Cuaca Panas Ekstrem Landa Jateng, Warga Pati Goreng Telur dengan Tenaga Sinar Matahari
Cuaca ekstrem juga membuat petani udang rugi puluhan juta rupiah
Cuaca ekstrem juga membuat petani udang rugi puluhan juta rupiah
Cuaca Panas Ekstrem Landa Jateng, Warga Pati Goreng Telur dengan Tenaga Sinar Matahari
Akhir-akhir ini cuaca panas ekstrem melanda beberapa wilayah di Pulau Jawa. Cuaca ekstrem pula melanda Provinsi Jawa Tengah. Banyak warga terdampak akibat cuaca ekstrem ini.
-
Apa dampak cuaca ekstrem di Jateng? Dampak Cuaca Ekstrem Terjang Jateng, Sebabkan Longsor hingga Angin Kencang di Beberapa Tempat Cuaca ekstrem yang terjadi membuat ratusan rumah warga rusak.
-
Mengapa cuaca ekstrem terjadi di Jateng? Potensi cuaca ekstrem itu dipicu oleh pola belokan angin dan korvergensi yang terlihat dominan di wilayah Pulau Jawa termasuk Jateng, serta labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal diamati di Jawa Tengah.
-
Kenapa cuaca panas terjadi di Jawa-Nusa Tenggara? 'Dari peristiwa itu, mengakibatkan kurangnya pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa dan Nusa Tenggara. Tak heran bila sinar matahari begitu intens langsung ke permukaan Bumi di wilayah Jawa- Nusa Tenggara,'
-
Apa yang menjadi pemicu cuaca panas di Jawa-Nusa Tenggara? Ada beberapa hal yang menjadi pemicu situasi ini yakni aktivitas pola tekanan rendah di sekitar laut China Selatan.
-
Apa yang terjadi saat cuaca panas? Kondisi cuaca panas dan terik menyengat menyebabkan risiko munculnya sejumlah masalah yang membuat kita merasa lemas dan lelah.
-
Apa penyebab panas di Jakarta? Secara umum suhu panas maksimum pada siang hari tersebut disebabkan karena gerak semu matahari dengan jarak terdekat di equator sebagaimana dilaporkan sebelumnya oleh tim meteorologi BMKG.
Di Kebumen, sebuah tambak udang mengering dan menyebabkan ribuan udang mati setiap hari. Hal ini membuat para petani tambak rugi puluhan juta rupiah.
Mesin sirkulasi yang seharusnya berfungsi kini dibiarkan karena tak ada lagi air. Sejumlah kolam memang masih beroperasi. Namun para petambak tidak bisa berbuat banyak karena udang rata-rata masih berusia 30 hari sehingga banyak yang mati.
Apalagi pada malam hari cuaca berubah drastis menjadi sangat dingin, sehingga udang-udang kecil tidak bisa bertahan menghadapi perubahan itu.
“Satu hari saja ada satu kuintal udang yang mati. Kalau siang panas kalau malam dingin sekali,” ujar Toyib, salah seorang petani tambak udang dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Selasa (10/10).
Kondisi tersebut sudah berlangsung 10 hari terakhir. Petani tambak pun kian merugi karena saat udang terdampak cuaca ekstrem, harganya justru tengah anjlok di pasaran dari Rp55 ribu per kilogram menjadi Rp44 ribu per kilogram.
Seperti jatuh tertimpa tangga, mereka pun juga dihadapkan pada kenyataan harga pakan udang yang mahal. Kini mereka hanya bisa berharap bantuan pada pakan udang agar mereka tidak makin terpuruk.
Sementara itu di Pati, cuaca panas yang ekstrem justru digunakan warga untuk membuat eksperimen, yaitu dengan memasak menggunakan tenaga panas sinar matahari.
Dalam eksperimen itu, telur yang digoreng bisa matang dengan proses yang biasanya namun butuh waktu hingga 1,5 jam untuk memanaskan penggorengan.
“Wajannya kita kasih margarin, terus kita panaskan di bawah sinar matahari dengan panas kurang lebih 40 derajat celsius, tadi kita sempat tunggu lama, dan akhirnya telurnya jadi dan bisa dimakan,” kata Mutia Parasty Afifi, warga Pati yang melakukan eksperimen itu.
Sedangkan warga lainnya yang ikut eksperimen itu, Galuh Sekar Kinanthi, mengatakan telur yang digoreng dengan sinar matahari sebenarnya tidak jauh berbeda dengan telur yang digoreng dengan cara biasa. Namun teksturnya saja yang berbeda.