Koneksi atau Kesehatan? Mengungkap Dampak Radiasi Smartphone
Tahukah Anda bahwa radiasi dari handphone Anda dapat menyebabkan penyakit seperti kanker dan tumor otak? Simak penjelasan lengkapnya di artikel berikut!
Perkembangan teknologi komunikasi telah membawa kemudahan luar biasa dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu perangkat yang paling dominan adalah smartphone, yang hampir tidak terpisahkan dari aktivitas manusia modern. Mulai dari komunikasi, informasi, hingga hiburan, semuanya dapat diakses melalui perangkat ini. Namun, seiring dengan meningkatnya ketergantungan terhadap smartphone, perhatian publik terhadap dampak kesehatan akibat paparan radiasi yang dihasilkan oleh perangkat ini pun turut meningkat. Radiasi ini disebut sebagai radiasi elektromagnetik frekuensi radio (RF-EMF), yang dalam penggunaan jangka panjang, diyakini dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia.
Memahami Radiasi Electromagnetic Frequency (RF-EMF) pada Smartphone
Radiasi Electromagnetic Frequency (RF-EMF) adalah radiasi elektromagnetik frekuensi radio yang dipancarkan oleh berbagai perangkat nirkabel, termasuk smartphone. Radiasi yang dipancarkan oleh smartphone adalah jenis radiasi non-ionisasi yang tidak memiliki energi cukup untuk mengionisasi atom atau molekul. Akan tetapi, radiasi RF-EMF dari perangkat ini tetap dapat menimbulkan panas, yang dapat menyebabkan perubahan biologis pada tubuh, khususnya di area otak, telinga, dan tangan yang lebih sering terpapar (Agarwal et al., 2009). Studi ini mencatat adanya peningkatan suhu jaringan tubuh, yang dapat berdampak pada sistem saraf pusat dan kesehatan reproduksi. RF-EMF umumnya digunakan untuk komunikasi nirkabel, termasuk dalam teknologi seluler, Wi-Fi, dan perangkat Bluetooth, dengan frekuensi antara 30 kHz hingga 300 GHz.
-
Kapan radiasi nirkabel dari ponsel berdampak buruk pada tubuh? Dilansir dari The Health Site, berikut sejumlah risiko kesehatan akibat tidur dekat dengan ponsel.
-
Apa yang ditemukan oleh penelitian terbaru tentang penggunaan smartphone dan risiko kanker otak? Sebuah penelitian sistematis terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Environment International mengungkapkan bahwa penggunaan smartphone tidak terkait dengan risiko kanker otak.
-
Mengapa orang khawatir tentang penggunaan smartphone dan potensi bahaya gelombang radionya? Selama bertahun-tahun, masyarakat khawatir bahwa gelombang radio yang dipancarkan oleh smartphone—jenis radiasi non-ionisasi—dapat memicu kanker otak.
-
Siapa yang berisiko mengalami gangguan mata karena sering menggunakan ponsel? Menurut National Institutes of Health, mereka yang menghabiskan waktu lama menggunakan ponsel memiliki risiko lebih tinggi mengalami nyeri mata dan kekeringan.
-
Kenapa sering menggunakan ponsel bisa sebabkan sakit kepala dan pegal? Penggunaan ponsel yang berlebihan juga dapat menyebabkan sakit kepala dan pegal di daerah sekitar alis, pelipis, dahi, atau leher. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan menekuk kepala saat menggunakan ponsel, yang dapat memicu ketegangan otot dan menyebabkan sakit kepala.
-
Bagaimana smartphone memengaruhi bentuk tengkorak manusia? Secara mengejutkan, tanduk hingga sepanjang 30 milimeter mulai muncul di kepala masyarakat saat ini. Benjolan yang muncul pada bagian bawah tengkorak dan sedikit di atas leher ini sangat langka pada 100 tahun lalu. Hal aneh ini muncul karena penggunaan smartphone, yang biasanya membuat orang menunduk dan bahkan jika diakumulasi bisa sampai empat jam dalam sehari. Hal ini membuat leher bekerja lebih keras dan tubuh meresponsnya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) melalui Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) pada tahun 2011, RF-EMF diklasifikasikan sebagai "possibly carcinogenic to humans" (karsinogen kemungkinan bagi manusia), meskipun belum terdapat bukti konklusif yang menunjukkan bahwa penggunaan smartphone secara langsung menyebabkan kanker.
Dampak Radiasi Smartphone Terhadap Kesehatan Jangka Panjang
- Potensi Dampak Terhadap Sistem Saraf dan Otak
Penggunaan smartphone yang berlebihan diyakini dapat mempengaruhi sistem saraf dan kesehatan otak manusia. Penelitian yang diterbitkan oleh National Institute of Environmental Health Sciences ditemukan bahwa penggunaan smartphone secara intensif selama lebih dari 10 tahun dapat peningkatan risiko glioma, yaitu tumor otak ganas, pada pengguna smartphone berat (Hardell & Carlberg, 2015). Studi ini juga menunjukkan bahwa pengguna smartphone yang sering meletakkan perangkat dekat dengan kepala memiliki risiko yang lebih besar terhadap tumor otak.
Radiasi RF-EMF dapat merangsang pelepasan hormon stres seperti kortisol yang berdampak pada sistem saraf otonom. Hormon kortisol yang dilepaskan dalam jangka waktu lama diketahui dapat mengganggu fungsi memori dan konsentrasi, serta menyebabkan gangguan tidur (Mander et al., 2016). Beberapa ahli juga menyatakan bahwa paparan jangka panjang terhadap RF-EMF dapat mempengaruhi perkembangan otak pada remaja yang cenderung menggunakan smartphone lebih intensif daripada kelompok usia lainnya.
- Gangguan Tidur dan Kualitas Istirahat
Penggunaan smartphone yang berlebihan, terutama sebelum tidur, dapat menyebabkan gangguan tidur karena paparan cahaya biru dan RF-EMF. Cahaya biru dari layar smartphone dapat menekan produksi melatonin, hormon yang berperan penting dalam pengaturan siklus tidur-bangun manusia. Cahaya biru memiliki panjang gelombang yang merangsang retina dan menghambat produksi melatonin, hormon yang berperan dalam mengatur siklus tidur-bangun manusia. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sleep Health, paparan cahaya biru dari layar smartphone pada malam hari dapat menurunkan tingkat melatonin, memperlambat proses tidur, serta menyebabkan gangguan pada ritme sirkadian atau jam biologis tubuh (Cain & Gradisar, 2010).
Radiasi RF-EMF yang dipancarkan oleh smartphone dapat mengganggu sistem saraf otonom yang berperan dalam proses tidur dan relaksasi. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Health Perspectives, paparan RF-EMF pada malam hari dapat merangsang sistem saraf simpatis dan meningkatkan pelepasan hormon stres seperti kortisol, yang menyebabkan tidur menjadi terganggu (Foster & Moulder, 2013). Penelitian lain oleh Loughran et al. (2012) menunjukkan bahwa paparan radiasi RF-EMF dapat meningkatkan latensi tidur, yaitu waktu yang dibutuhkan seseorang untuk mulai tertidur, serta mempengaruhi fase tidur non-REM. Fase tidur ini penting untuk pemulihan tubuh secara fisik, dan gangguan pada fase ini dapat mengakibatkan rasa lelah dan kantuk di siang hari, mengurangi kemampuan kognitif dan produktivitas.
- 3 Kebiasaan Penggunaan Handphone yang Harus Dihindari untuk Mencegah Penyakit Kanker
- Sering Dianggap Remeh, Ini Langkah Tepat Menghindari Radiasi Ponsel
- Penelitian Terbaru WHO Ungkap Bahwa Penggunaan Smartphone Bukanlah Penyebab Kanker Otak
- Penelitian Terbaru ungkap HP Tidak Meningkatkan Risiko Kanker Otak
- Risiko Kanker Jangka Panjang
Dampak radiasi dari smartphone terhadap risiko kanker telah menjadi fokus sejumlah penelitian dan studi epidemiologi dalam beberapa dekade terakhir. Meskipun radiasi dari smartphone tergolong non-ionisasi (yaitu tidak cukup kuat untuk menyebabkan ionisasi atom atau molekul dalam tubuh), kekhawatiran muncul karena paparan jangka panjang yang terus-menerus dapat mempengaruhi kesehatan jaringan tubuh, terutama di bagian yang sering terpapar langsung, seperti kepala dan leher.
Penelitian INTERPHONE adalah studi internasional terbesar yang dilakukan untuk meneliti hubungan antara penggunaan telepon seluler (termasuk smartphone) dan risiko kanker otak. Studi ini dilakukan di 13 negara dan melibatkan lebih dari 5.000 partisipan. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan smartphone dalam jangka panjang dapat berpotensi meningkatkan risiko kanker otak, khususnya glioma (tumor otak ganas) dan neuroma akustik (tumor jinak pada saraf pendengaran) pada pengguna yang intensif, yaitu mereka yang menggunakan smartphone lebih dari 10 tahun secara rutin (Cardis et al., 2011).
Salah satu penelitian penting yang memberikan wawasan tentang potensi efek karsinogenik dari radiasi RF-EMF adalah penelitian oleh National Toxicology Program (NTP) di Amerika Serikat. Penelitian ini melibatkan paparan radiasi pada tikus selama dua tahun, dan hasilnya menunjukkan adanya peningkatan tumor otak (glioma) dan tumor jantung (schwannoma) pada tikus jantan yang terpapar radiasi dengan intensitas tinggi. Meskipun studi ini dilakukan pada hewan dan hasilnya tidak dapat langsung diterapkan pada manusia, penelitian ini memberikan indikasi bahwa paparan radiasi RF yang tinggi dapat meningkatkan risiko tumor pada jaringan tertentu (Wyde et al., 2018).
- Dampak Pada Kesehatan Reproduksi
Paparan RF-EMF yang tinggi juga dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi, terutama pada pria. Penelitian oleh Agarwal et al. (2009) menemukan bahwa radiasi RF-EMF dari smartphone yang diletakkan di saku celana atau terlalu dekat dengan organ reproduksi dapat menyebabkan penurunan jumlah sperma, motilitas sperma (kemampuan sperma untuk bergerak), dan kualitas sperma secara keseluruhan. Hal ini diperkirakan terjadi akibat peningkatan suhu di sekitar area genital dan stres oksidatif akibat paparan radiasi jangka panjang.
Penelitian lain yang dilakukan oleh De Iuliis et al. (2009) menunjukkan bahwa paparan radiasi RF-EMF dapat menyebabkan kerusakan pada DNA sperma. DNA sperma yang rusak dapat mengurangi kemampuan sel-sel sperma untuk membuahi sel telur dan berisiko meningkatkan kelainan genetik pada keturunan. Kerusakan ini juga dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran dan kelainan perkembangan pada embrio. Kerusakan DNA sperma yang disebabkan oleh radiasi RF-EMF dikaitkan dengan stres oksidatif, yang menghasilkan zat-zat beracun di dalam sel sperma. Radikal bebas ini berpotensi menyebabkan mutasi pada sperma dan berdampak pada keberhasilan reproduksi serta kualitas keturunan.
Smartphone merupakan perangkat esensial di era modern ini, namun paparan radiasi RF-EMF yang dihasilkannya dapat menimbulkan potensi risiko bagi kesehatan jika digunakan dalam jangka waktu lama. Paparan jangka panjang terhadap RF-EMF diyakini dapat mempengaruhi kesehatan sistem saraf, kualitas tidur, reproduksi, serta meningkatkan risiko kanker meskipun belum ada bukti kuat dan konsisten yang dapat mengonfirmasi dampak tersebut pada manusia. Langkah pencegahan sederhana dapat membantu mengurangi paparan radiasi dan meminimalisir potensi risiko terhadap kesehatan jangka panjang.