Canggihnya Teknologi Mampu Dorong Tumbuhnya Empati
Canggihnya Teknologi Mampu Dorong Tumbuhnya Empati
Teknologi tentu memiliki fungsi untuk memudahkan manusia. Dan hal ini ternyata tak sekedar memudahkan kita dalam kehidupan sehari-hari saja, namun membantu juga untuk memperbaiki kepribadian kita.
Menurut laporan medical Daily, para ilmuwan kini menggunakan Virual Reality atau VR untuk mengembangkan rasa empati pada manusia.
-
Apa yang dimaksud dengan perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia. Teknologi telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi satu sama lain.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang diluncurkan oleh Fakultas Teknik UGM? "Tentunya pesawat tanpa awak ini bisa diaplikasikan ke banyak hal. BPBD salah satunya yang akan memanfaatkannya karena pesawat ini bisa memantau bila telah terjadi bencana, misalnya gempa bumi," kata Dekat Fakultas Teknik UGM Prof. Selo pada Rabu (3/9).
Para peneliti dari Stanford University ingin membantah mitos bahwa empati adalah sesuatu yang dimiliki seseorang, atau tidak sama sekali.
"Kami menganggap empati sebagai sesuatu yang Anda miliki atau tidak miliki. Namun banyak penelitian telah menunjukkan bahwa empati itu bukan hanya sifat semata. Empati adalah sesuatu yang bisa diraih dan naik turun sesuai situasi yang dialami," ungkap Jamil Zaki, seorang asisten profesor psikologi dan juga salah satu penulis penelitian ini.
Nah, metode yang digunakan adalah teknologi VR, di mana dalam VR yang digunakan terdapat sebuah cuplikan selama tujuh menit tentang "menjadi tunawisma." Cuplikan tersebut dikembangkan sendiri oleh para peneliti Stanford University.
"Mengambil perspektif orang lain dalam VR menghasilkan lebih banyak empati dan perilaku pro-sosial kepada orang lain secara segera, dibandingkan dengan hanya membayangkan," ungkap Fernanda Herrera, seorang peneliti yang jadi salah satu penulis utama naskah penelitian ini.
Mampu Mengubah Hidup
Terdapat relawan sebanyak 560 orang dengan rentang usia 15 hingga 88 tahun yang ikut berpartisipasi. Mereka terbagi antara membaca narasi atau menggunakan VR. Dari hasilnya, seluruh peserta yang menggunakan VR mengungkapkan ulas balik yang positif. Bahkan 20 persen dari mereka menandatangani petisi untuk mendukung perumahan terjangkau.
Tak cuma soal tentang menjadi tunawisma, beberapa adegan lain seperti keadaan sulit setelah kehilangan kerja juga ditampilkan.
Para peneliti menyebut bahwa setelah penelitian selesai, banyak sekali partisipan yang mengirim email kalau penelitian tersebut mengubah hidup mereka dan mereka ikut berpartisipasi untuk terlibat menyudahi berbagai masalah sosial.
Ingin coba?
(mdk/idc)