Cari barang di e-commerce lewat mobile, bayar pakai desktop
Cari barang di e-commerce lewat mobile, bayar pakai desktop. Istilah itu biasa disebut dengan conversion rate. Conversion rate ini boleh dibilang salah satu tolok ukur kesuksesan e-commerce.
Belakangan ini perusahaan-perusahaan e-commerce bermunculan. Membawa pilihan dan layanan yang beragam kepada masyarakat di negeri ini. Pelan tapi pasti, trafik kunjungan masyarakat ke situs e-commerce mulai melambung.
Satu sisi berkah, di sisi lain juga harus menghasilkan keuntungan. Maksudnya, pengunjung situs tak hanya melihat-lihat barang yang dijual, melainkan juga melakukan transaksi.
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Bagaimana cara kerja e-commerce dalam mengelola sistem pembayaran? Pada marketplace, sistem pembayaran dan pengiriman sudah diatur hingga tuntas tanpa melibatkan penjual ataupun pembeli. Namun, pada e-commerce tentu saja semuanya harus dijalankan secara independen. Mulai dari sistem pembayaran yang dipilih hingga metode pengiriman yang digunakan.
-
Siapa yang melakukan riset tentang kepuasan berbelanja online di e-commerce? Melihat situasi pasar digital di awal tahun 2024 yang terus bergerak mengikuti perkembangan kebutuhan dan preferensi masyarakat, IPSOS melakukan riset dengan tajuk ”Pengalaman dan Kepuasan Belanja Online di E-commerce”.
-
Apa saja tanda-tanda yang menunjukkan bahwa sebuah ulasan produk di e-commerce adalah palsu? Ulasan produk palsu biasanya ditulis dalam bentuk singkat, tidak jelas, dan tidak menjelaskan detail kegunaan produk yang dijual. Hal ini terlihat dari kalimat yang biasa dipakai yaitu “saya akan merekomendasikan” dan “produk ini sangatlah hebat.” Pertanda lain dari ulasan palsu adalah adanya antusiasme yang berlebih dan hiperbola dalam menjelaskan suatu produk yang dibeli. Biasanya hal ini terjadi pada peralatan dapur atau barang elektronik. Selain itu, tanda ulasan palsu lainnya adalah biasanya reviewer ini berasal dari orang yang tidak tinggal di negara tersebut.
-
Apa yang menjadi faktor utama Shopee unggul dalam kepuasan berbelanja online? Keunggulan Shopee dalam tingkat kepuasan, didukung oleh data, dimana Shopee (62%) menjadi pilihan pertama untuk direkomendasikan oleh konsumen kepada kerabat dekatnya, diikuti oleh Tokopedia (46%), TikTok Shop (42%), dan Lazada (36%).
-
Kapan biasanya review palsu sering muncul di platform e-commerce? Menjelang perayaan tertentu biasanya tersedia penawaran khusus atau bahkan diskon besar-besaran. Namun, dalam hal ini biasanya ada beberapa kecurangan yang terjadi di dalamnya, khususnya pada kolom ulasan pembeli.
Istilah itu biasa disebut dengan conversion rate. Conversion rate ini boleh dibilang salah satu tolok ukur kesuksesan e-commerce. Lantas, bagaimana keadaan itu di e-commerce Indonesia? Berdasarkan data iPrice Group terbaru, rata-rata conversion rate di republik ini lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Filipina.
"Conversion rate di Indonesia 10 persen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata di negara Asia Tenggara. Angka itu sama dengan di Singapura," kata Senior Content Marketer iPrice Group, Andrew Prasetya, saat acara diskusi tentang e-commerce Indonesia di Jakarta, Selasa (30/1).
Data itu juga memaparkan perbandingan jauh antara conversion rate yang terjadi di mobile dan desktop. Sebagaimana diketahui, jumlah trafik yang diakses menggunakan mobile saat ini tengah mengalami kenaikan. Pemain e-commerce di negeri ini pun mengakui perubahan itu. Menariknya adalah ternyata jumlah conversion rate yang terjadi antara dua perangkat berbeda.
"Justru masyarakat Indonesia lebih suka melakukan transaksi daring melalui desktop dibanding mobile. Angka conversion rate-nya sekitar 150 persen lebih tinggi desktop daripada di mobile phone," jelasnya.
Hal itu berarti mengindikasi bahwa orang Indonesia masih menyukai transaksi melalui desktop dibandingkan mobile phone. Menurut Andre, itu bisa saja terjadi karena preferensi masyarakat negeri ini.
"Mungkin masyarakat Indonesia lebih senang saat browsing menggunakan mobile. Tetapi giliran bertransaksi mereka lebih menyukai menggunakan desktop," ungkapnya.
Meski begitu, menurut Elisa Suteja, Senior Analyst East Venture, ke depan harapannya masyarakat negeri ini bisa melakukan transaksi menggunakan mobile aplikasi. Diakuinya untuk menuju ke arah itu, memang membutuhkan waktu yang lama. Terlebih, e-commerce Indonesia termasuk masih baru.
(mdk/ega)