Bos Facebook sebut Keberatan Tangani Krisis Misinformasi Pemilu
CEO Facebook, Mark Zuckerberg baru-baru ini mengakui tak bisa tangani krisis misinformasi pemilu sendirian.
CEO Facebook, Mark Zuckerberg baru-baru ini mengakui tak bisa tangani krisis misinformasi pemilu sendirian.
Dilansir dari The Guardian, Jumat (27/6), CEO Facebook itu memberikan pernyataannya di Aspen Ideas Festival, tepat saat membahas pertanyaan mengenai keamanan pemilu dari berbagai gangguan sebelum pemilu presiden Amerika Serikat 2020 mendatang.
-
Apa tujuan awal Mark Zuckerberg dalam membuat Facebook? Sejarah 4 Februari Hari Ulang tahun Facebook, yaitu dimulai Mark Zuckerberg ingin membuat platform chat. Bersama teman-temannya, Andrew McCollum, Eduardo Saverin, Chris Hughes, dan Dustin Moskovitz, Zuckerberg mengembangkan Facebook saat mereka masih kuliah di Universitas Harvard.
-
Di mana Mark Zuckerberg dan timnya membuat Facebook? Mereka merintis proyek ini dari sebuah kamar kos di Harvard pada tahun 2004.
-
Jam tangan mewah apa yang dikenakan Mark Zuckerberg? Menurut laporan, miliarder teknologi ini memakai jam tangan Patek Philippe Platinum in-line perpetual calendar dengan dial biru, yang harganya mencapai $141.400 atau sekitar Rp1,18 miliar.
-
Apa saja yang dicakup dalam "kompensasi lain" Mark Zuckerberg? Tahun lalu, Meta mengatakan bahwa dana keamanan tersebut bisa digunakan Zuckerberg untuk membayar “personel tambahan, peralatan, layanan, perbaikan tempat tinggal,” dan kebutuhan keamanan lainnya. Di luar dana keamanan, Zuckerberg bisa menggunakan “kompensasi lain” yang ia punya untuk “biaya yang berkaitan dengan penggunaan pesawat pribadi.”
-
Kenapa Mark Zuckerberg tertarik dengan jam tangan mewah? "Saya tidak pernah benar-benar ingin punya jam tangan. Tapi setelah melihat itu, saya merasa jam tangan itu keren," ujar Zuckerberg.
-
Bagaimana Mark Zuckerberg menjaga kerahasiaan pembangunan bunker? Ratusan pekerja yang terlibat dalam pembangunan diharuskan menandatangani NDA, sebuah perjanjian rahasia.
"Ini pertanyaan yang sangat sulit. Saya tidak berpikir perusahaan swasta seperti Facebook bisa mengatasinya sendirian," ungkap Zuckerberg.
Facebook berusaha keras untuk mengatasi penyebaran informasi menyesatkan di platformmedia sosial sebelum pemilu AS dilaksanakan.
Sebelumnya, Facebook terkena penalti sebesar USD 5 miliar atau Rp 70,8 triliun (Kurs 1 USD = Rp 14.169) dari US Federal Trade Commission (FTC), imbas dari skandal Cambridge Analytica.
Zuckerberg membahas beberapa skandal yang dihadapi Facebook selama acara dengan profesor hukum Harvard dan konsultan Facebook, Cass Sunstein. Beberapa jam setelahnya, Gedung Putih mengkritik raksasa teknologi tersebut atas dugaan bias terhadap Partai Republik.
Sang CEO juga mengatakan, dia mendorong pemerintah untuk memberlakukan peraturan yang melindungi privasi dan mencegah pengaruh asing dalam pemilu, mengutip Senate's Honest Ads Act, yang diperkenalkan oleh senator Amy Klobuchar dan John McCain pada 2017.
Undang-Undang itu melarang warga negara asing berlangganan siaran, TV kabel, atau iklan digital yang mempromosikan kandidat politik tertentu.
Pada September 2018, Facebook memperkenalkan langkah-langkah untuk mendukung Undang-Undang tersebut, termasuk mengidentifikasi dan menghapus akun palsu dan mencegah akun dari luar AS untuk membeli iklan di Facebook.
Tetap saja, Facebook menyatakan tidak bisa melakukan pengawasan informasi ini sendirian.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Athika Rahma
(mdk/faz)