Penuh Kemeriahan dan Kehangatan, Ini 5 Tradisi Sambut Hari Maulid Nabi di Pulau Sumatra
Intip tradisi sambut hari Maulid Nabi yang berlangsung di Pulau Sumatra setiap tahunnya.
Sebentar lagi umat muslim di Indonesia akan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal.
Penuh Kemeriahan, Ini 5 Tradisi Sambut Hari Maulid Nabi di Pulau Sumatra
Di Pulau Sumatra, terdapat beragam tradisi dalam menyambut hari maulid nabi. Mulai dari yang sudah ada secara turun temurun hingga pelaksanaan yang unik dan juga meriah.
Penasaran dengan ragam tradisi menyambut Maulid Nabi di Pulau Sumatra? Simak rangkumannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Khanduri Molod
Tradisi menyambut Maulid Nabi yang pertama yaitu Khanduri Molod. Tradisi yang satu ini populer di daerah Aceh. Menjadi salah satu provinsi yang penduduknya mayoritas muslim, tradisi ini wajib ada setiap tahunnya.
Melansir dari beberapa sumber, Khanduri Molod biasanya dilaksanakan secara gotong royong antar warga desa di musala. Mereka secara bersama-sama menyiapkan kuah beulangong atau kari khas Aceh yang dananya dikumpulkan dari sumbangan warga desa.
-
Apa yang dirayakan dalam tradisi Maulid Nabi di Indonesia? Maulid Nabi adalah peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap tahun oleh umat Islam di seluruh dunia. Di Indonesia, tradisi Maulid Nabi tidak hanya menjadi momen beribadah, tetapi juga momen berbagi, merayakan, dan melestarikan tradisi turun temurun.
-
Kapan tradisi Maulid Nabi dirayakan di Indonesia? Maulid Nabi adalah peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap tahun oleh umat Islam di seluruh dunia.
-
Mengapa tradisi Maulid Nabi penting bagi masyarakat Indonesia? Tradisi-tradisi ini merupakan warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dihormati oleh generasi mendatang.
-
Kapan Maulid Nabi diperingati? Hari kelahiran Nabi Muhammad SAW jatuh pada 12 Rabiul Awal setiap tahunnya. Hal ini bersumber dari hadis yang diriwayatkan Imam Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas,وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، لِاثْنَتَيْ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيع الْأَوَّلِ، عَام الْفِيلِArtinya: "Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal dua belas di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awal, Tahun Gajah."
-
Bagaimana cara merayakan Maulid Nabi di Indonesia? Tradisi-tradisi ini tidak hanya merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan nilai-nilai keagamaan dalam masyarakat Indonesia.
-
Bagaimana cara memperingati Maulid Nabi di Indonesia? Umumnya, umat Muslim di Indonesia memperingati Maulid Nabi dengan berbagai acara. Seperti pengajian, doa bersama, membaca salawat, dan amal saleh lainnya.
Sudah Berlangsung Lama
Pelaksanaan Khanduri Molod sendiri sudah berlangsung cukup lama dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Pasalnya, ada sebuh surat dari Sultan Aceh yang diterbitkan 12 Rabiul Awal oleh Sultan Ali Mughayat Syah.
Salah satu poin yang ada di dalam surat wasiat tersebut adalah pelaksanaan perayaan Maulid Nabi bertujuan untuk menyambung dan mempererat tali persaudaraan antar masyarakat desa di Kerajaan Aceh Darussalam saat itu.
Aruh Mulud
Tradisi yang kedua yaitu bernama Aruh Mulud di Sumatra Utara. Tradisi yang satu ini dilaksanakan di Desa Lubuk Cemara, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.
Setiap pelaksanaan Aruh Mulud ini akan ada sajian makanan khas Banjar seperti ampal hati, ampal putih, hingga sayur nanas yang bisa dinikmati secara bersama-sama untuk mempererat tali silaturahmi umat.
Dirayakan Beragam Suku
Perayaan Aruh Mulud ini dilakukan oleh salah satu yang ada di Serdang Bedagai yaitu suku Banjar, Kalimantan Selatan. Mereka pun tidak merayakan sendiri, terkadang mengundang dari suku-suku lain seperti Jawa, Melayu, Batak, dan sebagainya.
Acara yang digelar dari pagi hingga menjelang Dhuhur ini tak hanya menghadirkan suasana yang hangat dan harmonis, melainkan juga saling menjaga tali persaudaraan antar suku yang ada di Serdang Bedagai.
Ngayun Massal
Selanjutnya, ada tradisi bernama Ngayun Massal yang masih berasal dari Sumatra Utara. Masih dilaksanakan oleh warga suku Banjar, tradisi yang satu ini cukup unik. (Foto: merdeka.com)
Tradisi ini diikuti oleh 125 bayi, kemudian ada sebuah ayunan yang dihias dengan aksesoris yang unik dan dihiasi dengan ragam makanan dan juga buah-buahan. Mereka percaya, jika bayi ikut dalam Ngayun Massal ini akan dijauhkan dari ragam penyakit.
Setelah melaksanan Ngayun Massal, seluruh bayi diberi tepung tawar oleh tokoh agama setempat untuk mempererat tali persaudaraan sesama warga dan melestarikan identitas budaya Suku Banjar.
- Menyusuri Terowongan Kereta Api Sawahlunto, Salah Satu yang Terpanjang di Pulau Sumatra
- Makna Kesederhanaan Tembikar Tradisional Sungai Janiah Sumatra Barat
- Mengenal Tabuik, Tradisi Tahunan Bulan Muharam Khas Masyarakat Sumatra Barat
- Mengenal Perang Lempar Air, Tradisi Masyarakat Tionghoa di Selatpanjang Riau
Bungo Lado
Tradisi selanjutnya yaitu Bungo Lado khas masyarakat Pariaman. Bungo Lado diambil dari bahasa Minang dari kata "Bungo" yang artinya bunga dan "Lado" artinya lada atau cabe. Secara makna, Bungo Lado diartikan sebagai "Pohon Uang".
Melansir dari indonesia.go.id, uniknya dari Bungo Lado ini adalah membuat semacam pohon hias yang diberi aksesoris berupa uang-uang kertas. Seluruh uang itu berasal dari iuran masyarakat yang menjadi antusiasme dalam menyambut Maulid Nabi di Pariaman.
Kapalo Mudo atau karang taruna biasanya bertugas untuk menginformasikan yang ingin mendonasikan dalam perayaan tersebut. Setelah terkumpul, Kapalo Mudo berkoordinasi dengan perwakilan masyarakat untuk merancang dan menghias pohon dengan uang hasil iuran warga tadi, menarik dan unik bukan?
Badikia
Tradisi perayaan maulid nabi yang selanjutnya yaitu Badikia. Melansir dari beberapa sumber, tradisi ini diartikan sebagai dzikir. Tradisi ini cukup sering dilakukan oleh masyarakat Padang Pariaman di masjid.
(Foto: Pixabay)
Keunikan dari Badikia ini setiap orang membaca dzikir akan melantunkan nada-nada dan suara yang khas. Tak hanya itu, mereka akan menempati sekeliling bagian masjid, duduk bersila dan kemudian menyampaikan pesan-pesan agama dengan sahut-sahutan.
Sampai saat ini, tradisi Badikia masih terus lestari dan rajin dilaksanakan setiap tahunnya. Meski zaman berubah, pelaksanaannya masih terus berjalan dengan lancar.