Ubi Jalar Madu Lereng Semeru, Tanaman Pencetak Cuan saat Kemarau
Para petani menghasilkan panen yang lebih baik di musim ini. Pasarnya juga terbuka luas.
Kekeringan yang masih berlangsung di sebagian besar wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, berdampak pada sektor pertanian. Budi daya tanaman ubi jalar madu muncul sebagai opsi menghadapi masalah itu.
Ubi Jalar Madu Lereng Semeru, Tanaman Pencetak Cuan saat Kemarau
Pemilihan jenis tanaman memang menjadi kunci untuk mengurangi kerugian yang terjadi. Kemarau panjang, yang menjadi momok sebagian petani pangan seperti padi dan jagung, justru menjadi berkah bagi petani ubi jalar madu. Mereka menghasilkan panen yang lebih baik di musim ini.
Seperti halnya para petani ubi madu di Dusun Pasrepan, Desa/Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Dari 1 hektare lahan yang ditanami ubi, para petani mampu mencapai hasil panen maksimal hingga 25 ton. Kondisi topografi wilayah setempat yang terletak di lereng Gunung Semeru mendukung kualitas hasil panen ubi madu dengan kualitas apik.
"Masa panen ini kami bisa menjual hingga 150 ton dalam sebulan, namun saat ini kami hanya mampu memenuhi 80 ton," ungkap Hariyanto, petani ubi jalar madu.
Potensi ubi jalar madu tetap signifikan. Minat yang tinggi terhadap tanaman ini memungkinkan pemasaran dalam skala yang lebih besar, bahkan mencapai wilayah di luar Jawa Timur, seperti Bandung dan Cirebon.
Para petani bahkan membantu beberapa perusahaan dalam memenuhi permintaan ekspor ke Jepang dan Korea.
Keterbatasan lahan menjadi penyebab utama penurunan pasokan yang bisa dipenuhi. Selain itu, penurunan jumlah petani yang menanam ubi jalar madu di wilayah tersebut juga menjadi faktor kontribusi lain.
"Banyak petani yang masih mengalami trauma akibat gagal panen tahun lalu akibat hujan yang sangat tinggi," keluh Hariyanto.
Namun, menanam ubi jalar madu pada saat musim kemarau tetap menjadi pilihan yang lebih menguntungkan. Berbeda dengan padi dan tanaman lain yang membutuhkan banyak air, tanaman ini memerlukan lebih sedikit air, sehingga modal yang dibutuhkan lebih rendah dibandingkan dengan tanaman musim kemarau lainnya.