Bawa Daun Kelor Mendunia, Faperta Unej Hibahkan Alat Pengering ke Petani di Sumenep
Ketua Kelompok Tani Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, mengatakan, hibah alat ini akan sangat bermanfaat bagi kelompoknya.
Nama daun kelor kini kian akrab di telinga. Manfaat daun ini sangat banyak untuk kesehatan.
Bawa Daun Kelor Mendunia, Faperta Unej Hibahkan Alat Pengering ke Petani di Sumenep
Sejumlah peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Jember (Faperta Unej) menciptakan alat pengering Daun Kelor. Kini, alat tersebut dihibahkan kepada para petani kelor yang ada di Desa Pakandangan Sangra, Kecamata Bluto, Kabupaten Sumenep.
Hibah tersebut merupakan karya Kelompok Riset (KeRis) MORINDEV Innovation and Development of Moringa Reseach Grub Universitas Jember. Keberadaan alat pengering diharapkan mampu mempercepat produksi produk-produk olahan tanaman kelor agar mampu bersaing di pasar internasional.
Djoko Soedjono, dosen Fakultas Pertanian yang merupakan Anggota Kelompok Riset tersebut menjelaskan kelebihan alat ini.
Salah satunya, sangat efektif saat musim hujan, sehingga tidak bergantung sinar matahari. Selain itu sangat baik dalam hal efisiensi waktu sebab proses pengeringan lebih cepat dibanding dengan terik matahari dan kondisi suhu bisa diatur. Juga, tidak terkontaminasi kotoran di ruang terbuka.
"Kapasitas produksi pengeringan mencapai 8 kg per harinya, jika dengan suhu 60 derajat celcius hanya butuh waktu 4 jam, jika diatur suhu 50 derajat celcius hanya butuh waktu 5 jam, tinggal para petani dapat mengukur ritme produksi sesuai dengan kebutuhan mereka, dan yang terpenting dengan alat pengering ini produk turunan kelor lebih higienis untuk dikonsumsi," kata Djoko pada Senin (04/9).
Dekan Faperta Unej, Prof Soetriono yang hadir dalam serah terima tersebut menjelaskan, pihaknya sengaja terus melakukan pendampingan kepada para petani kelor di desa tersebut dengan harapan Desa Bluto bisa menjadi pusat riset atau pusat produksi tanaman kelor dan turunannya di Pulau Madura.
Produk turunan kelor harus terjaga kebersihan dan harus dijaga kadar nutrisi kelornya. Pasalnya, jika langsung dikeringkan diterik matahari kadar nutrisi kelor bisa berkurang.
"Saya berharap desa ini menjadi destinasi riset bagi para ilmuan yang membidanginya, dan menjadi destinasi edukasi masyarakat yang ada di Pulau Madura. Jika mau belajar tentang budidaya tanaman kelor ataupun produksi beserta turunannya dapat belajar langsung ke desa ini."
Kata Soetriono.
@merdeka.com
Sementara itu, Ahmad Nurdi, Ketua Kelompok Tani Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, mengatakan, hibah alat ini akan sangat bermanfaat bagi kelompoknya. Sebab, petani selama ini sangat kesulitan memproduksi produk-produk turunan kelor saat musim hujan.
"Alat ini sangat bermanfaat sekali, apalagi kalau musim penghujan. Padahal permintaan produk-produk turunan kelor ini harus tetap di penuh. Yang kami produksi sekarang seperti mie kelor, kerupuk kelor, emping dan rengginang untuk oleh-oleh khas Pulau Madura," kata petani Ahmad Nurdi.
Dia mengungkapkan, para petani dan pengusaha produk turunan kelor di desanya membutuhkan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Alat pengering dari Universitas Jember ini diharapkan menjadi solusi bagi petani dan pelaku usaha kelor dan produk turunannya.
Menurutnya, budidaya kelor ini harus ditingkatkan, karena masih sangat dibutuhkan oleh pasar dunia. Saat ini suplai kelor terbesar dunia hanya dari Indonesia dan India, itupun hanya mampu memenuhi 30 persen dari total kebutuhan. Sehingga potensinya masih terbuka luas.
Ahmad Nurdi juga berharap, ke depan petani dan pengusaha kelor ditempatnya bisa meniru inovasi membuat alat pengeringan kelor ini. Karena dengan dioven hasilnya akan lebih streril karena aman dari debu.