Punya Desa Adat Megalitikum Unik, Intip Sejarah Pulau Nias yang Jarang Diketahui
Pulau Nias mempunyai catatan sejarah dan warisan sejarah yang hingga saat ini masih bisa kita temui.
Pulau Nias mempunyai catatan sejarah dan warisan sejarah yang hingga saat ini masih bisa kita temui. Bagi sebagian orang mungkin belum mengetahui sejarah Pulau Nias, mulai dari keadaan sosial hingga budayanya.
Selain peninggalan sejarah yang beragam, Pulau Nias juga memiliki banyak budaya asli leluhur yang sampai saat ini masih dipegang teguh oleh masyarakat asli Nias.
-
Siapa yang diduga berselingkuh dalam berita tersebut? Tersandung Dugaan Selingkuh, Ini Potret Gunawan Dwi Cahyo Suami Okie Agustina Gunawan Dwi Cahyo suami Okie Agustina kini sedang menjadi sorotan usai foto diduga dirinya menyebar di sosial media.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
-
Kapan keberadaan Suku Kalang tercatat dalam sejarah? Meski dikucilkan, keberadaan Suku Kalang dicatat dalam kitab paling luhur era Kerajaan Majapahit, yakni Kitab Negarakertagama.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
Pulau Nias terkenal dengan keindahan alam yang luar biasa, tentunya bisa menjadi opsi destinasi wisata. Selain itu, terdapat desa-desa adat yang masyarakatnya masih menjalankan tradisi dan adat leluhur.
Simak sejarah Pulau Nias yang jarang diketahui melansir dari beberapa sumber.
Asal Usul Keturunan
Terdapat beberapa versi cerita yang berbeda terkait leluhur di Pulau Nias, tetapi ada dua pendapat mengenai asal usul Pulau Nias, yaitu berasal dari Mongoliden dan dari suku Naga dan Khassi di Assam Burma. Keduanya ini dipengaruhi dari anatomi sebagian suku Ononiha dan bangunan megalitiknya yang diperkirakan tiba di Pulau Nias pada 3000 atau 2000 tahun lalu.
Namun, beberapa ahli sejarah meyakini bahwa nenek moyang Ononiha berasal dari Persia. Fakta sejarah ini disanggah oleh ahli sejarah dan budaya dari Nias yang menyatakan bahwa leluhur pertama Ononiha (Suku Nias) berasal dari negeri yang bernama Teteholi'ana'a atau dari semenanjung Indocina-Vietnam sekarang pada tahun 2000-1000 sebelum masehi.
Mereka terdiri dari 5 orang yang disebut Si Lima Borodanomo (Lima Induk Puak) yang datang secara bertahap dalam waktu relatif singkat. Mereka berasal dari satu keluarga yaitu keluarga Raja Balungu Sirao, Raja Negeri Teteholi'ana'a yang mempunyai empat orang cucu yang kemudian menetap di kecematan Gomo. Dari situlah, penyebaran penduduk di Pulau Nias dan mendiami beberapa daerah pedalaman.
Masa Penjajahan
Pada masa penjajahan Belanda, Pulau Nias sempat diduduki pada tanggal 1 Januari 1800 atas dasar bangkrutnya VOC pada tahun 1799. Belanda tidak berhasil menjajah seluruh wilayah Nias dan tidak terstruktur karena kekalahan Belanda dari inggris pada tahun 1821.
Setelah 4 tahun, Inggris menyerahkan kekuasaan Indonesia termasuk Pulau Nias kembali ke Belanda. Namun, karena kurangnya pasukan Belanda, akhirnya Pulau Nias tidak tersentuh dan dibiarkan saja. Pada 1864, Pulau Nias merupakan bagian wilayah Residentil yang termasuk dalam lingkungan Goovernement Westkus van Sumatras.
Pada zaman penjajahan Jepang, Pulau Nias tidak mengalami perubahan, sama seperti masa penjajahan Belanda dan hanya terdapat perubahan nama saja. Adapun peraturan pemerintahan yang diatur bahwa semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum, dan undang-undang dari pemerintah Hinda Belanda untuk sementara bersifat sah asal tidak bertentangan dengan aturan Pemerintahan Jepang.
Terdapat Desa Adat
Pulau Nias juga mempunyai desa adat cukup terkenal bernama Desa Bawomataluo di Kecamatan Fanayama, Telukdama, Kabupaten Nias Selatan.
Disini masih terdapat sebuah bangunan bernama rumah raja yang memiliki arsitektur unik dan pastinya masih tradisional. Rumah ini juga kental dengan ukiran-ukiran khas di setiap sudut bangunannya. Terdapat sebuah lambang bernama Holo-Holo yaitu tanda kebesaran rumah raja.
Melansir dari merdeka.com, Desa Bawomataluo sudah ada sejak abad ke-18. Letak desa ini berada di kaki bukit pada ketinggian 270 meter di atas permukaan laut yang tentunya aman dari gelombang tsunami.
Dalam kompleks Desa Bawomataluo ini terdapat salah satu peninggalan sejarah Pulau Nias di masa lampau yaitu Peninggalan Megalitik. Batuan itu berada di pintu gerbang rumah raja yang diapit 2 meja batu berbentuk perahu dengan ukuran panjang 346 cm, lebar 194 cm, tebal 39 cm dan berornamen bunga, sulur daun, dan badan manusia dalam posisi telungkup.