Jadi Ancaman bagi Manusia, Ini Seberapa Cepatnya Evolusi Resistensi Antibiotik
Konsumsi antibiotik sembarangan bisa menjadi penyebab terjadinya resistensi, seberapa cepat kondisi ini bisa terjadi di tubuh kita?
Resistensi antibiotik telah menjadi salah satu tantangan kesehatan global yang paling serius, mengancam untuk membawa kita ke era di mana infeksi bakteri sederhana bisa kembali menjadi ancaman mematikan. Kemampuan bakteri untuk berevolusi dan mengembangkan pertahanan terhadap antibiotik kini semakin cepat, sehingga membuat obat-obatan ampuh kita menjadi kurang efektif. Seberapa cepat bakteri dapat mengembangkan resistensi ini?
“Pada dasarnya, resistensi antibiotik bisa terjadi dengan sangat cepat, bahkan dalam hitungan beberapa hari,” kata Mark Blaskovich, seorang ahli kimia medis dan salah satu pendiri Centre for Superbug Solutions di University of Queensland, Australia dilansir dari Live Science.
-
Apa dampak serius dari resistensi antimikroba pada pasien? Dampak resistensi mikroba tidak bisa dianggap remeh. Merawat pasien yang terinfeksi bakteri yang sudah kebal antibiotik memerlukan upaya ekstra, serta meningkatkan kompleksitas perawatan.
-
Bagaimana cara mencegah resistensi antimikroba? Gunakan antibiotik hanya ketika diresepkan oleh dokter dan ikuti petunjuk penggunaan dengan benar terkait dosis serta durasi pengobatan. Jangan menggunakan antibiotik yang dibeli tanpa resep atau sisa obat dari perawatan sebelumnya.
-
Kapan angka resistensi antimikroba di Indonesia meningkat? Pada tahun 2023, angka resistensi ini meningkat menjadi 70,75% dari target ESBL tahun 2024 yang sebesar 52%. Fakta ini menunjukkan peningkatan resistensi antimikroba yang cukup signifikan.
-
Mengapa dr. Hari Paraton fokus pada masalah resistensi antimikroba? Sejak tahun 2000, Hari makin vokal membicarakan isu resistensi antimikroba (AMR), khususnya di Indonesia. Kepeduliannya yang tinggi karena resistensi antimikroba berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat hingga menyebabkan kematian."Pada tahun 2050 diperkirakan kematian akibat pandemi AMR di dunia mencapai 10.000.000 orang per tahun," ujar Hari dalam Pelatihan Meliput Isu Resistensi Antimikroba di Kota Surabaya, Sabtu (11/11/2023).
-
Mengapa penanganan resistensi antimikroba perlu segera dilakukan dengan serius? Kedua bakteri tersebut berpotensi menyebabkan kematian dan menyerang berbagai organ vital dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, penanganan resistensi antimikroba perlu segera dilakukan dengan serius.
-
Siapa yang menjadi mitra dr. Hari Paraton dalam penelitian resistensi antimikroba? Badan ini hasil kolaborasi antara FK Unair, FK Undip, Leyden University Medical Center, Erasmus/Rotterdam UMC, dan Neijmegen UMC.
Blaskovich menjelaskan bahwa proses evolusi ini terjadi karena adanya "tekanan seleksi" — yaitu, ketika bakteri menghadapi antibiotik yang mematikan mereka, hanya bakteri yang dapat bermutasi untuk bertahan yang akan bertahan hidup dan berkembang biak.
Bakteri seperti Escherichia coli mampu membelah diri setiap 20 menit, yang berarti bahwa dalam waktu singkat, mutasi yang membantu bakteri bertahan dari antibiotik dapat diwariskan ke generasi berikutnya. "Mutasi yang memungkinkan bakteri menghindari antibiotik dapat diturunkan ke keturunan mereka dalam waktu yang sangat cepat," kata Blaskovich. Inilah yang membuat evolusi resistensi antibiotik begitu mengkhawatirkan.
Eksperimen “Mega-Plate” yang Mengejutkan Dunia
Pada tahun 2016, para peneliti di Technion-Israel Institute of Technology dan Harvard Medical School melakukan eksperimen revolusioner yang menunjukkan betapa cepatnya resistensi antibiotik dapat berkembang. Mereka menciptakan petri dish raksasa yang dibagi menjadi sembilan bagian, masing-masing mengandung E. coli dan antibiotik trimetoprim dalam konsentrasi bervariasi dari nol hingga 1.000 kali dosis mematikan bagi bakteri tersebut. Hasilnya, dalam waktu 11 hari, seluruh populasi E. coli dalam petri dish itu telah mengembangkan mutasi yang membuat mereka tahan terhadap dosis antibiotik tertinggi dalam eksperimen tersebut.
Blaskovich mengingatkan bahwa eksperimen ini menggambarkan perkembangan resistensi pada tingkat populasi. "Dengan studi seperti ini, Anda melewatkan nuansa yang terjadi pada sel individu dalam populasi itu," ujarnya. Meski demikian, eksperimen ini tetap menunjukkan bahwa resistensi dapat berkembang sangat cepat di lingkungan dengan tekanan seleksi tinggi.
Ancaman Superbug di Kehidupan Nyata
Di dunia nyata, resistensi antibiotik biasanya muncul karena pertumbuhan bakteri yang sudah memiliki gen resistensi, bukan dari mutasi yang baru berkembang selama pengobatan. "Dengan kata lain, dalam praktik klinis, resistensi dapat muncul lebih cepat daripada yang terlihat dalam eksperimen di laboratorium," kata Blaskovich.
- Waspadai Konsumsi Antibiotik Sembarangan, Ketahui Dampak Mengerikan dari Meminumnya secara Sembarangan
- Kenali Dampak Resistensi Antimikroba pada Pasien dan Cara Bijak Konsumsi Antibiotik untuk Mencegahnya
- Muncul 2 Bakteri Kebal Obat, Kemenkes Minta Masyarakat Hati-Hati Konsumsi Antibiotik
- Pengaturan Penjualan Disebut Bisa Jadi Cara Tekan Resistensi Mikroba Akibat Konsumsi Antibiotik
Ada beberapa mekanisme umum yang memungkinkan bakteri mengembangkan resistensi: mengubah dinding sel mereka agar antibiotik tidak bisa masuk, memompa antibiotik keluar dari sel, mengubah protein target yang diserang antibiotik, atau menghasilkan enzim yang dapat menghancurkan antibiotik. Setiap mekanisme ini membutuhkan waktu yang berbeda untuk berevolusi. Misalnya, jika resistensi hanya melibatkan satu gen, mutasi bisa terjadi dengan cepat. Namun, jika resistensi membutuhkan perubahan yang lebih kompleks yang menghambat fungsi vital bakteri, maka waktu yang dibutuhkan untuk berkembang lebih lama.
Upaya untuk Mengatasi Resistensi
Para ilmuwan dan klinisi saat ini tengah mengembangkan strategi untuk melawan resistensi antibiotik, salah satunya dengan menggunakan kombinasi obat yang memiliki mekanisme kerja berbeda. Dengan pendekatan ini, kemungkinan resistensi terhadap satu antibiotik akan menurun karena setiap antibiotik memiliki target yang berbeda.
“Selama 20 hingga 30 tahun terakhir, kita semakin memahami sifat-sifat yang memungkinkan antibiotik menembus bakteri,” ungkap Blaskovich. Meski demikian, salah satu tantangan terbesar dalam pengembangan antibiotik baru adalah minimnya peneliti yang terlibat dalam bidang ini.
Dengan meningkatnya kasus resistensi, kebutuhan akan antibiotik baru yang efektif menjadi semakin mendesak. Jika upaya ini gagal, kita menghadapi risiko besar untuk kembali ke era di mana infeksi yang dahulu bisa disembuhkan dengan mudah menjadi kembali mematikan.