Istighosah di Jawa Timur, Siti Atikoh Bicara Pencegahan Polio
Pemerintah dinilai kecolongan lantaran sibuk dengan pencegahan pandemi Covid-19.
Pemerintah dinilai kecolongan lantaran sibuk dengan pencegahan pandemi Covid-19.
Istighosah di Jawa Timur, Siti Atikoh Bicara Pencegahan Polio
Siti Atikoh Ganjar bicara tentang pencegahan penyakit polio di hadapan ribuan emak-emak pengajian. Istri calon Presiden Ganjar Pranowo itu mengatakan, pencegahan terhadap penyakit Polio jadi pekerjaan rumah bersama.
Atikoh mengatakan bahwa pencegahan terhadap penyakit polio harus dilakukan secara bersama-sama. Hal itu disampaikannya saat menghadiri istighosah kebangsaan di Jatim Expo, Surabaya, Jumat (19/1).
"Sekarang kan (statusnya) KLB ya, jadi perlu kewaspadaan dari seluruh pihak agar status ini benar-benar bisa ditahan," kata Atikoh
Atikoh mengatakan, KLB Polio yang terjadi di Jawa Timur ini mungkin disebabkan karena kurangnya cakupan imunisasi. Terlebih, hampir dua tahun belakang pemerintah fokus penanganan pandemi.
"Mungkin kita agak kecolongan kemarin ketika pandemi sehingga imunisasinya itu coverage kurang," ucapnya.
Kondisi ini tentu disayangkan, kata Atikoh, sebab Indonesia dalam 8 tahun terakhir sudah bebas dari Polio. Dia menegaskan, perlu edukasi masif agar pencegahan bisa dilakukan dengan optimal.
Oleh karena itu, Atikoh sengaja mengambil topik tentang polio. Dia berharap, emak-emak pengajian yang hadir di lokasi turut menjadi agen mengampanyekan hidup sehat karena ini juga faktor penyebaran virus polio.
"Seluruh pihak perlu ada edukasi terkait dengan yang pertama adalah pencegahan. Jalan satu-satunya ya imunisasi, kepada anak-anak karena yang rentan anak di bawah umur 5 tahun. Imunisasinya harus benar-benar konkret, 5 kali dan 6 kalinya booster," jelasnya.
Soal kesehatan ini, lanjut Atikoh, pun jadi prioritas dalam 21 program unggulan Ganjar-Mahfud. Pencegahan terhadap polio ini akan sejalan dilakukan dengan penguatan program 1 Desa 1 Faskes dan 1 Nakes.
"Kemudian posyandu. Itu kan dari oleh untuk rakyat. Jadi ini bener-bener berbasis komunitas dan program Ganjar-Mahfud itu memberikan insentif kepada kader posyandu. Indonesia punya posyandu 330 ribu lebih dan kadernya 1,5 juta, tentu itu tidak berat bagi negara kalau kita memang mau mencetak generasi unggul dengan cara semua warga negara itu kuat dan sehat," tandasnya.