Seks lewat belakang, ini risikonya!
Sebelum melakukan seks anal, sebaiknya kenali dulu risikonya!
Berbicara tentang seks anal atau hubungan seksual yang dilakukan lewat lubang dubur, banyak orang yang akan merasa jijik atau risih melakukannya. Namun, tak dipungkiri bahwa tak sedikit pasangan yang menyukai dan tak keberatan melakukan seks anal.
Melakukan seks anal tentunya sangat berbeda dengan melakukan seks yang biasa. Terutama karena lubang dubur sangat jauh berbeda dengan vagina yang memang didesain untuk bercinta. Salah satu masalah yang sering terjadi ketika melakukan seks anal adalah kurangnya lubrikasi pada lubang dubur, sehingga seks bisa terasa menyakitkan.
Selain itu, bagi para penggemar seks anal, ada kekhawatiran lain yang selalu membayangi, yaitu apakah terlalu sering melakukan seks anal akan merusak otot-otot pada dubur? Jika Anda termasuk orang yang suka melakukan seks anal, sebaiknya ketahui risikonya dulu.
Dr Debby Herbenick dari Men's Health (19/01) menjelaskan bahwa seks anal bisa dilakukan dengan aman dan nyaman jika dilakukan dengan benar. Faktanya, selama ini sekitar 25 - 40 persen wanita pernah mencoba seks anal dan tidak mengalami masalah. Namun sangat mungkin untuk mengalami masalah ketika melakukan seks anak dan berakhir pada rusaknya otot dubur.
Selama ini peneliti belum pernah melakukan penelitian mengenai keamanan melakukan seks anal dalam jangka waktu yang lama. Jika melakukan seks anal dalam jangka waktu yang lama dan tidak dilakukan dengan benar, maka bisa saja terjadi tekanan pada dinding vagina bagian belakang. Hal ini bisa memicu seseorang untuk lebih mudah buang gas atau kentut tanpa bisa ditahan.
Selain itu, jika tidak dilakukan dengan hati-hati juga terdapat kemungkinan robeknya otot pada dubur ketika melakukan seks anal. Seks anal bukanlah hal yang bisa dilakukan dengan sembarangan dan tidak hati-hati karena memiliki risiko merusak organ tubuh yaitu dubur dan membuat organ tersebut menjadi tidak nyaman. Karena itu, menggunakan pelumas dan melakukan seks anal dengan hati-hati akan membantu mengurangi risiko tersebut.
Tak hanya robeknya otot dubur atau tertekannya dinding vagina saja yang menjadi risiko dari seks anal. Melakukan seks anak juga bisa meningkatkan risiko kanker anal serta HPV (virus penyakit menular seksual). Meski HPV juga bisa ditularkan tak hanya lewat seks anal, tetapi juga seks oral atau penetrasi lewat vagina.
Melakukan seks anal adalah pilihan masing-masing pasangan. Jika seseorang menikmati melakukan seks anal, maka tak ada salahnya dicoba. Namun sebelum itu, pastikan Anda mengetahui cara melakukan seks anal dengan baik untuk mencegah terjadinya kerusakan pada otot dubur dan organ tubuh Anda yang lain.
Baca juga:
5 Fakta top tentang orgasme wanita
Bisakah ukuran miss V berubah akibat sering bercinta?
Ini yang paling sering diperhatikan wanita dari tubuh pria!
5 Fakta menarik tentang testis yang harus diketahui wanita
Bisakah penyakit seksual ditularkan lewat sex toy dan ciuman?
-
Bagaimana cara Sumber Ayu meningkatkan kesadaran perempuan tentang kesehatan organ kewanitaan? Demi meningkatkan kesadaran perempuan tentang kesehatan organ kewanitaannya, Sumber Ayu mengadakan talkshow interaktif lewat Instagram Live rutin setiap bulannya.
-
Apa yang harus diajarkan dalam pendidikan seks untuk anak? Melalui edukasi seksual, anak bisa mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, hubungan interpersonal yang sehat, serta hak dan kewajiban dalam pernikahan.
-
Bagaimana caranya agar anak bisa memahami tentang hubungan seksual? Pentingnya memberikan pemahaman seksual yang tepat sejalan dengan perkembangan usia anak menjadi kunci dalam menghindari dampak negatif ini.
-
Bagaimana pelaku melakukan pelecehan seksual? Korban penyandang disabilitas tidak bisa berteriak atau menolak. Dia merasa takut dan ketergantungan," katanya.
-
Apa saja jenis-jenis penyakit menular seksual yang bisa terjadi pada seseorang? Sejumlah penyakit menular seksual (PMS) rentan terjadi dan dialami oleh seseorang.
-
Bagaimana cara penularan penyakit menular seksual? Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, jamur, atau parasit yang ditularkan melalui hubungan seksual, termasuk hubungan seksual vaginal, anal, atau oral.