Operasi Bariatrik: Jalan Menuju Kehidupan Sehat bagi Penderita Obesitas Ekstrem
Mengenal lebih dalam operasi bariatrik, solusi media untuk penderita obesitas ekstrem.
Obesitas ekstrem merupakan salah satu masalah kesehatan yang semakin mengkhawatirkan di berbagai belahan dunia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), angka prevalensi obesitas terus meningkat setiap tahun, dan pada beberapa negara, sekitar 40% penduduk dewasa dikategorikan mengalami kelebihan berat badan hingga obesitas. Dalam kondisi ini, mereka yang mengalami obesitas ekstrem sering kali mengalami berbagai komplikasi kesehatan serius, seperti diabetes tipe 2, hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan tidur (Apovian et al., 2015). Di antara berbagai metode penanganan yang ada, operasi bariatrik semakin banyak diakui sebagai salah satu solusi medis yang efektif untuk membantu penderita obesitas ekstrem dalam menurunkan berat badan secara signifikan dan mengurangi risiko komplikasi terkait obesitas.
Apa itu Operasi Bariatrik?
Operasi bariatrik adalah prosedur pembedahan yang bertujuan untuk membantu penurunan berat badan pada individu yang mengalami obesitas ekstrem dengan cara mengurangi kapasitas lambung atau mengubah anatomi sistem pencernaan, sehingga membatasi asupan makanan atau mengurangi penyerapan nutrisi (Schauer et al., 2014). Prosedur ini bertujuan untuk membatasi asupan makanan, mengurangi penyerapan nutrisi, atau kombinasi keduanya. Berdasarkan tinjauan literatur yang dilakukan oleh Buchwald et al. (2004), operasi bariatrik mencakup beberapa jenis prosedur, seperti gastric bypass, sleeve gastrectomy, dan adjustable gastric banding, yang telah terbukti efektif dalam mengurangi berat badan berlebih dan memperbaiki komorbiditas terkait obesitas, seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan dislipidemia.
-
Apa saja komplikasi kesehatan yang bisa ditimbulkan oleh obesitas? Orang dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan sejumlah masalah kesehatan yang berpotensi serius. Komplikasi obesitas tersebut antara lain adalah: Komplikasi 1. Penyakit jantung dan stroke. Obesitas membuat Anda lebih mungkin mengalami tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol abnormal, yang merupakan faktor risiko penyakit jantung dan stroke. 2. Diabetes tipe 2. Obesitas dapat memengaruhi cara tubuh menggunakan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Hal ini meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes. 3. Kanker. Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker rahim, leher rahim, endometrium, ovarium, payudara, usus besar, rektum, kerongkongan, hati, kandung empedu, pankreas, ginjal dan prostat. 4. Masalah pencernaan. Obesitas meningkatkan kemungkinan berkembangnya mulas, penyakit kandung empedu dan masalah hati. 5. Apnea tidur. Orang dengan obesitas lebih cenderung mengalami sleep apnea, gangguan yang berpotensi serius di mana pernapasan berulang kali berhenti dan dimulai saat tidur. 6. Osteoarthritis. Obesitas meningkatkan tekanan pada sendi yang menahan beban, selain meningkatkan peradangan di dalam tubuh. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan komplikasi seperti osteoarthritis.
-
Apa saja masalah pencernaan yang bisa ditimbulkan oleh obesitas? Obesitas juga dapat memicu berbagai masalah pencernaan, salah satunya adalah refluks asam lambung atau GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Tekanan berlebih pada perut akibat lemak yang menumpuk dapat mendorong asam lambung naik ke esofagus, menyebabkan rasa terbakar di dada dan tenggorokan.
-
Dimana kasus obesitas meningkat drastis? "Ada peningkatan yang begitu drastis di masyarakat tentang obesitas,” kata dia, dilansir dari ANTARA
-
Apa perbedaan utama antara overweight dan obesitas? Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang sering digunakan secara bergantian, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan yang penting. Overweight merujuk pada kelebihan berat badan yang disebabkan oleh tingkat lemak tubuh yang lebih tinggi dari yang dianggap sehat untuk tinggi badan seseorang. Sementara itu, obesitas adalah kondisi medis yang ditandai dengan kelebihan lemak tubuh yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.
-
Bagaimana cara mencegah obesitas akibat makanan? Cara mengatasinya adalah dengan mengatur pola makan yang seimbang, mengurangi porsi makan, dan memilih makanan yang kaya serat, protein, dan vitamin.
-
Siapa yang harus berhati-hati dengan risiko obesitas? Firlianita memberikan peringatan khusus kepada mereka yang sudah masuk kategori kelebihan berat badan, terutama jika terukur melalui Indeks Massa Tubuh (IMT) antara 23-25.
Menurut penelitian oleh Adams et al. (2012), operasi bariatrik tidak hanya menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan, tetapi juga memiliki dampak positif jangka panjang terhadap kualitas hidup dan kesehatan pasien. Dalam studi ini, pasien yang menjalani gastric bypass menunjukkan penurunan berat badan dan pengurangan risiko penyakit kardiovaskular. Penurunan berat badan ini disebabkan oleh perubahan sistem pencernaan, yang mempengaruhi hormon rasa lapar dan kenyang, seperti ghrelin, sehingga mengurangi nafsu makan (Mingrone et al., 2015).
Jenis-Jenis Operasi Bariatrik
- Gastric Bypass
Gastric bypass atau dikenal sebagai Roux-en-Y gastric bypass adalah salah satu prosedur bariatrik yang paling umum. Prosedur ini melibatkan pemotongan bagian atas lambung untuk membuat kantong kecil, yang kemudian dihubungkan langsung ke usus kecil. Dengan cara ini, makanan akan melewati sebagian besar lambung dan bagian awal usus kecil, sehingga mengurangi penyerapan kalori dan nutrisi. Gastric bypass dapat menyebabkan penurunan berat badan hingga 60-80% dari kelebihan berat badan pasien dalam 1-2 tahun pertama setelah operasi (Buchwald et al., 2004). Selain itu, operasi ini juga dilaporkan efektif dalam meningkatkan kontrol gula darah pada pasien dengan diabetes tipe 2, seperti yang ditemukan dalam penelitian Schauer et al. (2017), di mana pasien mengalami remisi diabetes yang lebih baik dibandingkan dengan perawatan medis intensif tanpa operasi.
- Sleeve Gastrectomy
Operasi sleeve gastrectomy adalah prosedur di mana sekitar 75-80% dari lambung diangkat, sehingga lambung yang tersisa membentuk tabung atau sleeve dengan ukuran yang jauh lebih kecil dari ukuran normal. Prosedur ini tidak mempengaruhi usus kecil, sehingga proses pencernaan masih berfungsi normal, tetapi kapasitas lambung yang lebih kecil membuat pasien merasa kenyang lebih cepat dan mengurangi nafsu makan. Menurut penelitian oleh Himpens et al. (2006), sleeve gastrectomy telah terbukti memberikan penurunan berat badan sebesar 50-70% dari kelebihan berat badan pasien dalam waktu 1-3 tahun setelah operasi.
- Adjustable Gastric Banding
Pada prosedur adjustable gastric banding, cincin silikon dipasang di sekitar bagian atas lambung, menciptakan kantong lambung kecil yang membatasi jumlah makanan yang bisa masuk. Cincin ini dapat disesuaikan dari waktu ke waktu untuk meningkatkan atau mengurangi pembatasan asupan makanan, sehingga prosedur ini relatif fleksibel dibandingkan jenis operasi bariatrik lainnya. Walaupun metode ini awalnya sangat populer karena sifatnya yang kurang invasif, penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pasien cenderung lebih rendah dibandingkan metode lainnya. Studi oleh Eid et al. (2011) menunjukkan bahwa meskipun adjustable gastric banding aman dan efektif untuk jangka pendek, banyak pasien mengalami komplikasi dalam jangka panjang, termasuk perpindahan cincin atau infeksi. Selain itu, tingkat penurunan berat badan dari prosedur ini cenderung lebih rendah, dengan rata-rata sekitar 40-50% dari kelebihan berat badan dalam dua tahun pertama.
Efek Positif Operasi Bariatrik terhadap Kesehatan
Efek positif operasi bariatrik terhadap kesehatan penderita obesitas ekstrem sudah terbukti melalui berbagai penelitian. Pertama, operasi ini memberikan manfaat jangka panjang dalam menurunkan berat badan. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Adams et al. (2012), pasien yang menjalani gastric bypass menunjukkan penurunan berat badan yang bertahan hingga 15 tahun setelah operasi. Penurunan berat badan yang signifikan ini dapat menurunkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi.
Operasi bariatrik juga diketahui memiliki dampak positif pada kontrol glukosa darah dan resistensi insulin. Menurut Schauer et al. (2014), pasien obesitas dengan diabetes tipe 2 yang menjalani gastric bypass atau sleeve gastrectomy mengalami perbaikan yang signifikan dalam kadar glukosa darah mereka, bahkan pada beberapa kasus, pasien tidak lagi memerlukan pengobatan antidiabetes setelah operasi. Ini menunjukkan bahwa operasi bariatrik dapat menjadi alternatif pengobatan bagi penderita diabetes yang tidak berhasil mengendalikan gula darah melalui metode konvensional.
Selain itu, perbaikan kualitas hidup pasien setelah operasi bariatrik juga menjadi aspek penting. Sebuah penelitian oleh Karlsson et al. (2007) menunjukkan bahwa pasien yang menjalani operasi bariatrik melaporkan peningkatan kualitas hidup dalam hal aktivitas fisik, kesehatan mental, dan kepuasan diri. Pasien yang sebelumnya mengalami depresi dan gangguan kecemasan akibat obesitas sering kali melaporkan perbaikan dalam kondisi psikologis mereka setelah operasi, karena penurunan berat badan dan peningkatan mobilitas. Aspek-aspek ini sangat penting karena obesitas ekstrem sering kali menyebabkan gangguan psikologis, seperti depresi dan rendahnya harga diri.
Operasi bariatrik juga efektif dalam mengurangi gejala gangguan pernapasan seperti obstructive sleep apnea (OSA). Menurut penelitian oleh Dixon et al. (2005), pasien dengan OSA yang menjalani operasi bariatrik mengalami penurunan yang signifikan dalam gejala OSA dan bahkan beberapa pasien terbebas dari kebutuhan alat bantu pernapasan seperti CPAP (Continuous Positive Airway Pressure). Hal ini disebabkan oleh penurunan berat badan yang meringankan beban pada saluran pernapasan.
Risiko dan Efek Samping Operasi Bariatrik
Seperti prosedur medis lainnya, operasi bariatrik juga memiliki risiko dan efek samping yang perlu diperhatikan. Komplikasi yang mungkin terjadi termasuk infeksi, perdarahan, kebocoran dari area jahitan, dan defisiensi nutrisi akibat penyerapan yang berkurang. Risiko defisiensi vitamin dan mineral, seperti vitamin B12, vitamin D, kalsium, dan zat besi, cukup tinggi pada pasien yang menjalani operasi ini. Oleh karena itu, pemantauan ketat dan suplemen tambahan sering kali diperlukan untuk mencegah efek samping jangka panjang ini (Shankar et al., 2010).
Selain itu, ada juga risiko dumping syndrome, kondisi di mana makanan berpindah terlalu cepat dari lambung ke usus kecil. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti mual, diare, pusing, dan keringat dingin setelah makan. Namun, dengan mengikuti diet yang sesuai dan mematuhi anjuran medis, banyak dari efek samping ini dapat dikendalikan dan dihindari.
Dalam menghadapi tantangan obesitas ekstrem yang terus meningkat, operasi bariatrik menawarkan solusi medis yang menjanjikan. Dengan berbagai jenis prosedur yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu, operasi ini tidak hanya efektif dalam menurunkan berat badan tetapi juga mampu memperbaiki kualitas hidup dan kesehatan secara keseluruhan. Penurunan risiko penyakit kronis, peningkatan kontrol glukosa, dan perbaikan dalam kesehatan mental menjadi beberapa manfaat dari operasi bariatrik. Meskipun ada risiko dan efek samping yang perlu diperhatikan, dengan pengelolaan pascaoperasi yang baik, komplikasi dapat diminimalisir. Penting bagi calon pasien untuk melakukan konsultasi mendalam dengan tenaga medis serta mengikuti program pemantauan yang ketat untuk memastikan keberhasilan jangka panjang.