Kisah Haru Perjuangan Dua Gadis Rimba Ikut Sekolah Formal, Menginspirasi
Bepanau dan Nukik adalah potret perjuangan anak-anak pedalaman yang semangat dalam menempuh pendidikan meski jalan yang mereka tempuh tidaklah mudah.
Bepanau (13) dan Nukik (14), merupakan dua anak perempuan orang rimba atau suku anak dalam (SAD) yang terdaftar di sekolah formal SDN 191 Air Panas, Kecamatan Air Hitam, Sarolangun.
Kedua anak perempuan tersebut merupakan anak dari Tumenggung Ngrip, sebuah kelompok orang rimba yang bermukim di Kedudung Muda, kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Sarolangun, Jambi.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Siapa yang menginspirasi dengan kisahnya? Perempuan 22 tahun itu baru saja mengikuti program Singapore-Indonesia Youth Leaders Exhange Program (SIYLEP). Dia didapuk menjadi Duta Pemuda Indonesia 2023 dan mewakili Provinsi Banten di Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang diselenggarakan oleh Kemenpora RI. Kisahnya turut menginspirasi. Banten provinsi wisata dan budaya Disampaikan Sheila, dirinya bersama 34 perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia lainnya bertandang ke Singapura selama lima hari.SIEYLAP sendiri mengusung tema pariwisata yang dikenalkan secara maksimal oleh dirinya. "Sekaligus memperkenalkan tentang Banten dan mengenalkan potensi wisata Banten kepada delegasi Singapura.
-
Kenapa kata-kata hari ini yang lucu dan inspiratif penting? Meskipun terkesan sebagai sebuah candaan, kata-kata hari ini mengandung makna yang sangat dalam.
-
Bagaimana bulan memberikan inspirasi kepada orang? Kan ku petikkan rembulan untuk dirimu di malam yang laknat penuh dosa ini. Agar malammu tetap bercahaya dan dinginmu tetap bermakna.
-
Apa itu inspirasi? Inspirasi adalah tindakan atau kekuatan untuk melatih pengaruh yang mengangkat atau menstimulasi kecerdasan atau emosi.
-
Kenapa kata-kata tentang musim dingin bisa menjadi inspirasi? Kata-kata ini bahkan bisa menjad inspirasi bagi kalian yang hendak membagikannya di media sosial.
Bepanau merupakan siswa kelas dua di sekolah tersebut, sedangkan Nukik adalah adik kelasnya yang baru kelas satu. Mereka berdua adalah potret perjuangan anak-anak pedalaman yang semangat dalam menempuh pendidikan meski jalan yang mereka tempuh tidaklah mudah.
Pertama yang Mengenyam Pendidikan Sekolah Formal
Sumber: liputan6.com ©2020 Merdeka.com
Bepanau dan Nukik menjadi kebanggaan tersendiri bagi dunia pendidikan. Sebab, keduanya menjadi anak perempuan orang rimba di Taman Nasional Bukit Dua Belas pertama yang mengenyam pendidikan di sekolah formal.
"Bepanau dan Nukik boleh dibilang anak perempuan orang rimba pertama yang masuk sekolah formal," kata Fasilitator Pendidikan KKI Warsi, Yohana Pamella Marpaung dilansir dari Liputan6.com.
Dulu Anak-Anak Rimba Tidak Diperbolehkan Sekolah
Sebelumnya, anak perempuan, terutama untuk orang rimba yang bermukim di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas, dilarang Bersekolah formal di luar. Butuh perjuangan panjang meyakinkan orang tua mereka agar anaknya masuk sekolah.
"Awalnya tahun 1998 mereka hanya mau sekolah di dalam rimba, dan itu hanya ditujukan untuk yang sudah remaja dan dewasa, tidak izinkan anak-anak," ujar Yohana.
Dimulai dari Anak Rimba Laki-Laki
Seiring berjalannya waktu, pada 2002 anak-anak juga mulai diizinkan untuk sekolah. Namun, itu hanya untuk laki-laki saja. Kemudian anak-anak laki-laki sekitar tahun 2004 mulai masuk ke sekolah formal, namun dengan format penyetaraan kelas.
Anak Rimba Perempuan Baru Diizinkan Sekolah pada Tahun 2006
Hingga akhirnya pada 2006 anak perempuan mulai diizinkan sekolah. Namun hanya di dalam rimba dan harus diajari oleh fasilitator pendidikan Warsi yang perempuan saja.
Tonggak bagi Pemerataan Pendidikan
Butuh waktu yang panjang, sampai akhirnya anak perempuan bisa masuk sekolah formal. Kehadiran Bepanau dan Nukik di bangku sekolah itu bisa menjadi tonggak untuk pemerataan pendidikan bagi seluruh anak Indonesia.
"Untuk itulah kami berjuang supaya mereka bisa ikut ujian kenaikan kelas," kata Yohana.
Mengikuti Ujian Kenaikan Kelas
Sumber: liputan6.com ©2020 Merdeka.com
Minggu lalu, anak-anak rimba ini telah mengikuti ujian kenaikan kelas yang dimulai sejak Senin (15/6).
Di tengah pandemi Covid-19 ini, sesuai dengan kebijakan pihak sekolah SDN 191 Air Panas, soal ujian diambil oleh pendamping ke sekolah dan peserta didik mengerjakannya dari rumah. Namun untuk anak-anak orang rimba, mereka mengerjakan soal di kantor lapangan Warsi di Desa Bukit Suban.
Didampingi oleh Fasilitator Pendidikan
Yohana yang juga bertugas sebagai fasilitator pendidikan, bertanggung jawab untuk anak-anak rimba yang sekolah agar mengikuti ujian. Ia menyusul kedua anak tersebut ke dalam rimba dan mengantarkan soal ujian.
Keduanya harus dijemput karena sebelumnya mereka pergi ke rimba mengikuti orang tuanya di kawasan Kedudung Muda, Taman Nasional Bukit Dua Belas. Sejak sekolah tatap muka diliburkan mereka ikut bersama orang tuanya untuk menanam ubi di dalam rimba.