Kisah Tragis Juara Bertahan Premier League: Man City Bukan Satu-satunya
Sejak diluncurkan pada musim 1992/1993, Premier League selalu dipenuhi dengan berbagai drama dan cerita menarik yang tak pernah berakhir.
Sejak diluncurkan pada musim 1992/1993, Premier League selalu dipenuhi dengan berbagai drama dan cerita menarik. Salah satu kisah yang mencolok adalah mengenai nasib juara bertahan yang berakhir dengan pahit. Pada musim ini, misalnya, Manchester City (Man City) berisiko kehilangan gelar yang mereka peroleh pada musim sebelumnya. Di musim lalu, Man City berhasil menjadi tim terbaik dan menjadi satu-satunya klub yang meraih gelar juara Premier League selama empat musim berturut-turut, yaitu 2020/2021, 2021/2022, 2022/2023, dan 2023/2024.
Namun, di musim ini, peluang Man City untuk mengulangi kesuksesan tersebut tampaknya sangat berat. Hingga pekan ke-17, tim yang dilatih oleh Pep Guardiola tersebut masih terjebak di posisi ketujuh dalam klasemen sementara Premier League 2024/2025 dengan total 27 poin.
- Cerita Haru Polisi di Garut Dampingi Pelajar Yatim Piatu Ambil Rapor
- Tragis, Detik-Detik Bocah Diterkam Buaya Saat Mandi di Kali
- Kisah Cinta Tragis Raden Pabelan, Dihukum Mati Karena Nekat Mencintai Putri Raja Pajang, Makamnya Ada di Mal Solo
- Detik-Detik Penyelamatan Dramatis Pemuda Terperosok ke Sumur 19 Meter
Man City kehilangan performa
Manchester City tampak kehilangan performa terbaiknya. Pada Minggu (22/12/2024) dini hari WIB, tim asuhan Guardiola mengalami kekalahan 1-2 dari Aston Villa dalam pertandingan terakhir mereka, yang semakin memperpanjang catatan buruk yang diraih oleh Erling Haaland dan rekan-rekannya. Meskipun demikian, Guardiola dan timnya masih memiliki peluang untuk bangkit dan melanjutkan persaingan di papan atas klasemen.
Namun, untuk meraih gelar juara kelima secara berturut-turut, tantangannya akan sangat besar. Dengan perhitungan yang ada, jika Man City berhasil memenangkan semua pertandingan yang tersisa, mereka hanya akan mengumpulkan total 90 poin, yang merupakan satu poin lebih sedikit dibandingkan dengan musim lalu. Pada musim-musim sebelumnya, beberapa tim lainnya juga mengalami situasi serupa. Seperti yang dilansir oleh Planetfootball, berikut adalah cerita menyedihkan dari para juara Premier League:
Musim 2013/2014, Manchester United
- Poin yang diperoleh pada musim 2012/2013: 89
- Poin yang diperoleh pada musim 2013/2014: 64
Sir Alex Ferguson menerima penghargaan pensiun yang sangat baik ketika Robin Van Persie memimpin tim untuk meraih kemenangan luar biasa di musim 2012/2013. Meskipun demikian, performa gemilang dari pemain Belanda tersebut menutupi beberapa kelemahan dalam skuad yang sudah mulai menua, dan terbukti bahwa gelar 2012/2013 menjadi satu-satunya trofi Premier League yang diraih oleh Setan Merah hingga saat ini.
Setelah itu, kepemimpinan diambil alih oleh David Moyes, dan MU hanya mampu menyelesaikan kompetisi di posisi ketujuh. Ini merupakan posisi terendah yang pernah mereka alami di era Premier League dalam hal poin dan klasemen. Sejak saat itu, mereka juga mengalami beberapa hasil yang mengecewakan, termasuk pada musim 2021/2022 dengan perolehan 58 poin dan finis di posisi kedelapan pada musim 2023/2024.
Blackburn Rovers pada musim 1995/1996
Perolehan poin Blackburn Rovers pada musim 1994/1995 mencapai 89, sementara pada musim berikutnya, 1995/1996, mereka hanya memperoleh 61 poin. Setelah ditinggal pergi oleh pelatih yang membawa kesuksesan, Kenny Dalglish, Blackburn mengalami kesulitan, mirip dengan yang dialami Manchester United pada musim 2013/2014. Kenny Dalglish memutuskan untuk mundur setelah mengakhiri dominasi Manchester United di pertengahan tahun 90-an, dan Ray Harford yang menggantikannya tidak mampu mempertahankan tingkat keberhasilan yang sama.
Kekalahan dari Everton di Charity Shield dan empat kekalahan dari enam pertandingan awal liga menunjukkan bahwa pertahanan gelar mereka sangat lemah. Meskipun Alan Shearer, pemain bintang tim, berhasil mencetak 31 gol di Premier League dan 37 gol di semua kompetisi, performa tim secara keseluruhan tidak memuaskan. Tim ini tersingkir dari Liga Champions di babak penyisihan grup dan hanya mampu menyelesaikan musim di posisi ketujuh yang sangat mengecewakan.
Leeds United pada musim 1992/1993
Perolehan Poin 1991/1992: 82 Perolehan Poin 1992/1993: 51 Howard Wilkinson merupakan manajer Inggris terakhir yang berhasil meraih gelar Liga Inggris sebelum kompetisi tersebut berganti nama menjadi Premier League pada tahun 1992. Eric Cantona memulai musim 1992/1993 dengan Leeds, meraih gelar juara di ajang Charity Shield. Namun, setelah itu, Wilkinson mengalami kesulitan dalam menjaga performa tim agar tetap berada di papan atas klasemen. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap penurunan performa Leeds adalah kiper John Lukic yang kesulitan menerapkan aturan backpass. Selain itu, penampilan tandang tim yang sangat buruk juga menjadi masalah; mereka tidak berhasil meraih satu pun kemenangan dalam laga tandang. Akibatnya, Leeds United harus puas finis di posisi ke-17, hanya berjarak dua poin dari kemungkinan terdegradasi sebagai juara bertahan kedua dalam sejarah sepak bola Inggris.
Musim 2015/2016, Chelsea
- Poin yang diperoleh pada musim 2014/2015: 87
- Poin yang diperoleh pada musim 2015/2016: 50
Musim 2014/2015 merupakan masa kejayaan bagi Jose Mourinho di Chelsea, di mana prestasi yang diraih belum pernah terulang hingga saat ini. Namun, musim berikutnya, 2015/2016, menjadi bencana bagi Mourinho. Dia terpaksa mengundurkan diri setelah mengalami kekalahan pada bulan Desember 2015 melawan Leicester City, yang pada akhirnya menjadi juara. Pada saat itu, Chelsea berada di peringkat ke-16, hanya satu poin di atas zona degradasi. Setelah itu, Guus Hiddink ditunjuk sebagai pelatih sementara dan berhasil membawa Chelsea menyelesaikan musim di posisi ke-10.
Leicester City pada musim 2016/2017
- Poin yang diperoleh pada musim 2015/2016: 81
- Poin yang diperoleh pada musim 2016/2017: 44
Perubahan drastis ini dapat dianggap sebagai kemunduran yang tidak terduga bagi The Foxes setelah kesuksesan mereka di musim 2015/2016. Meskipun Leicester City berhasil mencapai perempat final Liga Champions yang mengesankan, performa yang mengecewakan di musim berikutnya menyebabkan pemecatan Claudio Ranieri pada bulan Februari. Kehilangan N'Golo Kante, yang berkontribusi besar terhadap kesuksesan Chelsea di bawah asuhan Antonio Conte, menjadi pukulan telak bagi tim ini. Craig Shakespeare, yang diangkat sebagai pelatih, hanya mampu membawa Leicester menduduki peringkat ke-12 di klasemen akhir. Penurunan 37 poin yang mereka alami sebanding dengan yang dialami Chelsea pada tahun sebelumnya, tetapi total akhir 44 poin merupakan yang terendah bagi juara bertahan di era Premier League.