Tak Hanya Dialami Orang Tua, Ini Penyebab Anak Muda Juga Rentan Mengalami Hipertensi
Kondisi kehidupan pada saat ini membuat hipertensi tak hanya penyakit orangtua semata namun juga rentan dialami anak muda.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering kali dianggap sebagai penyakit yang hanya dialami oleh orang tua. Namun, kini anggapan tersebut tidak lagi sepenuhnya benar. Menurut dokter spesialis penyakit dalam, RA Adaninggar Primadia Nariswari, hipertensi tidak mengenal usia.
"Jadi jangan dikira hipertensi itu hanya penyakit orang tua, sekarang dengan berubahnya gaya hidup dan perubahan zaman, penyakit-penyakit yang dulu dikatakan sebagai penyakit orang tua itu saat ini pada anak-anak pun sudah bisa terjadi," ujar dokter yang akrab disapa Ning ini.
-
Kenapa anak bisa hipertensi? Hipertensi dianggap sebagai penyakit yang menyerang orang tua. Lalu, bagaimana bisa anak-anak mengalaminya? Berikut ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hipertensi pada anak: Penyakit bawaan sejak lahir. Hipertensi pada anak, terutama anak di bawah 6 tahun, sering kali disebabkan oleh beragam kondisi kesehatan lain sejak lahir. Misalnya, penyakit jantung bawaan, penyakit ginjal, gangguan hormonal, atau kelainan genetik.
-
Apa saja penyebab hipertensi pada anak? Penyebab hipertensi pada anak bisa bervariasi, termasuk obesitas, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tinggi garam, dan riwayat keluarga dengan hipertensi.
-
Kenapa Hipertensi bahaya bagi anak? Kondisi ini sangat berisiko bagi anak-anak karena ukuran arteri dan vena mereka lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa.
-
Kenapa anak gemuk rentan hipertensi? Obesitas atau kelebihan berat badan adalah faktor risiko utama untuk perkembangan hipertensi pada anak. Gaya hidup yang tidak sehat dan pola makan yang tidak seimbang bisa menyebabkan peningkatan berat badan. Hal ini dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dan memberi tekanan ekstra pada sistem kardiovaskular anak.
-
Apa dampak hipertensi pada anak? Tekanan darah tinggi yang berkepanjangan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya arteriosklerosis, bahkan pada anak-anak.
-
Siapa yang berisiko Hipertensi? Hal ini sangat relevan bagi anak-anak yang pernah mengalami infeksi saluran kemih yang melibatkan ginjal atau mereka yang memiliki kelainan bawaan pada ginjal, seperti kista ginjal atau penyempitan arteri ginjal,' tambah Dalla-Pozza.
Ning menjelaskan bahwa hipertensi, terutama hipertensi primer, 90 persen penyebabnya adalah karena gaya hidup. Pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol adalah beberapa faktor risiko utama yang dapat menyebabkan hipertensi pada usia muda.
"Jadi kalau melihat life style, siapa pun bisa terkena hipertensi, tidak hanya usia lanjut tapi mulai dari remaja, dewasa muda, hingga lansia bisa mengalami hipertensi," jelasnya.
Hipertensi primer bahkan juga dapat terjadi pada anak-anak, terutama mereka yang mengalami obesitas dan diabetes. Ning menambahkan, "Seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak yang mengalami obesitas dan diabetes sekarang juga meningkat, nah ini biasanya diikuti juga dengan hipertensi."
Sementara itu, hipertensi sekunder lebih sering terjadi pada usia muda dan biasanya disebabkan oleh kelainan hormon atau penyakit lain seperti gangguan ginjal. "Hipertensi sekunder biasanya disebabkan oleh penyakit, seperti gangguan ginjal atau masalah hormonal tertentu. Apabila penyakit dasarnya diobati, hipertensi biasanya juga akan ikut sembuh," jelas Ning.
Faktor risiko hipertensi terbagi menjadi dua kategori, yaitu yang bisa diubah dan yang tidak bisa diubah. Faktor risiko yang tidak bisa diubah termasuk genetik atau keturunan dari orang tua yang memiliki hipertensi. Usia juga merupakan faktor risiko yang tidak bisa diubah karena semakin bertambahnya usia, pembuluh darah akan menjadi semakin kaku, yang bisa menjadi penyebab hipertensi.
"Faktor risiko yang tidak bisa diubah termasuk genetik, yaitu keturunan dari orang tua yang memiliki hipertensi," ujar Ning.
Lebih lanjut, faktor risiko yang bisa diubah sebagian besar berkaitan dengan gaya hidup. Ini termasuk pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan buruk seperti merokok, minum alkohol, dan tidak mampu mengelola stres dengan baik.
"Jika penyebab hipertensi karena faktor risiko yang tidak bisa diubah lebih dominan, itu memang lebih sulit. Namun, jika faktor risiko gaya hidup yang lebih besar, maka dengan memperbaiki gaya hidup, risiko hipertensi bisa berkurang," jelasnya.
Salah satu tantangan terbesar dalam menangani hipertensi adalah sering kali penyakit ini tidak menunjukkan gejala, sehingga sering disebut sebagai silent killer.
"Kebanyakan orang dengan hipertensi tidak menyadarinya karena tidak bergejala. Kita tidak akan tahu apakah kita hipertensi atau tidak tanpa memeriksa tekanan darah," ungkap Ning.
Namun, pada beberapa orang dengan ambang nyeri yang rendah, gejala seperti sakit kepala, nyeri di tengkuk, atau pusing dapat muncul ketika tekanan darah naik. "Memang ada sedikit orang yang memiliki ambang nyeri yang rendah, misalnya tensi agak naik sedikit dia mengalami sakit kepala, atau tengkuknya biasanya nyeri, pusing dan berputar," jelasnya.
Untuk mengatasi hipertensi, penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin dan menjaga gaya hidup sehat. Faktor paling dominan untuk hipertensi primer adalah gaya hidup dan genetik. Meskipun seseorang memiliki kecenderungan genetik untuk hipertensi, menjalani pola hidup sehat dapat membantu mencegah penyakit ini.
"Faktor paling dominan untuk hipertensi primer adalah gaya hidup dan genetik," ujar Ning.