Kenali Perbedaan Antara Mitos dan Fakta Terjadinya Migrain di Tempat Kerja
Migrain di tempat kerja memiliki mitos dan fakta di tempat kerja yang perlu dipahami.
Migrain di tempat kerja memiliki mitos dan fakta di tempat kerja yang perlu dipahami.
-
Apa itu migrain? Migrain adalah nyeri kepala berulang yang terjadi di satu sisi kepala. Gejala migrain bisa semakin parah apabila penderitanya melakukan aktivitas fisik yang intens.
-
Kenapa sakit kepala migrain bisa terjadi? Meski begitu, diketahui bahwa ada sejumlah pemicu terjadinya migrain seperti stress dan melewatkan waktu makan.
-
Mengapa migrain menyebabkan banyak ketidakhadiran pekerja? 'Migrain menyebabkan banyak angka ketidakhadiran pekerja karena alasan diagnosis yang tidak tepat. Dengan memahami migrain, mereka yang mempunyai gejala migrain segera melaksanakan deteksi dini,' ujar Plh. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, dr. Theresia Sandra Dian Ratih, MHA, dalam diskusi beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
-
Apa saja gejala migrain? Migrain dapat menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu kehidupan sehari-hari, termasuk mual, muntah, serta sensitivitas terhadap cahaya dan suara.
-
Bagaimana membedakan sakit kepala migrain dan tumor otak? Migrain sering kali ditandai dengan nyeri yang intens di satu sisi kepala, dan dapat disertai dengan aura—sebuah sensasi yang dialami sebelum sakit kepala, seperti kilatan cahaya, bintik hitam, atau garis zigzag di penglihatan.
Kenali Perbedaan Antara Mitos dan Fakta Terjadinya Migrain di Tempat Kerja
Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI) didukung oleh Pfizer Indonesia memperingati Bulan Kesadaran Migrain dan Sakit Kepala dengan menyelenggarakan rangkaian kegiatan edukatif dari 13 Juni hingga 3 Juli 2024. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menangani penyakit migrain dengan serius.
Migrain merupakan kondisi neurologis yang kompleks dan merupakan kelainan paling umum ketiga di dunia, dengan perkiraan prevalensi global sebesar 14,7 persen.
Migrain adalah jenis nyeri primer yang menyebabkan gangguan fungsional yang substansial, penurunan kualitas hidup yang signifikan, serta penyakit penyerta psikososial. Akibatnya, migrain seringkali menyebabkan ketidakmampuan untuk bekerja, yang menjadi masalah signifikan bagi para penderita migrain.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa migrain dan gangguan nyeri kepala secara umum mempengaruhi sekitar 40 persen populasi global, atau 3,1 miliar orang pada tahun 2021. Lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
“Melalui sosialisasi tentang mengatasi mitos migrain di tempat kerja, PERDOSNI berharap pejuang migrain yang mayoritas merupakan tenaga kerja dapat mengatasi migrain secara serius dengan berkonsultasi dengan dokter. Tempat kerja juga diharapkan memahami tantangan yang dihadapi pekerja migrain, dan jika perlu, membentuk support group sebagai dukungan,” terang Ketua PERDOSNI, Dr. dr. Dodik Tugasworo P, Sp.N. Subsp.NIOO(K), MH,.
Pentingnya Tempat Kerja yang Ramah Migrain
Dr. dr. Pepi Budianto, Sp.N(K), FINR, FINA dari PERDOSNI, menjelaskan, “Tempat kerja yang ramah terhadap migrain memudahkan adaptasi penderita migrain terhadap lingkungan dan suasana kerja, tuntutan pekerjaan, serta aspek emosional dan sosial, sehingga dapat membantu mengurangi hilangnya produktivitas terkait migrain.”
Dalam paparannya mengenai “Mitos dan Fakta tentang Migrain”, dr. RA. Dwi Pujiastuti, M.Ked(Neu), Sp.N. Subs. NN(K), menerangkan beberapa mitos terkait migrain, di antaranya:
Mitos pertama adalah bahwa migrain hanyalah sakit kepala yang berat. Faktanya, migrain merupakan penyakit neurologi dan menyerang seseorang pada masa puncak kehidupannya, antara usia 30 dan 49 tahun. Migrain dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat yang bisa digambarkan sebagai berdenyut atau berdebar, seringkali disertai dengan gejala sensitivitas terhadap cahaya atau rasa mual.
Mitos kedua adalah bahwa semua migrain itu sama. Faktanya, setiap orang dapat mengalami spektrum pengalaman migrain yang berbeda.
Satu orang mungkin dapat tetap menjalankan aktivitasnya selama terkena serangan, meskipun tidak dalam kapasitas penuh, sementara penderita lain mendapati bahwa migrain melumpuhkan. Migrain bersifat sedang hingga parah, dan seseorang dapat mengalami migrain parah tanpa mengalami muntah serta sensitivitas terhadap cahaya dan suara.
Mitos selanjutnya adalah bahwa obat pereda nyeri yang dijual bebas dapat meredakan migrain. Faktanya, obat-obatan tersebut hanya membantu sampai taraf tertentu, dan tidak mengatasi gejala migrain berat atau migrain yang menyerang satu hingga dua kali per minggu. Penggunaan obat yang berlebihan dapat membuat migrain semakin parah.
“Pekerja yang terserang migrain sangat berdampak pada produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu, diagnosis dini migrain menjadi sangat penting agar perawatan yang tepat dapat diberikan untuk membantu menghentikan gejala migrain, sekaligus mencegah serangan migrain di kemudian hari,” terang dr. RA. Dwi Pujiastuti.
Pemahaman masyarakat terutama pekerja tentang mitos dan fakta dari migrain ini diharap bisa membantu meningkatkan kualitas hidup bagi penderitanya. Hal ini bisa membantu kehidupan dan juga pekerjaan mereka.