Pemkab Banyumas Optimistis Padi di Wilayahnya Selamat dari Kekeringan, Ini Penjelasannya
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kabupaten Banyumas optimistis sebagian besar tanaman padi di wilayahnya selamat dari kekeringan.
Persediaan beras di Banyumas masih melimpah.
Pemkab Banyumas Optimistis Padi di Wilayahnya Selamat dari Kekeringan, Ini Penjelasannya
BMKG memprediksi musim kemarau 2023 akan lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya atau biasa disebut dengan fenomena El Nino.
-
Apa yang terjadi di Banten akibat kekeringan? Akibat fenomena ini, warga Banten kini mengalami kesulitan untuk mendapat air bersih. Sawah dan ladang mereka pun kini kekeringan.
-
Bagaimana Kementan mengatasi dampak El Nino pada sektor pertanian? Kementan juga menyiapkan sejumlah strategi lainnya. Mulai dari gerakan percepatan tanam, gerakan pengendalian Organisne Pengganggu Tumbuhan (OPT) sebagai upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman, hingga gerakan penanganan dampak perubahan iklim (DPI).
-
Bagaimana dampak El Nino di Banten? “Berdasarkan hasil monitoring, seluruh wilayah di Provinsi Banten mulai masuk musim kemarau. Sesuai dengan prediksi kami, tahun ini akan ada fenomena El Nino dengan kondisi lemah sampai sedang, “ kata Kepala Balai Besar Wilayah II Tangsel, Hartanto.
-
Kenapa Banten kekeringan? Masuknya musim kemarau ditambah dengan adanya fenomena El Nino membuat sejumlah daerah di Provinsi Banten mengalami kekeringan.
-
Apa dampak kekeringan di Jateng? Warga Terdampak Kekeringan di Jateng Capai 9.153 Jiwa, Ini Penjelasan BPBD
-
Dimana kekeringan di Banten terjadi? Kecamatan Kasemen, Serang menjadi daerah yang cukup terdampak dari fenomena El Nino dan kekeringan. Lalu kesulitan air juga dialami warga yang tinggal di wilayah Lebak bagian selatan.
Adanya El Nino membuat para petani terancam gagal panen. Terkait hal tersebut, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kabupaten Banyumas optimistis sebagian besar tanaman padi di wilayahnya selamat dari kekeringan.
Kepala Dinpertan KP Banyumas, Jaka Budi Santosa, mengatakan bahwa untuk sementara ini luas tanaman padi yang dilaporkan mengalami gagal panen hanya sebesar 84 hektare dari total luas lahan sawah di Banyumas yang mencapai 26 ribu hektare.
Dari luas 84 hektare tersebut, 76 hektare di antaranya karena kekeringan, 6 hektare karena serangan organisme pengganggu tanaman, dan 2 hektare karena serangan hama wereng. “Kami optimistis sebagian besar tanaman padi di Banyumas dapat diselamatkan. Meskipun saat ini msih ada yang panen, bahkan ada pula yang baru tanam khususnya di sekitar kaki Gunung Slamet karena memang di sana air selalu tersedia,” ujar Jaka dikutip dari ANTARA pada Minggu (13/8).
Lebih lanjut, dia mengatakan pihaknya juga telah menggerakkan penyuluh pertanian lapangan (PPL) untuk memantau kondisi lahan pertanian khususnya sawah di masing-masing wilayah yang rawan kekeringan.
Selain itu, petugas PPL juga telah diminta untuk berkoordinasi dengan kelompok tani termasuk pemangku kepentingan lainnya dalam rangka penggunaan pompa untuk area tanaman padi yang terdampak kekeringan. "Itu hanya sebagian kecil langkah-langkah yang telah kami siapkan untuk mengantisipasi dampak kekeringan pada musim kemarau tahun 2023 yang dibarengi El Nino," kata Jaka.
Ia optimistis ketersediaan pangan di Banyumas masih mencukupi kebutuhan karena produksi padi di kabupaten pada tahun 2022 mencapai 374 ribu ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 240 ribu ton beras atau masih surplus sekitar 40 ribu ton beras. Surplus tersebut diketahui berdasarkan asumsi konsumsi beras per kapita per tahun sebanyak 111,58 kilogram. Dengan jumlah penduduk 1,77 juta jiwa, Kabupaten Banyumas membutuhkan beras sekitar 200 ribu ton per tahun, sehingga dengan jumlah produksi yang mencapai 240 ribu ton berarti masih ada surplus hingga 40 ribu ton.