Tak Hanya Dialami Orang Tua, Ini Penyebab Anak Muda Juga Rentan Mengalami Hipertensi
Kondisi kehidupan pada saat ini membuat hipertensi tak hanya penyakit orangtua semata namun juga rentan dialami anak muda.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering kali dianggap sebagai penyakit yang hanya dialami oleh orang tua. Namun, kini anggapan tersebut tidak lagi sepenuhnya benar. Menurut dokter spesialis penyakit dalam, RA Adaninggar Primadia Nariswari, hipertensi tidak mengenal usia.
"Jadi jangan dikira hipertensi itu hanya penyakit orang tua, sekarang dengan berubahnya gaya hidup dan perubahan zaman, penyakit-penyakit yang dulu dikatakan sebagai penyakit orang tua itu saat ini pada anak-anak pun sudah bisa terjadi," ujar dokter yang akrab disapa Ning ini.
-
Apa penyebab hipertensi pada anak? Penyebab hipertensi pada anak bisa bervariasi, termasuk obesitas, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tinggi garam, dan riwayat keluarga dengan hipertensi.
-
Bagaimana cara mengatasi hipertensi pada anak? Pengelolaan hipertensi pada anak melibatkan perubahan gaya hidup seperti diet seimbang, peningkatan aktivitas fisik, dan pengurangan asupan garam. Dalam beberapa kasus, obat-obatan mungkin diperlukan.
-
Bagaimana cara mencegah hipertensi pada anak? Cara Mencegah Hipetensi Hipertensi pada anak bisa menimbulkan komplikasi yang serius, seperti kerusakan pada jantung, ginjal, otak, atau mata. Oleh karena itu, penting untuk mencegah dan mengatasi hipertensi pada anak dengan cara-cara berikut: Menerapkan diet antihipertensi. Diet antihipertensi adalah pola makan yang rendah lemak, garam, dan gula, serta kaya akan serat, sayur, buah, dan biji-bijian. Diet ini bisa membantu menurunkan tekanan darah, berat badan, dan kolesterol pada anak.Membiasakan anak untuk aktif bergerak dan rutin berolahraga. Aktivitas fisik dan olahraga bisa meningkatkan sirkulasi darah, menguatkan jantung, dan membakar kalori pada anak. Anak disarankan untuk berolahraga minimal 60 menit per hari, 5 hari dalam seminggu. Menghindari paparan asap rokok, minuman beralkohol, dan kafein. Asap rokok, alkohol, dan kafein bisa meningkatkan tekanan darah dan merusak pembuluh darah pada anak. Anak sebaiknya tidak merokok, tidak terpapar asap rokok, dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan kafein. Menjaga berat badan ideal anak. Kelebihan berat badan atau obesitas bisa meningkatkan risiko hipertensi pada anak. Berat badan ideal anak bisa dihitung dengan menggunakan rumus Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Anak yang memiliki BMI di atas 85 persentil untuk usia dan jenis kelaminnya tergolong overweight, sedangkan anak yang memiliki BMI di atas 95 persentil tergolong obesitas.
-
Apa saja tanda-tanda hipertensi pada anak yang perlu diwaspadai? Tanda-tanda Hipertensi pada Anak Sakit kepala pada anakPenglihatan anak kaburAnak mual dan/atau muntahMimisan pada anakNyeri dadaKenaikan berat badan pada anak yang tak tahu penyebabnyaRasa lelahAnak kejangSesak napas pada anakDetak jantung cepat atau berdebar (palpitasi)
-
Kenapa hipertensi pada anak bisa berbahaya? Hipertensi pada anak bisa menimbulkan komplikasi yang serius, seperti kerusakan pada jantung, ginjal, otak, atau mata. Oleh karena itu, penting untuk mencegah dan mengatasi hipertensi pada anak dengan cara-cara berikut:
-
Kapan kita harus waspada terhadap hipertensi pada anak? Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter mengenai penggunaan obat-obatan ini dan memantau tekanan darah anak secara teratur.
Ning menjelaskan bahwa hipertensi, terutama hipertensi primer, 90 persen penyebabnya adalah karena gaya hidup. Pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol adalah beberapa faktor risiko utama yang dapat menyebabkan hipertensi pada usia muda.
"Jadi kalau melihat life style, siapa pun bisa terkena hipertensi, tidak hanya usia lanjut tapi mulai dari remaja, dewasa muda, hingga lansia bisa mengalami hipertensi," jelasnya.
Hipertensi primer bahkan juga dapat terjadi pada anak-anak, terutama mereka yang mengalami obesitas dan diabetes. Ning menambahkan, "Seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak yang mengalami obesitas dan diabetes sekarang juga meningkat, nah ini biasanya diikuti juga dengan hipertensi."
Sementara itu, hipertensi sekunder lebih sering terjadi pada usia muda dan biasanya disebabkan oleh kelainan hormon atau penyakit lain seperti gangguan ginjal. "Hipertensi sekunder biasanya disebabkan oleh penyakit, seperti gangguan ginjal atau masalah hormonal tertentu. Apabila penyakit dasarnya diobati, hipertensi biasanya juga akan ikut sembuh," jelas Ning.
Faktor risiko hipertensi terbagi menjadi dua kategori, yaitu yang bisa diubah dan yang tidak bisa diubah. Faktor risiko yang tidak bisa diubah termasuk genetik atau keturunan dari orang tua yang memiliki hipertensi. Usia juga merupakan faktor risiko yang tidak bisa diubah karena semakin bertambahnya usia, pembuluh darah akan menjadi semakin kaku, yang bisa menjadi penyebab hipertensi.
- Rentan Terjadi Tanpa Disadari, Kenali Ciri dan Penanganan Hipertensi Tersembunyi Menurut Dokter Penyakit Dalam
- Penyebab Hipertensi pada Anak yang Perlu Diwaspadai, Begini Cara Mengatasinya
- Tanda-Tanda Hipertensi pada Anak yang Perlu Diwaspadai, Cegah sejak Dini
- 10 Masalah Kesehatan yang Rentan Dialami Bapak-bapak Setelah Usia 40 Tahun
"Faktor risiko yang tidak bisa diubah termasuk genetik, yaitu keturunan dari orang tua yang memiliki hipertensi," ujar Ning.
Lebih lanjut, faktor risiko yang bisa diubah sebagian besar berkaitan dengan gaya hidup. Ini termasuk pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan buruk seperti merokok, minum alkohol, dan tidak mampu mengelola stres dengan baik.
"Jika penyebab hipertensi karena faktor risiko yang tidak bisa diubah lebih dominan, itu memang lebih sulit. Namun, jika faktor risiko gaya hidup yang lebih besar, maka dengan memperbaiki gaya hidup, risiko hipertensi bisa berkurang," jelasnya.
Salah satu tantangan terbesar dalam menangani hipertensi adalah sering kali penyakit ini tidak menunjukkan gejala, sehingga sering disebut sebagai silent killer.
"Kebanyakan orang dengan hipertensi tidak menyadarinya karena tidak bergejala. Kita tidak akan tahu apakah kita hipertensi atau tidak tanpa memeriksa tekanan darah," ungkap Ning.
Namun, pada beberapa orang dengan ambang nyeri yang rendah, gejala seperti sakit kepala, nyeri di tengkuk, atau pusing dapat muncul ketika tekanan darah naik. "Memang ada sedikit orang yang memiliki ambang nyeri yang rendah, misalnya tensi agak naik sedikit dia mengalami sakit kepala, atau tengkuknya biasanya nyeri, pusing dan berputar," jelasnya.
Untuk mengatasi hipertensi, penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin dan menjaga gaya hidup sehat. Faktor paling dominan untuk hipertensi primer adalah gaya hidup dan genetik. Meskipun seseorang memiliki kecenderungan genetik untuk hipertensi, menjalani pola hidup sehat dapat membantu mencegah penyakit ini.
"Faktor paling dominan untuk hipertensi primer adalah gaya hidup dan genetik," ujar Ning.