Kisah Operasi Woyla, Hari Bersejarah Kopassus dalam Misi Pembajakan Pesawat
Sebuah peristiwa pembajakan pesawat maskapai Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 206 ini menjadi momen bersejarah bagi Kopassus.
Sebuah peristiwa pembajakan pesawat maskapai Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 206 ini menjadi momen bersejarah bagi Kopassus.
Kisah Operasi Woyla, Hari Bersejarah Kopassus dalam Misi Pembajakan Pesawat
Peristiwa pembajakan pesawat pada 28 Maret 1981 menjadi goresan sejarah dunia penerbangan di Indonesia. Kala itu, maskapai Garuda Indonesia seri DC-9 'Woyla' melakukan penerbangan domestik dari Jakarta menuju Medan.
Para pelaku pembajakan pesawat ini diduga kuat berasal dari kelompok komando Jihad yang berjumlah 5 orang. Proses penyelamatan para penumpang dan kru ini berjalan dengan dramatis. Kekuatan militer-lah menjadi solusi akhir dari peristiwa tersebut.
-
Apa yang dilakukan polisi muda Bambang Widodo Umar untuk menyelamatkan penumpang pesawat? Mengutip merdeka.com, Bambang melihat kaca kokpit yang terbuka dan tertutup terus menerus. Ia menyimpulkan jika gerakan dari pilot itu adalah sebuah kode kepada aparat keamanan yang ada di bandara. Apabila kaca tertutup maka pembajak ada di kokpit, begitu juga sebaliknya.
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
-
Bagaimana proses kepergian Wibowo Wirjodiprodjo? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Kecoak apa yang berhasil nempel di jendela pesawat? Video yang dibagikan oleh akun @TripInChina ini menunjukkan bagaimana seekor kecoak yang berada di sela-sela jendela pesawat yang sedang terbang.
-
Bagaimana Daffa Wardhana mengikuti latihan militer Kopassus? Berbekal senapan dan seragam militer, ia menghadapi latihan tempur dengan antusiasme yang luar biasa.
-
Apa yang Daffa Wardhana lakukan di latihan militer Kopassus? Daffa tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga terlibat langsung dalam berbagai aktivitas yang menjadi rutinitas sehari-hari para prajurit TNI AD.
Tak hanya itu, para pasukan hanya melakukan serangkaian latihan hanya beberapa hari saja dan kekuatan militer pada saat itu juga tidak dalam kondisi siap siaga.
Akan tetapi, operasi ini berjalan dengan dramatis dan merupakan hari yang sangat bersejarah bagi prajurit Baret Merah atau cikal bakal dari Kopassus.
Alihkan Rute Penerbangan
Ketika pesawat plat merah itu tak lama lepas landas dari bandara transit di Palembang, tiba-tiba seseorang tak dikenal memasuki ruang kokpit lalu berbicara dengan sang pilot yaitu Kapten Herman Rante.
Ia diminta untuk mengalihkan penerbangan menuju Colombo, Srilanka. Namun, bahan bakar yang tersedia tidak mencukupi, kemudian beralih ke Penang, Malaysia untuk mengisi bahan bakar, lalu melanjutkan penerbangan ke Bangkok. (Foto: wikipedia)
Para pelaku aksi teror dan pembajakan itu diduga kuat dari kelompok Komando Jihad yang terdiri dari Zulfikar T Djohan Mirza, Sofyan Effendy, Wendy Mohammad Zein, Mahrizal dan Mulyono.
Meminta Uang Tebusan
Setelah para pembajak sudah berhasil menguasai seluruh isi pesawat, mereka meminta kepada pemerintah Indonesia agar membebaskan sebanyak 80 anggota Komando Jihad yang sedang mendekam di penjara.
Mereka yang menjadi tahanan tersebut pernah terlibat dalam beberapa kasus, di antaranya penyerangan Mapolsek Pasir Kaliki, Teror Warman di Raja Paloh dan aksi lainnya sepanjang 1978-1980.
- Lanjutkan Perjalanan ke Papau Nugini, Paus Fransiskus Naik Pesawat Garuda Indonesia
- Kemenag Pertimbangkan Coret Maskapai Garuda untuk Penerbangan Haji, Penyebabnya Karena Ini
- Begini Suasana dalam Pesawat Garuda yang Bawa Jemaah Haji Asal Makassar saat Sayap Terbakar
- Buntut Percikan Api di Pesawat Garuda, Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji Kloter 6 Asal Terdampak
Selain meminta pembebasan anggota Komando Jihad, mereka juga meminta uang sebesar 1,5 juta USD.
Keadaan Tidak Siap
Mendengar kabar pembajakan pesawat ini, Presiden Soeharto pun akan menjawab tuntutan para pembajak tersebut dengan operasi militer. Namun, masalah utamanya pada saat itu seluruh pasukan ABRI sedang menggelar latihan gabungan di Ambon.
Perwira senior yang tinggal di Markas Baret Merah hanyalah Letkol Sintong Panjaitan seorang. Ia tidak mengikuti latihan gabungan karena kakinya patah akibat terjung payung. Hanya orang seadanya, Letkol Sintong pun ditunjuk untuk memimpin tugas meski dalam kondisi menggunakan tongkat ketika berjalan.
Kemudian, Letkol Sintong mengumpulkan seluruh prajurit di Mako Kopasandha. Mereka hanya memiliki waktu latihan beberapa hari saja sebelum menjalankan misi sembari pemerintah Indonesia terus melobi pihak Thailand untuk diizinkan menjalankan operasi militer ini.
30 Maret 1981, Malam Hari
Pasukan Baret Merah kemudian bertolak ke Bangkok sembari menunggu jalannya misi, mereka terus melakukan serangkaian pelatihan. Akhirnya pada 30 Maret 1981 pihak pemerintah Thailand memberikan izin untuk melancarkan operasi tersebut.
Operasi ini mulai bergerak pukul 03.00 pagi, mereka mengendap-endap mendekati pesawat dan masuk melalui beberapa bagian pintu pesawat. Seluruh pembajak langsung ditembak di tempat. Seluruh sandera selamat.
Akan tetapi, sang kapten Herman Rante dengan anggota Kopasandha terkena tembak dan mereka pun meninggal beberapa hari kemudian.
Seluruh pasukan antiteror mendapat Bintang Sakti. Sebuah penghargaan tertinggi dalam dunia militer Indonesia. Mereka juga mendapat kenaikan pangkat luar biasa satu tingkat.