Strategi NTT Cegah Antraks Sebelum Memakan Korban Jiwa
Provinsi NTT sudah tegas melarang masuknya hewan dari wilayah yang ditemukan berbagai kasus yang membahayakan ternak dan manusia.
NTT melarang masuknya hewan dari wilayah yang ditemukan berbagai kasus yang membahayakan ternak dan manusia
Strategi NTT Cegah Antraks Sebelum Memakan Korban Jiwa
Antraks mewabah di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga menelan korban jiwa. Beberapa warga diketahui meninggal dunia usai mengonsumsi daging ternak sapi yang mati mendadak.
Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Kupang langsung melakukan langkah pencegahan masuknya penyakit berbahaya tersebut, dengan memperketat sejak saat merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) di Indonesia.
Sehingga Nusa Tenggara Timur (NTT) dinyatakan masih bebas dari antraks selama pengawasan di pintu-pintu masuk seperti bandara dan pelabuhan diperketat.
Kepala BKP Kelas I Kupang, Yulius Umbu Hunggar mengatakan, NTT masih bebas dari antraks akan tetap dijaga sehingga diharapkan tidak ada korban jiwa.
"Tidak ada temuan kasus seperti itu di wilayah NTT sejauh ini," kata Yulius, Senin (10/7).
Yulius menyampaikan ini saat meninjau 1.200 ekor sapi yang melalui masa karantina di Instalasi Karantina Pertanian BKP Kupang. Seluruh ternak ini akan dikirim ke Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
Menurut Yulius, Provinsi NTT sudah tegas melarang masuknya hewan dari wilayah yang ditemukan berbagai kasus yang membahayakan ternak dan manusia.
NTT juga menutup masuknya ternak potong seperti sapi, kerbau, domba dan kuda maupun produk turunannya. Ternak yang berbahaya sebagai pembawa virus termasuk antraks juga sangat dilarang dibawa ke NTT.
"Ada berbagai macam penyakit kita antisipasi dengan menutup pintu masuk, tidak membolehkan masuknya hewan ternak maupun produknya ke NTT. Aturan dan rujukannya harus ada," ujar Yulius Umbu Hunggar.
Selain pencegahan, pemeriksaan hewan juga rutin dilaksanakan saat karantina selama 14 hari sebelum sapi diantar-pulaukan.
Untuk antraks dilakukan pemeriksaan secara klinis. Berbagai penyakit juga dideteksi termasuk PMK.
Yulius Umbu Hunggar menjelaskan, hewan dengan ciri antraks yang spesifik, seperti adanya darah yang keluar dari hidung ternak, luka pada kulit dan diare darah.
"Belum ada temuan kasus yang berkaitan dengan antraks. Mudah-mudahan tidak ditemukan dan NTT masih sehat dari antraks, maupun penyakit berbahaya lain," tutupnya. Kontributor Kupang: Ananias Petrus