Fakta Baru Kasus Antraks di Gunungkidul, Warga Konsumsi Ternak Mati
Tiga orang meninggal dunia diduga karena konsumsi ternak sapi yang telah mati sebelum disembelih
Tiga orang meninggal dunia diduga karena konsumsi ternak sapi yang telah mati sebelum disembelih
Fakta Baru Kasus Antraks di Gunungkidul, Warga Konsumsi Ternak Mati
Kasus antraks di Gunungkidul telan korban. Hingga Rabu (5/7), dilaporkan tiga orang meninggal dunia dan diduga disebabkan oleh antraks. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, tiga orang yang meninggal karena antraks sama-sama berdomisili di Kecamatan Semanu. Selain itu ada kasus lain di Karangmojo, namun tidak ada yang meninggal di sana.
-
Apa saja gejala antraks pada manusia? Gejala antraks pada manusia bervariasi tergantung pada jenis infeksi dan bagian tubuh yang terinfeksi. Gejala umumnya termasuk demam, lesu, nyeri tubuh, batuk, sesak napas, mual, muntah, diare, dan pembengkakan area yang terinfeksi.
-
Apa ciri khas hewan terinfeksi antraks? Ada beberapa ciri hewan yang terinfeksi antraks, antara lain: Hewan terlihat gelisah, Gusar karena depresi, Sesak napas, Terjadi pembengkakan, Demam mencapai 42 derajat celsius, Keluar darah berwarna kehitaman dan encer dari lubang-lubang tubuh.
-
Kapan hewan terinfeksi antraks mati? Hewan yang mengidap beberapa gejala tersebut, kematian bisa terjadi dalam waktu 1-3 hari. Gejala yang masih tergolong ringan bisa sembuh seiring berjalannya waktu. Namun, kasus ini jarang terjadi pada hewan yang sudah divonis terserang antraks.
-
Kenapa hewan terinfeksi antraks harus dikubur? Perlu diketahui bahwa hewan yang sudah terinfeksi antraks tidak boleh disembelih. Bahkan, bangkainya pun harus dikubur rapat, karena adanya bakteri yang bisa membentuk spora. Spora ini akan bertahan dalam kondisi panas dan bisa hidup bertahun-tahun lamanya.
-
Kenapa antraks berbahaya bagi manusia? Bakteri tersebut kemudian dapat berkembang biak di dalam tubuh dan menyebabkan infeksi.
-
Kenapa antraks bisa menginfeksi manusia? Manusia dapat terinfeksi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan yang terinfeksi mikroba ini.
Nadia mengatakan, laporan tiga kasus antraks tersebut merupakan kasus pertama selama tahun ini. Selain tiga kasus meninggal, Kemenkes juga melaporkan ada 93 warga lainnya di Gunungkidul yang positif antraks. Dari 93 orang tersebut, tidak semuanya dirawat di rumah sakit, melainkan ada yang sudah sembuh. “93 yang positif. Tapi kami masih lakukan penyelidikan endemik yang lebih lanjut. Ini baru laporan jumlah angkanya saja,” imbuh Siti.
Gejala Kasus Meninggal Dunia
Pada kasus suspek yang pertama, yang meninggal merupakan seorang lansia berusia 73 tahun. Ia mengeluh gejala demam, pusing, dan batuk pada 29 Mei 2023 dan sempat dirawat di rumah sakit pada 1 Juni 2023. Lansia tersebut kemudian dirujuk ke rumah sakit karena mengalami kaku leher bagian belakang. Kemudian tanggal 4 Juni 2023, ia meninggal dunia.
Kasus suspek kedua adalah lansia berusia 78 tahun. Pada awalnya, ia mengeluhkan mual dan badan membengkak. Seperti laporan yang diterima Kemenkes, lansia ini juga mengonsumsi daging sapi yang sama seperti pada kasus suspek sebelumnya. Nyawanya tidak tertolong saat dirawat di rumah sakit. Ia meninggal dunia pada 29 Mei 2023.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan, antraks terjadi di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kecamatan Semanu. Berdasarkan hasil diagnosa RS Sardjito, pasien yang meninggal pada 4 Juni 2023 dinyatakan positif antraks. Informasi kemudian ditindaklanjuti dengan menerjunkan Satgas One Health Kapanewon Semanu. Petugas menginvestigasi dan menemukan fakta baru yang mencengangkan. Dari 125 warga yang diperiksa, 85 di antaranya positif antraks. Sebagian besar dari mereka tidak ada gejala. Sementara 18 di antaranya bergejala dengan luka bengkak, diare, dan pusing. “Tentu surveilans tidak berhenti. Hingga sekarang kami masih menelusuri.” Kata Dewi.
Konsumsi Ternak Sapi yang Mati
Terkait dengan kronologi kasus meninggalnya pasien antraks, Dewi mengatakan sebelumnya pasien itu mengonsumsi hewan ternak sapi yang mati. Daging sapi itu dimasak dan dimakan. Kini Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul sedang berfokus pada penanganan dan edukasi. Ia berpesan ketika masyarakat mengonsumsi daging hendaknya memilih yang sehat.
“Kalau ada ternak mati atau sakit mendadak, kemudian disembelih itu sebaiknya tidak dikonsumsi. Ketika tidak mengonsumsi pasti tidak terkena penyakit itu,”
kata Dewi.
Kasus Antraks di Gunungkidul