Migrain? Jangan Panik! Coba Tips Pengobatan Non-Medik Ini
Migrain adalah salah satu penyakit yang dapat mengganggu produktivitas penderitanya. Jangan khawatir, berikut adalah 5 tips untuk mengatasi penyakit ini!
Migrain adalah sakit kepala yang dapat menyebabkan sensasi berdenyut yang nyeri, biasanya pada satu sisi kepala. Migrain seringkali disertai mual, muntah, dan kepekaan ekstrim terhadap cahaya dan suara. Serangan migrain bisa berlangsung berjam-jam hingga berhari-hari, dan rasa sakitnya bisa sangat parah hingga mengganggu aktivitas Anda (Mayo Clinic).
Bagi sebagian orang, gejala-gejala peringatan seperti gangguan penglihatan seperti kilatan cahaya atau titik buta; kesemutan di satu sisi wajah, lengan, kaki; dan kesulitan berbicara bisa muncul sebelum atau bersamaan dengan sakit kepala.
-
Bagaimana cara mengatasi migrain? Untuk mengurangi risiko dan gejala migrain, dr. Restu menyarankan penerapan pola hidup sehat. Ini termasuk olahraga teratur, makan makanan sehat, serta tidur cukup dan teratur. Selain itu, penting juga untuk menerapkan manajemen stres yang baik, membatasi konsumsi kafein, menghindari minuman beralkohol, berhenti merokok, dan minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
-
Bagaimana mengatasi sakit kepala migrain? Untuk mengatasi migrain, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan berdasarkan informasi background tersebut. Pertama, menghindari faktor pemicu migrain seperti makanan tertentu, kurang tidur, stres, dan paparan terhadap stimulus yang dapat memicu serangan migrain.
-
Bagaimana mencegah migrain? Anda tidak bisa mencegah migrain. Namun Anda dapat mengonsumsi obat pencegah migrain seperti yang diarahkan oleh penyedia layanan kesehatan untuk mengurangi seberapa sering dan seberapa parah gejala migrain memengaruhi Anda.
-
Bagaimana cara mengatasi migrain dengan teknik relaksasi? Kamu bisa mencoba beberapa teknik relaksasi yang mudah dan efektif. Misalnya saja seperti meditasi, peregangan, serta pijatan ringan di kepala. Beberapa teknik seperti ini dinilai dapat menenangkan pundak, kepala, dan otot-otot tubuh yang tegang.
-
Bagaimana cara menghindari pemicu migrain? Dengan memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi serta mengidentifikasi pemicu secara individu, penderita migrain dapat lebih efektif mengelola kondisi mereka.
Berdasarkan penelitian dari World Health Organization (WHO), migrain mempengaruhi sekitar 40% populasi, atau 3,1 miliar orang pada tahun 2021, dan umumnya menyerang mereka yang berusia antara 35 dan 45 tahun. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita, karena pengaruh hormonal. Migrain pada anak-anak biasanya terjadi dalam durasi yang lebih singkat. Penyakit ini termasuk dalam tiga besar kondisi neurologis yang paling umum terjadi kelompok umur yang beragam, dimulai dari usia 5 tahun hingga usia 80 tahun.
Migrain menempati posisi kedua sebagai penyebab utama kecacatan di seluruh dunia pada orang berusia di bawah 50 tahun. Menurut Global Health Estimates (2019), gangguan sakit kepala menduduki peringkat ketiga penyebab disability-adjusted life year (DALYs), kehidupan sehat yang hilang, baik karena kematian dini atau hidup dengan disabilitas akibat penyakit atau cedera- tertinggi di dunia, setelah stroke dan demensia. Penyakit ini tidak bisa dianggap remeh karena sering kali memengaruhi produktivitas serta kesehatan mental penderitanya.
Apa Itu Migrain?
Dikutip dari artikel yang ditulis oleh Marco A. Pescador Ruschel dan Orlando De Jesus pada tahun 2024, migrain adalah kelainan neurologis kompleks yang dipengaruhi secara genetik dan ditandai dengan sakit kepala berat, dan sering kali disertai mual serta peningkatan kepekaan terhadap cahaya dan suara.
Penelitian dari Harvard Medical School menjelaskan bahwa migrain disebabkan oleh aktivitas abnormal otak yang memengaruhi sinyal saraf, dan pembuluh darah di otak. Pemicu migrain bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, termasuk stres, perubahan hormon, makanan tertentu, kurang tidur, hingga faktor genetik.
Untuk mengatasi migrain, berbagai pendekatan telah dikembangkan oleh para ahli, mulai dari perubahan gaya hidup, terapi obat, hingga pengobatan non-farmakologis.
Cara-Cara Efektif untuk Mengatasi Migrain
Mengurangi Pikiran Negatif yang Berlebih
Stres merupakan salah satu pemicu utama migrain. Menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cephalalgia, manajemen stres yang baik dapat mengurangi frekuensi dan intensitas migrain secara signifikan. Stres adalah perasaan yang sangat normal dan umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari, namun, Anda dapat mengendalikannya dengan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan teknik pernapasan dalam atau dengan meluangkan waktu setidaknya selama 15 menit setiap harinya untuk melakukan sesuatu yang Anda sukai, seperti bermain game, menggambar, atau berbincang bersama keluarga atau teman.
Penelitian menunjukkan bahwa meditasi mindfulness, yang membantu individu untuk lebih fokus pada situasi yang ada di hadapan mereka, dapat menurunkan frekuensi migrain. Meditasi mindfulness adalah meditasi yang mengajarkan Anda untuk melepaskan hal-hal negatif, dan menenangkan pikiran serta tubuh Anda. Teknik ini, menggabungkan meditasi dengan “mindfulness”, yang dapat didefinisikan sebagai kondisi mental yang melibatkan fokus penuh pada "saat ini" (the present) sehingga Anda dapat mengenali dan menerima pikiran dan perasaan Anda sepenuhnya. Dalam penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Headache and Pain, pasien migrain yang rutin melakukan meditasi mindfulness mengalami pengurangan sakit kepala dan intensitas nyeri.
Perubahan Pola Makan
Diet juga memiliki peran penting dalam memicu atau mencegah migrain. Penelitian dari American Headache Society menunjukkan bahwa beberapa makanan dan minuman, seperti cokelat, anggur merah, makanan ber-MSG, serta makanan yang mengandung nitrat, bisa memicu migrain pada sebagian orang.
Selain itu, mengatur pola makan yang sehat, dengan memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian, serta menjaga asupan cairan yang cukup, juga terbukti efektif dalam mengurangi migrain. Sebuah penelitian di The Journal of Nutrition menemukan bahwa konsumsi magnesium yang banyak ditemukan dalam sayuran hijau, biji-bijian dan kacang-kacangan, telah terbukti menurunkan frekuensi migrain pada pasien yang mengalami kekurangan mineral ini.
Tidur yang Cukup dan Berkualitas
Kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas dapat memicu serangan migrain. Penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Headache and Pain menunjukkan bahwa gangguan tidur, seperti insomnia atau tidur yang tidak nyenyak, sering dikaitkan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas migrain. Ketika ritme tidur terganggu, tubuh mengalami perubahan dalam kadar neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin, yang dapat mempengaruhi aktivitas otak dan memicu migrain.
Menjaga rutinitas tidur yang konsisten, menghindari penggunaan gadget sebelum tidur dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman adalah cara yang paling mudah untuk menghindari serangan migrain. Jam tidur yang direkomendasikan bagi orang dewasa, sesuai dengan kutipan dari National Sleep Foundation, yaitu 7-9 jam per malam guna meminimalkan risiko serangan migrain yang dipicu oleh kurang tidur.
Pengobatan Farmakologis
Pengobatan farmakologis untuk migrain dapat dibagi menjadi dua kategori utama: pengobatan akut dan pengobatan pencegahan. Beberapa jenis obat yang biasa diresepkan untuk mengatasi migrain meliputi obat pereda nyeri, obat anti-mual, dan obat-obatan pencegahan.
- Obat pereda nyeri:
Obat-obatan seperti ibuprofen, aspirin, atau parasetamol sering kali digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri saat serangan migrain. Namun, penggunaan obat pereda nyeri ini harus diperhatikan karena konsumsi berlebihan bisa menyebabkan medication-overuse headache (MOH), yaitu nyeri kepala kronik akibat penggunaan berlebihan kombinasi obat nyeri kepala.
- Triptan:
Obat ini sangat efektif untuk serangan migrain sedang hingga berat dan digunakan jika analgesik tidak berhasil. Contoh triptan yaitu : Sumatriptan, Rizatriptan dan Zolmitriptan
Triptan bekerja dengan mengaktifkan reseptor serotonin (5-HT1B/1D) yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah di otak dan menghambat pelepasan zat neurokimia yang memicu nyeri. Berdasarkan jurnal The Lancet Neurology, jenis obat ini efektif dalam mengatasi nyeri dan gejala migrain dalam waktu 2 jam setelah dikonsumsi .
- Obat pencegahan:
Pengobatan pencegahan digunakan untuk mengurangi frekuensi, durasi, dan intensitas serangan migrain. Pengobatan ini dianjurkan jika pasien mengalami serangan migrain lebih dari dua kali sebulan atau jika serangannya sangat mengganggu kualitas hidup. Beberapa jenis obat yang sering digunakan yaitu antidepresan, antikonvulsan, antagonis CGRP (Calcitonin Gene-Related Peptide), dan lain-lain.
Terapi Non-Farmakologis
Selain pengobatan medis, berbagai terapi non-farmakologis juga terbukti efektif dalam mengatasi migrain. Salah satunya adalah terapi akupunktur. Menurut sebuah meta-analisis yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Internal Medicine, akupunktur diyakini dapat merangsang sistem saraf dan memicu pelepasan hormon endorfin yang membantu mengurangi rasa sakit.
Selain terapi akupuntur, metode biofeedback juga terbukti ampuh dalam mengurangi rasa migrain. Biofeedback adalah teknik yang membantu pasien untuk mengendalikan respons fisiologis, seperti detak jantung dan ketegangan otot, yang dapat memicu migrain.
Migrain adalah kondisi yang kompleks dan memerlukan penanganan yang menyeluruh. Mengelola stres, memperbaiki pola makan, tidur yang cukup, penggunaan obat-obatan yang tepat, serta terapi non-farmakologis seperti akupunktur dan biofeedback adalah beberapa cara yang telah terbukti efektif dalam mengatasi migrain. Walaupun migrain tidak dapat sepenuhnya disembuhkan, mengelola gaya hidup dan mengenali pemicu bisa membantu mengurangi frekuensi dan intensitas serangan.