Hati-hati, migrain bisa sebabkan kerusakan otak permanen!
Jangan anggap remeh migrain, karena penyakit ini ternyata bisa menyebabkan perubahan struktur otak.
Banyak orang yang mengalami sakit kepala sebelah alias migrain. Kebanyakan hanya menggunakan obat migrain untuk mengatasinya. Meski begitu ada hal lain yang perlu diwaspadai dari penyakit ini.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa migrain bisa menyebabkan kerusakan otak permanen pada manusia. Peneliti menemukan bahwa migrain bisa meningkatkan kelainan pada otak dan mengurangi materi putih serta volume otak. Kaitan dan risiko ini bahkan lebih besar pada pasien migrain yang mengalami aura.
-
Kapan Migrain Sering Menyerang? Faktanya, migrain merupakan penyakit neurologi dan menyerang seseorang pada masa puncak kehidupannya, antara usia 30 dan 49 tahun.
-
Bagaimana cara mencegah migrain? Anda tidak bisa mencegah migrain. Namun Anda dapat mengonsumsi obat pencegah migrain seperti yang diarahkan oleh penyedia layanan kesehatan untuk mengurangi seberapa sering dan seberapa parah gejala migrain memengaruhi Anda. Anda juga dapat mempelajari lebih lanjut tentang pemicu migrain dan mencoba untuk menghindarinya.
-
Siapa Saja Yang Sering Mengalami Migrain? Lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
-
Apa itu Migrain? Migrain merupakan kondisi neurologis yang kompleks dan merupakan kelainan paling umum ketiga di dunia, dengan perkiraan prevalensi global sebesar 14,7 persen.
-
Bagaimana cara yang tepat untuk menangani migrain? Pencegahan dilakukan dengan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Kemudian juga menghindari faktor pencetus tadi dan edukasi petugas kesehatan,"
"Sebelumnya migrain dianggap gangguan jinak yang tak memiliki jangka panjang pada otak. Namun analisis kami menunjukkan bahwa gangguan tersebut bisa bersifat permanen dan mengubah struktur otak dalam banyak cara," ungkap Dr Messoud Ashina dari University of Copenhagen, seperti dilansir oleh Daily Mail (28/08).
Hasil ini ditemukan oleh Dr Ashina setelah mengamati 19 penelitian pada pasien migrain yang mengalami kelainan pada otak atau perubahan volume otak melalui scan otak MRI. Dr Ashina kemudian membandingkannya dengan orang yang tak pernah mengalami migrain. Migrain yang disertai dengan aura memiliki risiko 68 persen lebih tinggi sementara migrain tanpa aura memiliki risiko 34 persen lebih tinggi.
Dr Ashina berharap bahwa penelitian ini akan memberikan beberapa informasi mengenai dampak kerusakan permanen otak akibat migrain. Selanjutnya peneliti akan melakukan penelitian lebih banyak untuk mengklarifikasi kaitan antara perubahan struktur otak dengan migrain. Mereka juga berharap menemukan apakah perubahan struktur otak akibat migrain juga menyebabkan perubahan fungsi otak.
(mdk/kun)