Cantik dan Mancung Pakai Hijab, Ini Sosok Pemenang Miss AI Pertama di Dunia
Kontes Miss AI pertama di dunia baru dilangsungkan. Modelnya bukanlah orang nyata. Namun sosoknya hanya ada di dunia maya.
Influencer yang didukung artificial intelligence (AI), Kenza Layli, dinobatkan sebagai Miss AI pertama oleh World AI Creator Awards (WAICA).
Layli, yang dibuat oleh agen pemasaran Phoenix AI perusahaan Maroko ini mengalahkan lebih dari 1.500 model virtual lainnya dalam kontes kecantikan virtual perdana.
“Saya sangat berterima kasih atas kesempatan ini untuk mewakili pencipta AI dan dengan penuh semangat mengadvokasi dampak positif dari Kecerdasan Buatan,” kata Layli dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari TechRadar, Selasa (16/7).
“Memenangkan Miss AI semakin memotivasi saya untuk melanjutkan pekerjaan saya dalam memajukan teknologi AI. AI bukan sekadar alat, namun merupakan kekuatan transformatif yang dapat mengganggu industri, menantang norma, dan menciptakan peluang yang sebelumnya tidak ada,” tambah dia.
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Kapan Miss Universe pertama kali diadakan? Miss Universe diadakan untuk pertama kalinya pada tahun 1952 di Long Beach, California, Amerika Serikat.
-
Di mana Miss Universe pertama kali diadakan? Miss Universe diadakan untuk pertama kalinya pada tahun 1952 di Long Beach, California, Amerika Serikat.
-
Siapa saja yang mengikuti kontes Miss Universe? Ajang ini diikuti para perempuan paling cantik, cerdas, dan berbakat dari seluruh dunia.
-
Siapa pemenang Miss Universe Indonesia-Bali 2023? Dalam perhelatan bergengsi tersebut, Putu Chelsea Ivana Maida berhasil meraih gelar kehormatan sebagai Miss Universe Indonesia-Bali yang pertama.
-
Siapa yang menjadi Miss Universe 2017? Demi-Leigh Nel-Peters berhasil memenangkan gelar Miss Universe pada 2017.
Kenza Layli mungkin tidak nyata, tetapi dia memiliki lebih dari 200.000 pengikut Instagram.
Selain konten bersponsor, persona digital Layli juga mempromosikan pemberdayaan perempuan dan pelestarian lingkungan.
Kontennya sering kali menyoroti budaya dan teknologi modern Maroko, dengan konten dalam tujuh bahasa.
Kontes kecantikan Miss AI mengevaluasi peserta digital dalam hal estetika, pengaruh online, dan kemahiran teknis.
Para juri, termasuk dua influencer AI, pendiri media Andrew Bloch dan sejarawan kontes kecantikan Sally-Ann Fawcett, memberikan poin untuk setiap kategori.
Kompetisi Miss AI menarik berbagai influencer virtual untuk menampilkan kepribadian mereka yang dihasilkan oleh AI. Lalina Valina yang berbasis di Prancis berada di urutan kedua, dan Olivia C dari Portugal di urutan ketiga.
WAICA membagikan total hadiah sekitar USD20.000 atau Rp 323 juta kepada para pemenang.
Atas kemenangannya, Layli, atau lebih tepatnya, Phoenix AI dan CEO Meriam Bessa, menerima hadiah utama sebesar USD5.000 atau Rp 80 juta bersama dengan PR dan layanan lainnya dari Fanvue, yang bermitra dengan WAICA untuk mengadakan kontes tersebut.
Munculnya influencer AI seperti Kenza Layli menandai perubahan signifikan dalam cara digital berinteraksi dengan audiens.
Berbeda dengan influencer manusia, model AI menawarkan keterlibatan yang disesuaikan sepanjang waktu dan dapat beradaptasi dengan perubahan tren.
Seiring kemajuan teknologi AI, batas antara manusia dan pemberi pengaruh AI kemungkinan akan semakin kabur.
Kemenangan Layli menjadi preseden bagi para influencer AI di masa depan, dan acara seperti kontes Miss AI akan meluas dan kemungkinan akan terus mendorong batas-batas kontes tersebut.