Cara Mudah Kenali Konten Hoaks, Sudah Tahu?
Cara Mudah Kenali Konten Hoaks, Sudah Tahu?
Di era media sosial di mana informasi sangat mudah diakses, kita justru tenggalam dalam ironi di mana kita terlalu percaya terhadap sesuatu yang dipaparkan untuk kita di berbagai platform tersebut.
Hoaks pun sangat mudah untuk muncul di dunia maya. Bagaimana tidak, hoaks sisa membuat sebuah informasi terlihat lebih menarik untuk dibaca.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Bantuan sosial apa yang dikatakan sebagai hoaks? Itu hoaks dan tidak benar, kami di lembaga BP2MI tidak pernah mengeluarkan program bantuan sosial kepada Pekerja Migran Indonesia seperti informasi yang beredar," kata Wahyuningrum atau yang akrab disapa Yayuk, dikutip dari situs bp2mi.go.id, Senin (4/12).
-
Bagaimana cara Kominfo menangani isu hoaks? Tim AIS Kementerian Kominfo telah melakukan pemutusan akses atas konten yang teridentifikasi sebagai isu hoaks.
-
Apa yang Soeharto katakan tentang berita hoaks yang mengarah ke Tapos? Memberitakan dengan tujuan negatif, karena mereka tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari Tapos ini," jelas Soeharto dikutip dari akun Instagram @jejaksoeharto. Karena memikirkan ini peternakan dari Presiden, padahal bukan peternakan Presiden, ini sebenarnya punya anak-anak saya yang saya mbonceng untuk mengadakan riset dan penelitian," kata Soeharto menambahkan.
-
Siapa yang diklaim sebagai tersangka yang dilepaskan dalam berita hoaks? Berita yang beredar mengenai kepolisian yang membebaskan tersangka pembunuhan Vina Cirebon bernama Pegi karena salah tangkap adalah berita bohong.
-
Mengapa video di Youtube yang menampilkan Erick Thohir dan DPR RI dikatakan Hoaks? Dari awal hingga akhir video tidak ada pembahasan soal Erick Thohir dan DPR sepakat untuk membongkar kasus-kasus dari Presiden jOkowi. Sehingga narasi tersebut adalah hoaks dan tidak dapat dibuktikan.
Namun jangan khawatir karena sesungguhnya 'penyakit' hoaks ini bisa dicek faktanya hanya dengan satu dua langkah saja. Kita hanya perlu sedikit 'skeptis' untuk tidak langsung percaya semua konten yang disuguhkan pada kita.
Berikut ada beberapa cara untuk mencari tahu apakah sebuah kabar termasuk hoax atau bukan. Berikut ulasannya!
Pola Pikir yang Harus Ditanam Untuk Tak Mudah Percaya
Anda perlu sadar bila hoax adalah kabar palsu yang sengaja disebar untuk membuat kehebohan publik. Kehebohan ini biasanya memberikan keuntungan bagi si penyebarnya. Jadi, percaya hoaks, berarti menguntungkan orang lain dan merugikan Anda.
Hoax bisa berupa email, pesan broadcast, hingga SMS. Saat ini, hoax banyak ditemukan di sosial media, terutama Facebook. Banyak artikel hoaks yang sengaja dipasang untuk mengelabuhi publik dan mendapat Like semata.
Hoaks biasanya diawali kata-kata sugestif dan heboh. Bahkan, ada beberapa hoax yang cukup provokatif dan menyebabkan masalah di masyarakat. Contohnya 'Awas, virus mematikan menyebar di Indonesia', 'Sebar kabar ini segera, jika tidak...'
Kerapkali, sebuah hoaks ditandai dengan headline yang menyebut kontennya, 'bukan hoaks'. Contohnya, "Bukan Hoaks, Asteroid Akan Hantam Bumi Minggu Depan!"
Bawa Nama Perusahaan Besar, Namun Tak Ada di Media
Isi hoax kerap mencatut nama-nama ilmuwan atau lembaga terkenal. Hal ini penting, sebab nama-nama populer dan berpengaruh bisa membuat hoax lebih mudah dipercaya. 'NASA Sebut Antartika Akan Mencair dan Bumi Akan Tenggelam!'
Berita hoaks terdengar mustahil terjadi, sehingga kerap disertai hasil penelitian palsu. Sekali lagi, penelitian ini hanya dibuat-buat atau merekayasa hasil sehingga nampak 'wow' dan membuat penasaran publik.
Hoaks tidak muncul di media-media massa dan hanya diketahui lewat pesan berantai. Media massa atau online yang terpercaya biasanya sudah terbiasa menyaring berita-berita hoaks.
Jadi, bila kabar heboh yang Anda terima tidak muncul di media, besar kemungkinan kabar itu palsu. Tidak jarang media justru mengklarifikasi adanya kabar hoaks.
Penjudulan
Kalimat hoax banyak ditulis dengan huruf kapital dan tanda seru. Penggunaan huruf kapital bisa merangsang pembaca untuk fokus dan lebih mudah mengingat.
Pada hoaks berupa artikel panjang, penggunaan huruf kapital membantu pembaca agar tidak mudah bosan.
Hal ini sebenarnya sudah jadi budaya dalam penjudulan konten di YouTube. Namun Anda harus berhati-hati jika menemukan ini di forward-an artikel di group WhatsApp, Facebook, atau media sosial lainnya.
(mdk/idc)