Bung Towel Minta PSSI Jangan Lembek ke STY: Kok dari Dulu Begitu Saja Taktiknya
Tommy Welly mengingatkan PSSI untuk tidak ragu dalam mengevaluasi pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, agar tidak terkesan lemah.
Pengamat sepak bola nasional, Tommy Welly, memberikan serangkaian analisis yang dapat dimanfaatkan oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, untuk mengevaluasi kinerja pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong. Ia menekankan bahwa evaluasi menyeluruh yang dijanjikan oleh Erick Thohir sangat penting untuk menjaga peluang Timnas Indonesia agar dapat lolos dari putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Menurut Tommy Welly, evaluasi ini dapat menjadi kunci bagi skuad Garuda, karena dari hasil evaluasi tersebut, diharapkan skuad dapat mencapai target yang ditetapkan dalam empat pertandingan yang tersisa tahun depan.
- Waduh! Bung Towel Masih Desak Shin Tae-yong Mundur Meski Timnas Indonesia Sukses Taklukan Arab Saudi
- Mengenal Bung Towel, Sosok yang Minta Shin Tae-yong Mundur dan Gagas Tagar #STYOut
- Menganalisis Strategi Shin Tae-yong di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Jelang Lawan Jepang
- Indonesia Mengambil Poin di Markas Arab, Shin Tae-yong Mendapatkan Pujian Towel.
“Kalau untuk menjaga peluang lolos, menurut saya, sisa laga ini targetnya tujuh poin. Secara perhitungan matematis, kalau bisa dapat tujuh poin dari Australia, Bahrain, China, dan Jepang, peluang itu cukup terbuka,” ujar Tommy Welly yang dikutip dari Sportify Indonesia.
Ia juga menambahkan, “Namun, pertanyaannya, bagaimana mencapai tujuh poin ini? Menurut saya, kuncinya adalah evaluasi besar-besaran Ketua Umum PSSI-lah yang akan menjadi kunci. Apakah itu sekadar gimmick atau benar-benar dikerjakan.”
PSSI seharusnya tidak bersikap lemah
Pria yang biasa dipanggil Bung Towel mengingatkan PSSI untuk tidak bersikap lemah. Ia menekankan bahwa ketegasan sangat penting dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja pelatih asal Korea Selatan tersebut.
"Dalam hal ini, menurut saya, PSSI jangan lembek. Harus ada ketegasan, harus punya visi, harus memiliki analisis melihat tren sepak bola Timnas Indonesia," ujarnya.
Ia juga menyoroti bahwa wacana evaluasi besar-besaran setelah pertandingan melawan Jepang tidak bisa diambil begitu saja tanpa mempertimbangkan berbagai faktor.
Lebih lanjut, Bung Towel menjelaskan bahwa banyak hal yang harus dipikirkan terkait perjalanan timnas.
"Bukan hanya karena kalah 0-4 dari Jepang. Tetapi, ada banyak faktor. Makanya, Erick Thohir bilang soal ego. Apakah ini soal Shin Tae-yong? Mungkin saja," lanjut dia.
Kendala Bahasa STY
Pria asal Bandung ini juga menekankan pentingnya kecermatan Shin Tae-yong dalam merespons situasi di lapangan, terutama saat menghadapi tim Jepang. Terdapat satu insiden di mana tim Garuda kebobolan gol akibat hanya bermain dengan 10 orang setelah Kevin Diks mengalami cedera.
Selain itu, masalah komunikasi juga menjadi tantangan bagi pelatih asal Korea Selatan ini. Menggunakan bahasa Korea untuk memberikan instruksi bisa menjadi kendala, mengingat mayoritas pemain Timnas Indonesia adalah pemain yang berasal dari luar negeri.
Dia menambahkan, "Ada pula kendala bahasa, lalu kecolongan gol kedua ketika bermain 10 pemain saat melawan Jepang karena Kevin Diks cedera. Itu kan menunjukkan keterlambatan Shin Tae-yong mengantisipasi pertandingan."
"Soal komunikasi dan bahasa ini sangat penting. Yang berkali-kali saya bilang dan semua dianggap sepele adalah, dia itu memakai bahasa apa di area teknikal. Kalau pakai bahasa Korea Selatan, padahal yang bermain adalah sembilan pemain naturalisasi dan dua lokal."
Taktik STY begitu saja
Tommy Welly juga menyampaikan pendapatnya mengenai aspek teknik dan taktik dalam permainan. Ia menilai bahwa gaya permainan Timnas Indonesia di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong perlu dicatat dan dievaluasi. Kehadiran pemain naturalisasi seharusnya membawa perubahan, namun skuad Merah Putih masih belum menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam gaya permainan mereka.
Welly berpendapat bahwa permainan tim cenderung stagnan dan tidak mengalami perubahan sejak kedatangan Shin Tae-yong.
"Selanjutnya area taktik dan teknik. Kok dari dulu begitu saja taktiknya? Apakah dengan hadirnya banyak pemain naturalisasi cuma bisa dimainkan seperti itu? Itu bisa menjadi dasar pertanyaan untuk evaluasi," ucapnya.