Ini Alasan Mengapa Orang Asia Lebih Rentan Alami Hipertensi, Perlu Diwaspadai
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang ternyata lebih rentan dialami oleh orang Asia. Ini Penyebabnya.
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang ternyata lebih rentan dialami oleh orang Asia. Ini Penyebabnya.
-
Siapa yang berisiko terkena hipertensi? Beberapa anak mungkin mengalami hipertensi karena memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi.
-
Siapa saja yang berisiko terkena hipertensi? Salah satu penyebab hipertensi bisa jadi karena faktor genetik atau keturunan. Sehingga, saat orang tua memiliki riwayat hipertensi maka hal itu berpotensi menurun pada anak.
-
Kapan seseorang disebut mengalami hipertensi? Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi jika angka tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg.
-
Mengapa hipertensi berbahaya? Jika dibiarkan, hipertensi bisa menyebabkan komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa.
-
Apa saja gejala hipertensi yang dirasakan? Dilansir dari Halodoc, seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain:1. Sakit kepala2. Mimisan3. Masalah penglihatan4. Nyeri dada5. Telinga berdengung6. Sesak napas7. Aritmia
-
Siapa yang paling berisiko terkena hipertensi? Faktor keturunan. Anak yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, diabetes tipe 2, atau kolesterol tinggi lebih berisiko mengalami hipertensi.
Ini Alasan Mengapa Orang Asia Lebih Rentan Alami Hipertensi, Perlu Diwaspadai
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (Indonesian Society of Hypertension/INASH) mengungkapkan mengapa orang Asia lebih rentan mengalami hipertensi dibandingkan dengan ras lainnya di seluruh dunia. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk genetika dan kebiasaan makan yang tinggi garam.
Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, menjelaskan bahwa populasi Asia memiliki gen yang lebih sensitif terhadap garam dibandingkan dengan populasi Eropa atau Kaukasia.
"Populasi Asia itu punya gen yang sensitif dengan garam. Dibandingkan dengan orang Eropa, ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi dan ini berbeda dengan ras Kaukasia," kata dr. Eka dilansir dari Antara.
- Tak Semua Orang Tahu, ini Gejala & Ciri-Ciri Darah Tinggi yang Wajib Diwaspadai
- Tak Hanya Dialami Orang Tua, Ini Penyebab Anak Muda Juga Rentan Mengalami Hipertensi
- Ternyata Orang Kaya Rentan Kena Penyakit kanker, Sementara Orang Miskin Diabetes
- Rentan Terjadi Tanpa Disadari, Kenali Ciri dan Penanganan Hipertensi Tersembunyi Menurut Dokter Penyakit Dalam
Budaya Makan Tinggi Garam
Salah satu penyebab utama sensitivitas genetik ini adalah budaya makan yang telah terbentuk sejak lama dan tidak bisa lepas dari makanan-makanan yang asin.
Di negara-negara seperti Jepang, Korea, dan China, makanan fermentasi seperti stinky tofu, kimchi, dan natto sangat populer. Sementara di Indonesia, makanan seperti sambal, saus sambal, ikan asin, hingga camilan dan makanan beku yang dijual di pusat perbelanjaan identik dengan rasa asin.
"Garam itu menyebabkan resistensi cairan, makanya volume darah banyak, jadi, tekanan darah tinggi," kata dr. Eka.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1 persen. Ini menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga penduduk Indonesia menderita tekanan darah tinggi, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal, hingga memerlukan cuci darah. Lebih mengkhawatirkan lagi, kondisi ini ditemukan pada usia yang semakin muda.
Jika sebelumnya faktor risiko hipertensi lebih sering ditemukan pada pasien berusia 55 tahun ke atas, tren saat ini menunjukkan peningkatan prevalensi pada kelompok usia 30 hingga 40 tahun.
"Itu sudah genetik dan genetik itu sudah tidak bisa diapa-apakan. Orang Asia itu memang secara genetik lebih sensitif dengan garam," ujar dr. Eka.
Rekomendasi untuk Mengurangi Risiko Hipertensi
Menghadapi situasi ini, dr. Eka menyarankan agar masyarakat membatasi konsumsi garam tidak lebih dari lima gram per hari atau setara dengan satu sendok teh. Lebih baik memasak makanan di rumah dengan takaran bumbu yang dapat diatur sesuai kebutuhan masing-masing orang dibandingkan dengan membeli makanan siap saji.
Selain mengurangi garam, konsumsi daun seledri dan mentimun juga dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi. Untuk minuman, penderita hipertensi disarankan untuk memperbanyak konsumsi air putih.
"Tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi meminum banyak kopi, terutama dengan hipertensi berat. Kalaupun ingin minum kopi, penderita dapat memilih kopi hitam yang lebih sehat dan berkhasiat bagi tubuh," kata dr. Eka.
Kesadaran tentang faktor-faktor risiko ini sangat penting untuk mencegah dan mengelola hipertensi. Masyarakat perlu memahami bahwa genetika memang berperan, tetapi pola makan dan gaya hidup yang sehat juga sangat menentukan. Perubahan kecil dalam pola makan dan gaya hidup bisa memberikan dampak besar bagi kesehatan jangka panjang.