3 Fakta Jangga Dolok, Rumah Tradisional Batak yang Jadi Daya Tarik Wisata di Tobasa
Sumatera Utara memiliki beragam budaya yang hingga kini masih dilestarikan dan bahkan banyak dijadikan tujuan wisata, salah satunya adalah rumah adat. Rumah Adat Jangga Dolok adalah salah satu perkampungan tua yang dapat dikunjungi yang terletak di Jangga Dolok Kecamatan Lumban Julu.
Sumatera Utara memiliki beragam budaya yang hingga kini masih dilestarikan dan bahkan banyak dijadikan tujuan wisata, salah satunya adalah rumah adat. Sama seperti peninggalan budaya yang masih sangat dilestarikan di Kabupaten Toba Samosir yang satu ini.
Rumah Adat Jangga Dolok adalah salah satu perkampungan tua yang terletak di Jangga Dolok Kecamatan Lumban Julu. Desa ini berjarak 40 km dari Kota Balige.
-
Apa yang istimewa dari Danau Toba? Danau Toba seluas 1.130 km2 dalah danau vulkanik terbesar.
-
Bagaimana Danau Toba terbentuk? Danau ini terbentuk akibat letusan gunung berapi super Toba sekitar 74.000 tahun yang lalu. Kejadian ini juga dianggap sebagai salah satu letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah.
-
Kapan Danau Toba terbentuk? Danau ini terbentuk akibat letusan gunung berapi super Toba sekitar 74.000 tahun yang lalu. Kejadian ini juga dianggap sebagai salah satu letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah.
-
Siapa yang tinggal di sekitar Danau Toba? Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar Danau Toba adalah suku Batak.
Perkampungan yang sudah berusia kurang lebih 250 tahun ini menyuguhkan rumah adat asli Batak yang masih berdiri kokoh. Rumah adat ini berupa rumah panggung dengan bahan kayu dengan atap terbuat dari ijuk dan tentunya tidak menggunakan paku.
Ornamen bangunan ini dilengkapi dengan ukir-ukiran khas Batak (gorga) yang konon coraknya mengandung filosofi tertentu.
Rumah adat Jangga Dolok ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata saat Anda berkunjung ke Kabupaten Toba, atau saat Anda sedang berwisata ke Danau Toba.
1. Berumur Ratusan Tahun dan Pernah Terbakar
Sumber: pariwisata.sumut.net 2020 Merdeka.com
Dilansir dari genpi.co, salah satu Pelaksana Pembangunan Rumah Tradisional Jangga Dolok, Sargondoli Manurung menjelaskan bahwa Desa Jangga Dolok ini terkenal dengan rumah Batak yang tertua di Tobasa. Rumah adat ini berumur sekitar 250 sampai 300 tahun. Namun sayangnya, pada tahun 2016 rumah adat Batak ini pernah terbakar. Ada sekitar 5 rumah yang terbakar.
Namun, rumah-rumah adat yang terdapat di desa ini yang dulunya pernah terbakar kini telah dipugar dan dibangun kembali sesuai dengan yang aslinya selama 2 tahun dan selesai pada tahun 2018.
"Nenek moyang kami dahulu, membangun rumah ini selama 6 tahun secara gotong royong. Dikerjakan secara manual dengan alat alat tradisional, tetapi sekarang ini teknologi sudah maju sehingga pengerjaan bisa lebih cepat," kata Sargondoli.
2. Dibuat dari Kayu Terbaik dan Memiliki 3 Warna
Manurung juga menjelaskan bahwa rumah adat Batak ini dibuat dari bahan kayu terbaik di tanah batak, yaitu kayu poki. Meskipun pohon kayu poki sendiri sudah langka di daerah Toba ini.
Proses pembangunan rumah adat ini dimulai dengan pengeringan kayu yang dilakukan secara alami. Kayu tersebut dibuat di hutan dan didiamkan selama 2 bulan. Kemudian kayu tersebut dibawa ke tempat yang sejuk.
Tiang-tiang yang ada di rumah adat ini semua terbuat dari kayu poki, kemudian carvingnya terbuat dari kayu suren. Kelebihan rumah adat dari Batak adalah dibangun secara tradisional dan tidak menggunakan paku. Hanya menggunakan tali ijuk, rotan dan dibangun sesuai dengan aslinya.
Ciri khas lain dari rumah adat Jangga Dolok ini adalah rumah adat ini memiliki 3 warna. Yakni warna merah, warna putih dan warna hitam. Semua cat yang digunakan adalah cat tradisional batak.
Cat warna merah dibuat berasal dari batu hula, kemudian cat warna hitam dibuat dari tumbuh- tumbuhan yang dibakar. Sedangkan cat warna putih dibuat berasal dari tanah dari sawah atau sering disebut tanah buro.
3. Diresmikan pada Tahun 2018
Sumber: tirtoutomo.org 2020 Merdeka.com
Bangunan rumah adat Jangga Dolok ini akhirnya diresmikan pada September 2018 lalu dengan pesta adat yang meriah.
Kepala Desa Jangga Dolok, Rahmat Manurung mengaku senang akan peresmian ini karena banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan di Jangga Dolok. Tidak hanya rumah adatnya saja, tetapi dari segi pertanian dan kebiasaan warga disana sebagai petani dan wisata alam ekowisata.
Dengan berdirinya kembali Rumah Adat Jangga Dolok maka tidak saja dapat melestarikan budaya Batak Toba, tapi juga menggiring turis lokal dan manca negara untuk melancong ke Danau Toba.