BSSN Resmikan Peta Okupasi Keamanan Siber Nasional
BSSN Resmikan Peta Okupasi Keamanan Siber Nasional
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) meresmikan Peta Okupasi Keamanan Siber Nasional pada 12 Desember 2019 di Jakarta. Dimana nantinya Peta Okupasi ini akan menjadi rujukan strategis pembangunan SDM Indonesia, pembentukan ekosistem sertifikasi SDM di bidang keamanan siber, dan strategi mengatasi insiden keamanan siber nasional.
Nilai ekonomi digital Asia Tenggara tahun 2019 diperkirakan mencapai Rp1.418,7 triliun dan 40 persen diantaranya berasal dari Indonesia. Indonesia harus menjaga dan mendayagunakan potensi tersebut untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional dan mewujudkan kesejahteraan umum. "Diharapkan peta okupasi Dapat mempertegas komitmen pemerintah," tegas Hinsa Siburian selaku Kepala BSSN.
-
Kenapa negara-negara tersebut sering menjadi sasaran hacker? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Apa yang diminta oleh hacker dalam serangan ransomware di Server Pusat Data Nasional (PDN) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi membenarkan adanya serangan ransomware pada server Pusat Data Nasional (PDN). Bahkan, kata dia, pelaku meminta tebusan senilai USD 8 juta. "Iya, menurut tim (minta tebusan) USD 8 juta," kata Budi Arie kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/6).
-
Siapa saja yang melakukan serangan hacker ke negara-negara tersebut? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
Ekonomi digital sangat erat terkait keamanan siber, penyelenggaraan sistem elektronik yang aman, andal dan terpercaya, merupakan fondasi dari ekonomi digital. Guna mananggapi berbagai ancaman keamanan siber seperti mengubah emosi, sikap, tingkah laku, opini dan motivasi.
Serangan siber juga bisa melalui informasi (hoaks), manusia (cuci otak), dampak serangan (rekutmen). "Kita akan bentuk prajurit-prajurit yang mampu untuk mengamankan ruang siber karena masalah kesejahteraan ada disitu. Kalau nanti semuanya memiliki, instansi,pebisnis dibidang ekonomi digital semua yang menggunakan sistem elektronik yang tersambung dengan internet, disitu perlu pasukan untuk pengamatan. Itulah inti dari kegiatan kita hari ini," kata Hinsa.
Demi membangun fondasi ekonomi digital tersebut, BSSN juga melakukan pembangunan dan pengembangan kekuatan SDM Indonesia, diantaranya melalui perumusan peta okupasi dan standar kompetensi kerja.
"Negara ini pernah mengalami masa penderitaan selama penjajahan. Dari situasi itulah ada kesadaran dari diri kita berjuang untuk mendirikan suatu negara. Tujuan ini dituangkan dalam konstitusi kita yaitu, melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa," tutup Hinsa.
SDM bidang keamanan siber haruslah berintegritas, nasionalis, berorientasi hasil, tanggap terhadap setiap risiko keamanan, dan mampu menjadi agen-agen yang menumbuhkan security awareness di lingkungan kerjanya.
Reporter Magang: Roy Ridho
(mdk/idc)