Dari PHK ke Petani Sukses: Kisah Inspiratif Sudarti yang Beli Tanah 1,5 Hektar
Sudarti mengalami pemutusan hubungan kerja di tahun 2014.
Di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, cuaca saat itu terasa sangat panas. Namun, bagi Sudarti, seorang petani tembakau perempuan asal Desa Sudo, kondisi ini justru menjadi berkah.
Cuaca panas yang menyengat sangat menguntungkan bagi tembakau yang telah dipanennya. Dengan cekatan, Sudarti mengatur dan memastikan bahwa tembakau tersebut tersebar merata agar cepat kering.
-
Apa yang sukses dari keluarga petani itu? Dalam unggahan tersebut disebutkan orang tua Leo adalah seorang petani yang hidup sederhana. Video itu sudah ditonton hingga lebih dari 2 juta kali dan mendapatkan banyak respons positif dari warganet.'Yang hebat bukan anaknya tapi ortunya,' tulis akun tiktok @_delxxx dalam kolom komentar.'Keren orang tuanya… ,' tulis akun @nuning_callista.
-
Siapa yang merintis pekerjaan sebagai petani di Sukomakmur? Walaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
-
Tembakau apa yang paling disukai petani? Varietas Komloko 2 dan Komloko 3 merupakan varietas yang paling diminati petani dan konsumen tembakau.
-
Kenapa petani tembakau mengalami masa sulit? Aan mengakui untuk saat ini para petani tembakau sedang mengalami masa sulit. Apalagi harga cukai tengah naik. Apabila cukai naik, pabrik tidak akan membeli tembakau yang mahal. Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi petani.
-
Siapa pengusaha kaya yang membangun pabrik kelapa sawit di Sumatera? Tahun 1991, Wilmar berhasil membangun pabrik pengolahan minyak sawit pertama sekaligus membeli kebun kelapa sawit seluas 7.000 hektare di Pulau Sumatra.
-
Siapa yang menginspirasi petani muda ini? Dyra mengatakan, mereka berjualan petai karena terinspirasi dari orang tua.
Sudarti bukanlah pendatang baru dalam dunia pertanian; dia sudah berpengalaman selama sepuluh tahun dalam menanam tembakau dan juga terlibat dalam program kemitraan yang dijalankan oleh PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melalui perusahaan pemasok.
Sebelum terjun ke dunia pertanian, Sudarti bekerja sebagai buruh pabrik. Namun, pada tahun 2014, dia mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dari tempat kerjanya.
"Setelah PHK itu saya pulang ke Rembang. Sempat bingung mau bekerja apa. Namun saya memutuskan menanam tembakau setelah disarankan oleh tetangga," kenangnya.
Sebagai seorang pemula dalam bidang pertanian, Sudarti merasa sangat tidak berpengalaman. Beruntung, program kemitraan yang diikutinya memberikan pelatihan dan pendampingan yang sangat dibutuhkan.
"Saya dibina dan diarahkan dari awal. Dari mulai menanam sampai proses pasca-panen, saya terus mendapatkan pembinaan," tuturnya.
Setiap hari, Sudarti menerima pendampingan yang membantunya dalam merawat tanaman tembakau. Hal ini memungkinkan tanaman yang dia tanam tumbuh dengan baik.
Tentu saja, ketekunan dan dedikasi Sudarti juga berperan penting dalam keberhasilannya. Di kalangan petani tembakau di Desa Sudo, Sudarti cukup dikenal.
Dia bukan hanya terkenal sebagai petani perempuan, tetapi juga karena sifat tekun dan komitmennya. Tak jarang, Sudarti menghabiskan waktu di lahan hingga malam hari untuk memastikan bahwa lahan serta tanaman tembakaunya dalam kondisi optimal.
Mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat
Perekonomian Sudarti mengalami peningkatan setelah ia menjadi petani tembakau. Sebagai seseorang yang pernah merasakan pahitnya di-PHK, pencapaian yang diraihnya saat ini adalah sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Dari hasil penjualan tembakaunya, Sudarti mampu membeli sepeda motor dan menabung untuk masa depan.
"Hasil pertanian tembakau selalu bagus. Sehingga saya bisa punya dua sepeda motor sekarang. Satu untuk keperluan sehari-hari, dan satu lagi untuk dipakai di lahan," jelasnya.
Luas lahan yang dimiliki Sudarti kini mencapai sekitar 1,5 hektar, dan kesejahteraan yang dirasakannya juga berdampak positif bagi lingkungan sekitar.
Untuk membantu proses penanaman dan pemanenan tembakau, ia mempekerjakan lima warga setempat.
"Mereka adalah tetangga yang selalu saya ajak setiap musim tembakau. Sebelumnya, mereka tidak punya pekerjaan tetap saat musim kemarau," tambah Sudarti.
Dengan semakin banyaknya petani tembakau di desanya, ia mengakui bahwa kadang terjadi persaingan di antara para petani untuk mencari tenaga kerja.
Hal ini terasa lebih nyata saat musim kemarau, di mana tanaman lain sulit tumbuh dengan baik. Namun, tembakau justru memberikan hasil yang baik saat cuaca panas.
"Kalau kemarau ini tidak ada yang menganggur. Pekerjanya sampai kurang-kurang," ungkap Sudarti.
Kisah Sudarti menunjukkan bahwa pertanian tembakau dapat memberikan manfaat bagi siapa saja, termasuk perempuan.
Di Rembang, Sudarti bukanlah satu-satunya perempuan yang terlibat dalam sektor pertanian tembakau. Contoh lain adalah Karmati, yang bekerja sebagai buruh tani di lahan milik Kepala Desa Gunem.
Seperti Sudarti, Karmati juga merasakan dampak positif dari pertanian tembakau dan program kemitraan Sampoerna. Dia telah bekerja sebagai buruh tani tembakau selama 14 tahun dan merasa bersyukur karena kini memiliki pekerjaan yang stabil.
"Manfaat pertanian tembakau bagi saya adalah pekerjaan ini yang membuat saya punya penghasilan setiap hari," ucapnya.
Sebelumnya, Karmati pernah menjadi buruh tani untuk tanaman lain, tetapi dia merasakan bahwa bertanam tembakau lebih meningkatkan kesejahteraan dirinya dan keluarganya.
"Kalau tembakau setiap hari. Karena itu, saya juga mendapat penghasilan setiap hari," ujarnya.
Selain penghasilan, Karmati juga mendapatkan berbagai pelatihan dan pendampingan dari program kemitraan Sampoerna. "Saya menerima pelatihan untuk hal-hal yang saya kerjakan di lahan. Pelatihannya dilakukan secara bertahap dan dipantau juga setiap hari," ungkap Karmati.
Dia merasa bersyukur karena hasil dari pekerjaan sebagai buruh tani tembakau ini dapat membantu anaknya menyelesaikan pendidikan hingga mendapatkan pekerjaan.
"Alhamdulillah sudah kerja semua," katanya.