Kisah Inspiratif Sarjana Pilih Jadi Petani Bawang, Tolak Tawaran Kerja di Bank
Ronal Simanjorang, seorang petani bawang di Desa Merek, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, misalnya. Meskipun lulusan sarjana agribisnis di salah satu kampus terkemuka di Indonesia, Ronal justru memilih jadi petani.
Menjadi seorang sarjana dianggap memiliki potensi masa depan yang cerah. Gelar ini menjadi tantangan tersendiri bagi para sarjana yang masih sibuk mencari kerja. Tapi tidak semua sarjana memilih bekerja sebagai karyawan.
Ronal Simanjorang, seorang petani bawang di Desa Merek, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, misalnya. Meskipun lulusan sarjana agribisnis di salah satu kampus terkemuka di Indonesia, Ronal justru memilih jadi petani.
-
Siapa saja yang dibebani dengan pajak di Sumut? Pajak adalah pembayaran wajib yang harus dibayarkan oleh individu atau badan usaha kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kapan Rohana Kudus mendirikan surat kabar Soenting Melajoe? Sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Rohana Kudus mendirikan surat kabar khusus perempuan yang ia pimpin sendiri, bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
-
Apa yang terjadi di gudang peluru di Bekasi? Gudang peluru di Bantargebang, Bekasi meledak. Api membumbung tinggi. Ledakan juga terjadi berkali-kali.
-
Apa saja kendala yang dialami oleh para petani di Desa Sukomakmur dalam bertani? Salah satu tantangan terberat dalam bertani adalah, mereka menyediakan modal yang tinggi untuk masa tanam, namun saat panen, mereka mendapat hasil yang rendah. “Kalau daerah-daerah lain panen kentang pada saat yang bersamaan otomatis harga kentang jadi murah. Memang takut rugi itu ada. Tapi kita nggak boleh takut. Kalau takut ya kita nggak bisa menanam lagi,” ujarnya.
Dengan bekal ilmu yang ia dapat saat kuliah, Ronal memulai pertanian dengan membuka lahan bawang. Berikut selengkapnya kisah inspiratif Ronal, sarjana yang memilih jadi petani.
Muncul Stigma Negatif
Youtube.com/CapCapung ©2023 Merdeka.com
Tantangan yang dihadapi Ronal ketika kembali ke kampung halaman setelah menempuh pendidikan di Pulau Jawa yaitu anggapan masyarakat sekitar tentang dirinya.
"Di kampung saya, udah kuliah jauh-jauh sampe ke Jawa, pas kembali ke kampung halaman justru kembali memegang tanah seperti orang tuanya, berarti gagal kuliah, ijazahnya pasti dipertanyakan," katanya dikutip dari akun Youtube Capcapung.
Bahkan, ia sempat mendapatkan cemooh dari masyarakat bahwa dirinya tidak cocok menjadi seorang petani, dan sepantasnya menjadi karyawan di perusahaan Bank.
"Anak desa ke kota lalu kembali dari kota ke desa kalo dibilang minder, pasti minder, dan itu pergumulan aku pribadi," ungkapnya.
Tetap Konsisten
Youtube.com/CapCapung ©2023 Merdeka.com
Saat Ronal mulai menggeluti pertanian bawang itu, hanya menggunakan prinsip rawat, tanam dengan baik, hasilkan dan terapkan ilmu-ilmu yang ia dapat semasa kuliah dahulu.
Sebelumnya, Ronal sempat menjadi petani kentang dan ia sudah mencoba inovasi dalam menggarap pertaniannya yaitu memanen hasilnya dengan menggunakan traktor, pertama kali di Tanah Karo.
Ronal dalam menjalankan profesinya sebagai petani bawang tidak lepas dari konsistensi dalam merawat tanaman tersebut. Menurutnya, tantangan menjadi petani tidak hanya menghasilkan keuntungan, tetapi juga merawat kehidupan.
"Menjadikan satu komunitas petani mencapai hasil panen yang hasilnya sangat bagus, harga, ya nomor sekianlah itu. Yang penting hasilnya dulu," terangnya.
Tantangan Menjadi Petani Bawang
Youtube.com/CapCapung ©2023 Merdeka.com
Dalam menekuni dunia pertanian bawang, Ronal menghadapi berbagai tantangan seperti cuaca juga letak geografisnya. Menurutnya, ketika memasuki pasca panen, di situlah ada beberapa faktor yang harus diperhatikan.
"Nah, yang repot itu ketika di pasca panen, pada saat pasca panen tentunya membutuhkan cuaca yang cerah dan matahari cukup," ungkap Ronal.
Tidak hanya itu, perawatan bawang ketika hujan juga menjadi faktor yang harus diperhatikan dan perlu penanganan yang ekstra. Karena, bisa menyebabkan kerugian dan modal bertambah besar.
Selain itu, lokasi lahan pertanian milik Ronal memang berada di bawah kaki pegunungan yang pada dasarnya masih jarang ditemukan. Namun setelah ia mencoba justru hasilnya memiliki kualitas yang sama bagusnya.
Menjadi Motivasi Kaum Muda
Youtube.com/CapCapung ©2023 Merdeka.com
Dengan mengambil risiko besar menjadi seorang petani bawang, Ronal harus menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah untuk dilalui. Dari kisah ini banyak pelajaran yang bisa dipetik untuk para petani-petani muda di Indonesia.
"Buat teman-teman, jangan takut untuk bertani, jangan takut megang tanah. Karena tanah semakin berkurang, tanah itu tidak bertambah tetapi bangunan yang bertambah," katanya.
Jika mempunyai teknik dasar dan ilmu pertanian, sebaiknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya petani bawang seperti Ronal, menjadi salah satu bukti bahwa menjalankan pertanian di Indonesia bisa sukses dan sejahtera, asalkan dengan niat dan tekad yang besar.