Kenali Perbedaan antara Lupus dan Alergi yang Bisa Dialami Seseorang
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi RSUI, Dr. dr. Alvina Widhani, Sp.PD-KAI menjelaskan perbedaan antara alergi dan lupus yang sering sulit dibedakan oleh masyarakat awam.
Lupus merupakan masalah autoimun yang bisa dialami oleh siapa saja. Gejala yang menyertai masalah kesehatan ini kerap membuatnya sulit dibedakan oleh masyarakat dengan alergi.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi RSUI, Dr. dr. Alvina Widhani, Sp.PD-KAI menjelaskan perbedaan antara alergi dan lupus yang sering sulit dibedakan oleh masyarakat awam.
-
Apa saja cara mencegah penyakit Lupus secara alami? Mengatur gaya hidup sehat merupakan langkah penting dalam mencegah penyakit lupus. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah: Mengonsumsi Makanan SehatPilih makanan yang kaya akan antioksidan, seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Hindari makanan olahan, makanan tinggi gula dan lemak jenuh yang dapat memicu peradangan dalam tubuh.
-
Siapa saja yang berisiko terkena lupus? Lupus lebih sering terjadi pada wanita, terutama mereka yang berusia antara 15 hingga 45 tahun. Kendati demikian, penyakit lupus bisa menyerang siapa saja.
-
Apa itu lupus nefritis? Lupus nefritis adalah peradangan pada ginjal akibat pengaruh penyakit systemic lupus erythematosus (SLE).
-
Apa saja gejala penyakit lupus yang umum dialami anak? Beberapa gejala penyakit lupus pada anak yang umum adalah: Anemia, Ruam berbentuk kupu-kupu pada hidung dan pipi wajah (ruam malar), Kelelahan, Demam, Rambut rontok, Kehilangan selera makan, Masalah memori, Jari pucat, biru atau merah dipicu oleh kedinginan, stres atau penyakit (fenomena Raynaud), Meningkatnya ruam di kepala, lengan, dada atau punggung, Ruam yang disebabkan oleh sinar matahari, Luka di mulut atau hidung, Kelenjar bengkak, Sendi bengkak atau nyeri (radang sendi), Penurunan berat badan.
-
Bagaimana cara mencegah lupus nefritis? Ada beberapa cara mencegah lupus nefritis, antara lain:• Membatasi konsumsi minuman beralkohol• Menjaga tekanan darah agar tetap normal• Mengurangi makanan tinggi kolesterol • Menghindari penggunaan obat-obatan yang bisa memengaruhi ginjal, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) • Mengonsumsi banyak air putih• Berolahraga secara rutin• Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam
-
Bagaimana cara mengatasi penyakit lupus pada anak? Lupus tidak dapat disembuhkan, namun pengobatan dapat membantu mengurangi kekambuhan. Ini termasuk: Kortikosteroid: Kortikosteroid dapat membantu mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh. Mereka adalah pengobatan utama untuk anak-anak dan orang dewasa. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID): NSAID seperti ibuprofen dapat membantu mengurangi rasa sakit dan bengkak. Obat antimalaria: Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), terdapat bukti bahwa obat antimalaria dapat membantu menghentikan kambuhnya penyakit dan meningkatkan masa hidup. Inhibitor spesifik stimulator limfosit B (BLyS): Obat ini mengurangi jumlah sel yang memproduksi antibodi. Belimumab (Benlysta) disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk anak di atas 5 tahun. Imunosupresan: Imunosupresan mengurangi aktivitas sistem kekebalan.
“Jadi autoimun itu terjadi ketika sistem kekebalan tubuh kita bereaksi berlebihan terhadap sel tubuh sendiri. Beda dengan alergi. Kalau alergi itu, kekebalan tubuh kita itu bereaksi berlebihan terhadap target dari luar. Misalnya terhadap debu, obat, atau makanan,” jelas Alvina beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
“Kalau autoimun itu menyerang sel tubuh sendiri. Pada penyakit autoimun itu, tubuh kita responsnya tidak bisa mengenali. Jadi sel-sel tubuh yang harusnya dianggap sebagai kawan yang tidak boleh dihancurkan malah kemudian diserang. Padahal kan respons kekebalan tubuh kita tujuannya adalah menghadapi patogen dari luar kayak bakteri atau virus. Tapi ini malah dia salah mengenali. Karena fungsinya tidak normal sehingga menimbulkan kerusakan di berbagai organ sesuai dengan penyakit autoimunnya,” tambahnya.
Lebih dalam, Alvina juga menjelaskan bahwa lupus merupakan salah satu jenis dari penyakit autoimun yang menimbulkan gejala pada beberapa bagian tubuh. Lupus sangat bervariasi sehingga antara odapus (pengidap lupus) dengan odapus lainnya bisa memiliki gejala yang berbeda.
“Jadi ada yang ringan, ada juga yang sejak awal sudah berat. Gejalanya ini bisa juga menyerupai penyebab yang lain. Jadi satu gejala itu tidak hanya disebabkan oleh lupus tapi juga bisa disebabkan oleh penyakit lain. Sehingga seringkali mungkin terlambat dikenali atau seringkali kita sulit untuk mendiagnosis dengan pasti. Jadi membutuhkan tata laksana dan diagnosis yang lebih pas,” kata Alvina.
Oleh sebab itu, Alvina mengatakan bahwa penting sekali untuk kita mengenali gejala-gejala ini secara dini agar pengobatannya bisa berhasil lebih baik.
“Jika memang sudah terdiagnosis dengan lupus, para odapus ini agar bisa memperoleh hasil yang optimal. Selain juga untuk pengobatan, tapi juga butuh support yang tidak hanya dari tenaga medis namun juga dari keluarga dan rekan yang lain,” ujarnya.
Gejala Lupus
Setelah menjelaskan perbedaan antara lupus dan alergi, Alvina juga menjabarkan gejala yang dialami oleh odapus. Dia mengatakan, apabila mencurigai lebih dari satu gejala, maka sebaiknya periksakanlah diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
“Terutama kalau pada perempuan. Karena perempuan itu kejadiannya 9 banding 1 dengan laki-laki untuk lupus ini. Jadi kalau pada perempuan usia muda kita temukan gejala seperti ini, kita perlu mencari tahu apakah ada lupus atau tidak,” paparnya.
Gejala-gejala yang dialami oleh penderita lupus adalah demam, penurunan berat badan, mudah lelah, nyeri sendi, timbul kemerahan pada kulit saat terkena matahari dan sariawan berulang.
Selain itu, gejala lainnya adalah rambut rontok, anemia, sel darah putih atau trombosit rendah, bergejala pada saraf pusat, saraf tepi dan psikiatri. Kemudian odapus juga bisa mengalami gejala pada jantung, ginjal, paru, saluran cerna dan mata.
Namun, Alvina mengatakan bahwa hal yang harus diperhatikan adalah gejala-gejala ini belum tentu terkait dengan lupus. Perlu deteksi dan pemeriksaan dari dokter untuk menentukan apakah seseorang mengidap lupus atau tidak.
Jadi jangan juga di satu sisi kita terlalu khawatir, tapi di satu sisi kita juga nggak boleh lengah. Tapi kalau kita menemui gejala yang menetap lebih dari satu gejala berikut ya perlu dicari tahu. Apakah memang ini ada lupus atau penyakit autoimun lain,” jelasnya.
(mdk/RWP)