Kisah Pembajakan Pesawat Pertama di Indonesia, Ada Aksi Heroik Polisi Muda
Drama pembajakan pesawat pertama di Indonesia menimpa salah satu maskapai bernama Merpati dengan nomor penerbangan MZ 171 pada tahun 1972 silam.

Drama pembajakan pesawat pertama di Indonesia menimpa salah satu maskapai bernama Merpati dengan nomor penerbangan MZ 171 pada tahun 1972 silam.

Kisah Pembajakan Pesawat Pertama di Indonesia, Ada Aksi Heroik Polisi Muda
Peristiwa pembajakan pesawat tak lekang dengan kejadian 9/11 yang terjadi di gedung World Trade Center (WTC), New York pada tahun 2001 silam. Di Indonesia, sejarah pembajakan pesawat yang cukup terkenal yaitu Operasi Woyla pada tahun 1981.
Jauh sebelum tragedi Woyla, pada 5 April 1972, maskapai Merpati Nusantara Airlines dengan nomor penerbangan MZ-171 telah di bajak oleh seseorang. Peristiwa tersebut merupakan pembajakan pesawat pertama dalam sejarah penerbangan di Indonesia.
D ibalik kisah pembajakan tersebut, terdapat seorang polisi muda yang melakukan aksi heroik demi menyelamatkan seluruh penumpang pesawat dan awak kabin.
Kronologi Pembajakan
Pesawat jenis Vicker Viscount bermesin empat dengan registrasi PK-MVM "Merauke" ini akan menempuh perjalanan udara menuju Makassar, dilanjutkan ke Surabaya dan berakhir di Jakarta. Pesawat ini lepas landas dari Bandara Sam Ratulangi Manado.
Saat berada di atas langit Pekalongan, sang pembajak ini memaksa untuk masuk ke ruang kemudi setelah berhasil mengancam sang kapten yaitu Soleh Sukarnapradja. Pembajak yang diketahui mantan Korps Komando Angkatan Laut itu mengancam akan meledakkan pesawat dengan dua granat dan satu tas mesiu.
Hermawan, sang pembajak pesawat pun menyuruh pilot untuk mengarahkan pesawatnya ke arah Timur. Tak lama pesawat Merpati itu berhasil mendarat di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Melalui saluran radio, Hermawan meminta uang tebusan sebesar Rp20 juta yang jumlahnya sangat besar pada tahun itu.
Aksi Heroik Polisi Muda
Setelah pesawat berhenti di apron bandara, sudah banyak pejabat dan petinggi aparat keamanan yang melihat langsung situasi tersebut. Suasana di sekitar pun mencekam dan penuh dengan kepanikan.
Di tengah situasi yang tidak baik-baik saja, seorang polisi muda yang masih berusia 24 tahun bernama Bambang Widodo Umar pun berniat untuk menghampiri pesawat tersebut.
Mengutip merdeka.com, Bambang melihat kaca kokpit yang terbuka dan tertutup terus menerus. Ia menyimpulkan jika gerakan dari pilot itu adalah sebuah kode kepada aparat keamanan yang ada di bandara. Apabila kaca tertutup maka pembajak ada di kokpit, begitu juga sebaliknya.
Ia memanfaatkan situasi tersebut, lalu dengan langkah kecilnya mulai mendekati badan pesawat dan berhasil tanpa diketahui sang pembajak. Bambang mencabut pistol revolver miliknya. Dia meminta tangga dan mencoba naik ke kokpit pesawat.
Memberikan Senjata Kepada Pilot
Setelah Bambang berhasil naik ke jendela kokpit, ia tidak bisa memiliki ruang tembak yang pas. Namun, sang pilot meminta untuk senjata revolver milik Bambang untuk diberikan lalu akan menembak sendiri.
Suasana tegang semakin meninggi setelah Hermawan kesal lantaran keinginannya tidak kunjung dipenuhi. Ia pun sudah muak, lalu tanpa berpikir panjang akan meledakkan pesawat tersebut.
Ketika Hermawan hendak menyulut granat yang ia bawa, sang kapten pilot Hindarto Sugondo langsung menembakkan timah panas ke bagian leher pembajak. Suara tembakan pun terdengar sebanyak tiga kali dan Hermawan tewas.

Tuai Pro Kontra
Aksi heroik Bambang pun dipuji oleh Presiden Soeharto kala itu. Bambang memiliki kesempatan untuk naik pangkat, tetapi semua itu batal karena ia dipanggil ke Mabes Polri.
Tindakan Bambang memberikan pistol kepada sang pilot adalah tindakan berbahaya. Momen ini memang memicu pro dan kontra di tubuh kepolisian kala itu. nspektur Bambang pun adu argumen, Mabes Polri akhirnya bisa menerima penjelasan perwira muda ini.