Kenali Perbedaan Kelumpuhan Akibat Polio dan TBC Tulang serta Cara Pencegahannya
Penyakit polio dan TBC tulang sama-sama bisa menyebabkan kelumpuhan. Walau begitu, keduanya memiliki perbedaan.
Pemahaman yang benar mengenai perbedaan antara kelumpuhan akibat polio dan tuberkulosis (TBC) tulang sangat penting untuk memastikan edukasi yang tepat kepada masyarakat. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), menjelaskan bahwa kedua kondisi ini memiliki penyebab dan mekanisme yang berbeda dalam menyebabkan kelumpuhan.
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio dan dapat menyebabkan kelumpuhan mendadak yang tidak dapat disembuhkan. Prof. Rini menjelaskan bahwa kelumpuhan akibat polio terjadi secara tiba-tiba dan permanen.
-
Kapan gejala polio muncul? Gejala polio ini muncul dalam waktu 1 minggu setelah terinfeksi.
-
Apa itu polio? Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio dan bisa menyebabkan kelumpuhan permanen pada anak-anak.
-
Siapa yang rentan terhadap polio? Polio umumnya menyerang anak usia di bawah 5 tahun (balita), terutama yang belum menjalani imunisasi polio. Namun, orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti mereka yang positif HIV, juga rentan terhadap virus ini. Selain itu, orang yang tinggal di daerah dengan sanitasi buruk atau akses air bersih yang terbatas, wanita hamil, dan mereka yang belum divaksinasi memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi virus polio.
-
Apa itu penyakit polio? Polio, atau poliomyelitis, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Virus ini dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kerusakan pada sistem saraf motorik, yang dapat mengakibatkan kelumpuhan pada otot, baik yang bersifat sementara maupun permanen.
-
Bagaimana cara mencegah polio? Cara paling efektif untuk mencegah polio bagi anak-anak adalah dengan memberikan vaksin polio.
"Kalau polio, dia bisa lumpuh tapi lumpuhnya mendadak dan itu enggak bisa disembuhkan," jelasnya. Penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otot-otot yang terinfeksi.
Polio terutama menyerang anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Oleh karena itu, pemberian imunisasi polio sangat penting. Polio dapat dicegah dengan imunisasi polio yang diberikan secara tetes (oral) dan suntikan.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terus menggalakkan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio untuk mencapai cakupan imunisasi yang tinggi dan membentuk kekebalan kelompok.
TBC Tulang: Kelumpuhan yang Berkembang Perlahan
Berbeda dengan polio, TBC tulang merupakan manifestasi dari infeksi tuberkulosis yang awalnya menyerang paru-paru. Jika tidak diobati, infeksi ini dapat menyebar ke tulang dan menyebabkan TBC tulang belakang yang dapat berujung pada kelumpuhan.
"Kalau TBC tulang, penyakit ini biasanya dimulai dari infeksi paru-paru yang tidak diobati dan lama kelamaan menyebar ke tulang," jelas Prof. Rini.
Kelumpuhan pada TBC tulang dapat dicegah dengan imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG), yang diberikan pada bayi usia 0-1 bulan melalui suntikan di lengan kanan atas. Imunisasi BCG efektif mencegah TBC berat, termasuk TBC tulang. Efek samping yang umum setelah imunisasi BCG adalah munculnya bekas luka kecil yang dikenal sebagai "scar BCG".
Pentingnya Imunisasi Lengkap
Imunisasi lengkap, baik BCG maupun polio, sangat penting untuk melindungi bayi dari penyakit-penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Orang tua dianjurkan untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan semua dosis imunisasi sesuai dengan jadwal yang dianjurkan. Jika ada keraguan, konsultasi dengan dokter spesialis anak sangat dianjurkan untuk mendapatkan informasi yang lebih lanjut dan mendetail.
Cakupan imunisasi sempat menurun drastis pada tahun 2021 sebagai akibat dari pandemi COVID-19. Untuk itu, Kementerian Kesehatan bersama IDAI melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahap kedua di 27 provinsi, mengingat Indonesia masih dalam status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk penyakit polio sejak tahun 2022.
Upaya Mewujudkan Kekebalan Kelompok
PIN Polio tahap kedua menargetkan cakupan imunisasi minimal 95 persen untuk mewujudkan kekebalan kelompok. Ketua IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, menekankan pentingnya cakupan imunisasi yang tinggi untuk mengendalikan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
"Cakupan imunisasi yang tinggi dapat mengendalikan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi jika cakupannya menurun di bawah 60 persen, Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat muncul kembali," ujarnya.
Pemahaman yang tepat tentang perbedaan antara kelumpuhan akibat polio dan TBC tulang, serta pentingnya imunisasi lengkap, sangat krusial dalam upaya pencegahan dan penanganan kedua penyakit ini. Imunisasi yang tepat dan berkala dapat mencegah komplikasi serius dan melindungi kesehatan anak-anak di masa depan.