Adanya AI, Menguntungkan atau Membahayakan Manusia?
Teknologi Artificial Intelligence (AI) semakin berkembang, ada dua pertanyaan besar. Membahayakan atau menguntungkan?
Teknologi Artificial Intelligence (AI) semakin berkembang, ada dua pertanyaan besar. Membahayakan atau menguntungkan?
Adanya AI, Menguntungkan atau Membahayakan Manusia?
Teknologi Artificial Intelligence (AI) kini semakin berkembang pesat. Tidak hanya digunakan untuk sekadar hal yang remeh-temeh seperti chatbot dan lain sebagainya. Namun, saat ini AI sudah masuk digunakan di dalam sektor yang paling krusial.
“Cyber-attack misalnya. Kalau kita melakukan cyber-attack hanya mengandalkan sebar virus. Tapi kita enggak tahu ujungnya di sana pakai anti virus apa. Tetapi dengan menggunakan AI kita bisa berhitung dulu tuh, dihitung secar presisi, analisa data, dan lahirlah suatu rumus yang merekomendasikan bagaimana seharusnya cyber-attack dilakukan,” ungkap Direktur Utama PT LEN Industri, Bobby Rasyidin saat podcast bareng Merdeka.com, Senin (10/6).
“Tentunya, keakuratan, daya serangnya, dan dampaknya itu jauh lebih hebat daripada hitung-hitungan manusia,” terang dia.
Bobby melanjutkan, pada dasarnya AI bukanlah barang baru. AI telah berevolusi mengikuti perkembangan zaman.
Bobby menyontohkan saat umat manusia mulai belajar menghitung secara sederhana. Dulu hitung-menghitung hanya menggunakan jari. Lalu muncul alat hitung yakni sempoa.
“Kemudian ada kalkulator. Dari kalkulator berevolusi menjadi Microsoft excel. Itu semua bisa disebut sebagai AI. Seiring perkembangan teknologi, muncul lagi supercomputer, lalu ada beyond dari supercomputer yakni kuantum computer yang tidak memiliki limitasi dalam menghitung angka,” ungkapnya.
Lantas, apakah AI di masa mendatang berbahaya bagi umat manusia? Menurut Bobby, hal itu tak perlu lagi dipertanyakan. Sebab, saat ini AI benar-benar sedang mendisrupsi manusia dalam segala bidang.
“Berapa job position atau pekerjaan manusia yang sudah digantikan AI. Berapa yang tadinya pintu tol ditungguin sama manusia, sekarang sudah ditungguin sama mesin tap. Jadi kita enggak perlu pertanyakan itu lagi,” jelas dia.
Lebih jauh, ia menyontohkan startegi peperangan sebelum adanya AI. Ketika dulu perang menggunakan senapan, mortar, hingga meriam, orang yang ahli dalam hitung-menghitung harus mempelajari dan menganalisis secara matematika bagaimana mekanisme penyerangannya.
“Fungsi inilah yang kemudian digantikan AI. Tentunya kemampuan AI dalam hal ini lebih hebat dari manusia. AI tidak pernah capek dan tidak ada takutnya,” kata dia.
Hal serupa dengan Iron Dome. Teknologi cegat rudal milik Israel ini punya kemampuan AI yang begitu canggih. Bagaimana tidak, Iron Dome bisa dengan mudah mengidentifikasi adanya serangan roket dan kemudian mencegatnya dengan meluncurkan misil.
“Pernah dengar rudal atau misil di-intercept? Ya, Iron dome. Itu kan AI semua. Itu enggak mungkin manusia yang kendalikan,” ungkap dia.
Oleh sebab itu, lanjutnya, perkembangan AI harus diatur dalam sebuah regulasi yang bisa mengatur penggunaannya. Sebagaimana diketahui, saat ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengeluarkan surat edaran mengenai etika penggunaan dan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan arifisial.
Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 9 Tahun 2023 tentang Etika Kecerdasan Artifisial yang ditandatangani tanggal 19 Desember 2023 itu memuat tiga kebijakan yaitu nilai etika, pelaksanaan nilai etika, dan tanggung jawab dalam pemanfaatan dan pengembangan kecerdasan artifisial.