dan cepat.
Diagnosis Hidrosefalus
Hidrosefalus pada bayi ditandai dengan pembesaran bentuk kepala. Sementara itu, untuk pasien dewasa, diagnosis hidrosefalus biasanya dilakukan oleh dokter melalui serangkaian tanya jawab tentang gejala yang dirasakan, diikuti dengan pemeriksaan fisik. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemindaian menggunakan USG, CT scan, atau MRI. Prosedur pemindaian ini bertujuan untuk memastikan diagnosis, mengidentifikasi penyebab hidrosefalus, serta mendeteksi kemungkinan adanya kondisi lain yang berkaitan dengan gejala yang dialami pasien.
Cara Pengobatan Hidrosefalus
Hidrosefalus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, yang berdampak pada perkembangan fisik dan mental seseorang. Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, kondisi ini sering kali berujung pada konsekuensi yang fatal. Namun, dengan pengobatan yang sesuai, pasien memiliki peluang untuk menjalani kehidupan yang normal meskipun mungkin mengalami beberapa keterbatasan. Terapi yang umum dilakukan biasanya meliputi pembedahan untuk memasang shunt, yaitu sebuah tabung plastik fleksibel yang berfungsi untuk mengalirkan cairan serebrospinal ke bagian tubuh lain yang dapat menyerapnya secara efektif.
Selain pemasangan shunt, terdapat juga terapi lain yang dikenal sebagai ventrikulostomi. Prosedur ini mirip dengan pemasangan shunt, tetapi tidak menggunakan alat permanen; melainkan hanya memasang selang sementara yang mengalirkan cairan serebrospinal keluar dari kepala. Metode lain yang dapat digunakan adalah endoskopi, yang bertujuan untuk menghubungkan rongga-rongga cairan di dalam otak, sehingga membantu mengurangi tekanan akibat penumpukan cairan. Dengan berbagai pilihan terapi ini, pasien hidrosefalus memiliki harapan untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Cara Mencegah Hidrosefalus
Pencegahan hidrosefalus kongenital sebaiknya dimulai sejak masa kehamilan. Oleh karena itu, ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan secara rutin agar jika terjadi infeksi virus, dapat segera terdeteksi dan ditangani. "Pastikan bahwa ibu hamil, bayi, dan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap sesuai dengan jadwal pemerintah." Beberapa faktor penyebab hidrosefalus, seperti infeksi rubella, meningitis, dan ensefalitis, dapat dicegah melalui imunisasi yang tepat. Sementara itu, hidrosefalus yang diperoleh setelah lahir dapat diatasi dengan mengobati penyebab yang mendasarinya.