Hikayat Gedung Loji Batavia, Dulu Dianggap Lokasi Penyembahan Setan
Sejak didirikan pada 27 Juni 1830, tempat ini kerap dianggap kontroversial.
Sejak didirikan pada 27 Juni 1830, tempat ini kerap dianggap kontroversial.
Hikayat Gedung Loji Batavia, Dulu Dianggap Lokasi Penyembahan Setan
Jakarta adalah kota dengan cerita masa lalu yang beragam. Saat dikuasai Belanda, wilayah ini dijadikan sebuah peradaban maju dengan berbagai bukti peninggalan, salah satunya gedung Loji Vrijmetselaarsloge.
Gedung tersebut dahulu berada di kawasan Weltevreden, atau saat ini masuk kawasan Jalan Budi Utomo, Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat.
-
Mengapa gedung itu disebut Gedung Setan? Menurut warga sekitar, daerah tersebut angker dan sering terjadi kecelakaan. Dahulu, bila kenek angkutan umum menunjukkan pada penumpang yang ingin berhenti, mereka sering menyebutnya 'Gedung Setan, Gedung Setan.'
-
Dimana Gedung Setan berada? Dulu bangunan itu terletak di Jl Imam Bonjol Semarang.
-
Di mana Loji Freemason pertama berdiri? Loji atau tempat perkumpulan Freemason yang pertama berdiri di Batavia tahun 1762.
-
Apa fungsi Gedung Setan? Sejak awal dibangun, gedung itu berfungsi sebagai markas para pengikut aliran Freemason.
-
Apa ciri khas Gereja Salib Batavia? Mengulik Suasana Ibadah Gereja Zaman VOC yang Bersejarah Abad ke-17, Gereja Salib Batavia mencerminkan kemewahan dan kontras dengan panggilan rohaniah.
-
Apa kegunaan Gedung Kawedanan Boja dulunya? Pada era penjajahan Belanda, gedung ini digunakan untuk pengawas perkebunan.
Sejak didirikan pada 27 Juni 1830, tempat ini kerap dianggap kontroversial. Betapa tidak. Masyarakat sekitar melabeli bangunan sebagai gedung yang diduga kerap didatangi oleh para penyembah setan.
Hal ini didukung dengan adanya sejumlah orang yang beraktivitas di sana, dan mengenakan kostum layaknya perayaan Halloween. Karena ini pula, acara penting kenegaraan pernah batal dilaksanakan di sini hingga mendapat boikot dari Pemerintahan Soekarno.
Berikut kisah tentang Gedung Loji Vrijmetselaarsloge yang penuh kontroversial di masa silam.
Gambar: kemdikbud.go.id
Janggal Sejak Peletakan Batu Pertama
Mengutip laman esi.kemdikbud.go.id, gedung ini sebenarnya dianggap janggal sejak peletakan batu pertama sebelum pembangunan.
Disebutkan bahwa seremonial awal pembangunan itu dilaksanakan pada 15 Februari 1830. Ketika itu, hadir gubernur jenderal Hindia Belanda yang baru, Johannes van den Bosch. Kemudian hadir sejumlah tokoh yang memiliki kedekatan dengan pemimpin jajahan tersebut.
Di tengah-tengah peletakan, turut ditampilkan acara yang lebih mirip ritual dari kelompok tertentu. Rupanya para tokoh yang hadir merupakan anggota freemasonry yang saat itu identik dengan praktik satanisme.
Selain itu, turut hadir para anggota dari La Fidele Sincerite, serta kelompok terkait dari berbagai wilayah di Batavia.
Gambar: Pendiri freemason di Batavia, Jacobus Cornelis Mattheus Radermacher/Kemdikbud.
Sering Diadakan Ritual Aneh
Sejarawan Onghokham, seperti dikutip oleh Dhakidae, menceritakan bahwa masyarakat sekitar sering menyebut gedung Vrijmetselaarsloge sebagai "gedung setan".
Penyebutan ini bukan tanpa alasan. Sebab, warga setempat sering melihat praktik ritual yang dilakukan anggota Freemasonry dengan membakar lilin dan mengenakan pakaian yang aneh.
Pakaian yang digunakan mirip dengan pakaian yang biasa dihadirkan di perayaan Halloween yang menyeramkan. Kemudian, praktik yang dilakukan juga dianggap tidak wajar sehingga warga sekitar menganggap bangunan tersebut misterius.
Jadi Tempat Berkumpulnya Para Freemasonry
Mengutip Paul Willem van der Veur dalam Freemasonry in Indonesia from Radermacher to Soekanto 1762-1961, pembangunan gedung Loji Vrijmetselaarsloge juga tak terlepas dari izin legalitas dari pemerintahan setempat terkait budaya ini. Sejak kemunculannya di Batavia pada 1760, komunitas ini mulai merangkul banyak orang.
Kemudian, beberapa waktu setelahnya para petinggi VOC dan pemerintahan Belanda juga bergabung di komunitas tersebut. Padahal sebelumnya sempat ada wacana pelarangan freemasonry terutama dari kalangan penyebar agama Kristen dan Katolik di Batavia.
Dari sana lah, sentiment anti freemasonry di Batavia mulai tidak terlihat. Ini karena pemerintah juga mengizinkan segala bentuk kegiatan dari mereka. Bahkan, fasilitas berupa gedung Loji banyak dibangun di beberapa titik.
Gagal Dijadikan Tempat untuk Kongres Pemuda II
Gedung ini, sebelumnya sempat digunakan sebagai tempat pelaksanaan Kongres Pemuda I pada 30 April - 2 Mei 1926.
Namun, pada Kongres Pemuda II, gedung ini justru gagal digunakan sebagai tempat pelaksanaan. Padahal sebelumnya, sudah diusulkan terkait penggunaannya.
Berbagai spekulasi juga muncul, salah satunya karena gedung tersebut dikenal sebagai gedung penyembah setan. Namun tak banyak sumber yang menyebutkan informasi tersebut.
Diboikot oleh Pemerintahan Soekarno
Freemasonry sebelumnya dikenal sebagai organisasi yang penuh kontroversi selama berabad-abad. Di kalangan penganut agama seperti Kristen, Katolik dan Islam, serta berbagai aliran politik, freemasonry juga mendatangkan kekhawatiran karena ideologi yang konon bisa mendatangkan keuntungan.
Di Indonesia, Presiden Soekarno bahkan pernah melarang organisasi ini melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 264 Tahun 1962. Namun, keputusan tersebut kemudian dicabut oleh Presiden Abdurrahman Wahid melalui Keppres Nomor 69 Tahun 2000.
Sampai sekarang, organisasi ini selalu menampilkan simbol-simbol tertentu yang dipercaya dekat dengan satanisme. Kegiatan organisasi yang tertutup dan rahasia, semakin mendukung penyematan itu terutama di paruh abad ke-20.
Gedung Loji Batavia atau Gedung Setan.