Sosok Jenderal TNI Maraden Panggabean, Petinggi Militer Tersohor di Masa Pemerintahan Orde Baru
Salah satu nama petinggi militer asal Batak yang cukup disorot pada masa Orde Baru adalah Jenderal TNI (Purn) Maraden Saur Halomoan Panggabean.
Ia pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dalam Kabinet Pembangunan II dan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dalam Kabinet Pembangunan III.
Sosok Jenderal TNI Maraden Panggabean, Petinggi Militer Tersohor di Masa Pemerintahan Orde Baru
Peran orang Batak di dunia kemiliteran Indonesia sudah tak perlu diragukan lagi. Hingga kini ada banyak orang Batak yang memiliki pengaruh dan bahkan menjadi pahlawan nasional Indonesia.
- Sudah Belasan Tahun Pegang Jabatan Sipil, Jenderal ini Kaget Tiba-Tiba Dipilih Jadi Panglima TNI
- Mantan Panglima TNI Sampai 2 Kali Sebut Jenderal Maruli Simanjuntak 'Kurang Ajar', Ada Apa?
- Deretan Jenderal TNI Ini Ternyata Punya Mertua Petinggi Militer
- Jenderal Polri Kaget Ranpur Anoa TNI Mendadak Geruduk Markasnya, Ini yang Terjadi
Salah satu nama petinggi militer asal Batak yang cukup disorot pada masa Orde Baru adalah Jenderal TNI (Purn) Maraden Saur Halomoan Panggabean.
Ia pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dalam Kabinet Pembangunan II dan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dalam Kabinet Pembangunan III.
Masa Muda
Maraden lahir di Tapanuli Utara pada 29 Juni 1922 tepatnya di sebuah kampung berjarak tujuh kilometer dari Tarutung.
Sejak kecil, ia sudah mengenyam pendidikan di sekolah Zending pada tahun 1930.
4 tahun setelahnya, Maraden harus pindah sekolah akibat ayahnya sudah berhenti bekerja sebagai kepala negeri. Ia dimasukkan di Schakelschool yang ada di daerah Simorangkir.
Setelah menyelesaikan pendidikan, ia bersekolah di Sekolah Pegawai Tinggi dan berprofesi sebagai seorang Guru. Namun, ia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah militer.
Terlibat Pembentukan TKR
Melansir dari merdeka.com, pasca kemerdekaan Indonesia Maraden terlibat aktif dalam membentuk Tentara Keamanan Rakyat. Kemudian ia juga ditunjuk untuk menjadi pelatih militer di Kotapraja Sibolga sebagai Kepala Staff Batalion Pertama Region 4 Divisi 10 hingga tahun 1949.
Setelah terlibat aktif dalam pembentukan TKR, karier militer Maraden terus menanjak. Ia dipercaya untuk menjadi Kepala Staf Res Brigade Tapanuli KMD Sektor IV/Sub Terr VII Sumut.
Tak hanya itu, dirinya juga sempat mengikuti Infatry Officer's Advance Course di Amerika Serikat.
Hadir Saat Supersemar
Pada tahun 1959, Maraden menjadi Komandan Batalion sebelum akhirnya pindah ke TT II/Sriwijaya menjabat sebagai Komandan Resort.
Pada tahun 1998, namanya masuk dalam kehadiran pejabat militer saat penandatanganan Supersemar bersama tiga tokoh militer lainnya yaitu Amir Machmud, M. Jusuf, dan Basuki Rahmat.
Terjun di Dunia Politik
Saat masa Orde Baru, Maraden tak lagi terlibat dalam dunia militer. Ia mulai merambah ke dunia politik dan bergabung dengan Partai Golkar.
Pada tahun 1978, dirinya terpilih sebagai Menko Polkam masa pemerintahan Kabinet Pembangunan III. Kemudian, namanya semakin melejit saat dirinya menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung periode 1983-1988.
Akhir Hidup
Jenderal TNI Maraden Panggabean mengembuskan napas terkahirnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada 28 Mei 2000, setelah dirawat sekitar satu bulan akibat penyakit stroke yang dideritanya.
Jenazah jenderal bintang empat ini disemayamkan di rumah kediaman Jalan Teuku Umar No 21 Jakarta Pusat, dan dilangsungkan upacara adat Batak dan upacara gereja sebelum dimakamkan di TMP Kalibata dengan upacara militer.