ChatGPT Teknologi AI Berpisau Mata Dua
ChatGPT Teknologi AI Bagai Pisau Bermata Dua
Teknologi AI Bagai Pisau Bermata Dua
ChatGPT
Kehadiran Teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan besutan perusahaan startup Open AI yang didirikan sekelompok ilmuwan dan pengusaha, termasuk Elon Musk, kian masif.
Lantas bagaimana dampak kehadiran dari Chat GPT, chatbot pintar berbasis kecerdasan buatan AI terhadap industri media?
-
Apa alasan Suriah melarang penggunaan ChatGPT? Singkatnya, kebijakan ini diambil Suriah untuk melindungi warganya dari risiko buruk yang bisa terjadi dari ChatGPT.
-
Apa yang membuat fitur ChatGPT viral di media sosial? Percakapan dalam unggahan tersebut tentunya sangat menarik perhatian warga net karena merasa ChatGPT sangat berguna dan jawaban yang diberikan juga sangat mengiris hati seolah memang benar bahwa yang menjawab adalah Ibu dari pemilik akun.
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Kenapa banyak orang ingin mencoba berbincang dengan orang yang sudah meninggal lewat ChatGPT? Dampaknya, banyak orang yang menuliskan dalam kolom komentar bahwa mereka ingin mencoba hal yang serupa yaitu memulai obrolan dengan seseorang yang mereka rindukan namun sudah tiada.
-
Apa yang digambarkan oleh AI dalam postingan Reddit tersebut? Berikut adalah gambar yang dihasilkan AI membuat kostum DC Universe versi low budget. Ada yang berandai-andai bagaimana jadinya karakter-karakter film Hollywood dibuat di Bollywood.
-
Mengapa para peneliti memilih AI ChatGPT untuk uji coba lelucon? Perintah yang sama kemudian diberikan ke ChatGPT, yang menghasilkan 20 respons berbeda untuk setiap tugas.
Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut memandang kehadiran ChatGPT memiliki plus minus apabila media khususnya pekerjaan mengadopsi kecanggihan dari AI.
"Artinya bahwa dari sisi publisher jurnalis pasti ada isu apakah ChatGPT aman dari sisi etik, moralitas, dan yuridis dan sejenisnya, pasti ada pertanyaannya seperti itu. Tapi dari sisi bisnis orang bisa bilang ini menghemat banyak, bisa menambah jumlah volume,"
Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut
Dengan dua gambaran garis besar plus minus dari kehadiran ChatGPT, Wenseslaus memandang industri media bisa secara bijak melakukan langkah hybrid. Yakni melimitasi beberapa sektor pekerjaan yang bisa memakai AI dan sektor lain tetap mempertahankan dikerjakan secara manual.
"Nah saya kira industri publisher bisa memakai secara bijak dengan melimitasi hybrid tidak murni tapi di-hybrid. Kedua, hybrid pun bisa delimitasi di konteks-konteks yang low risk regulasi, etik dan moralitas,"
Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut
Wenseslaus menganalogikan kemajuan teknologi AI ChatGPT ibaratkan pisau bermata dua bagi industri media. Karena, pekerjaan media, khususnya jurnalis harus tetap memiliki perasaan dari manusia.
Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut
"Ada plus dan minusnya, pisau bermata dua. (Jurnalis) tak akan pernah tergantikan karena unsur mendefinisikan kepentingan publik meraba perasaan publik itu kan membutuhkan manusia. Tidak bisa dikerjakan si mesin, menganalisis, lagi-lagi media itu membutuhkan independensi,"
Wenseslaus menegaskan jurnalis harus bisa menjalankan tugas tersebut. Ketika sikap independen dipandang berbeda dengan netral yang masih bisa dijangkau AI.
Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut
"Karena kalau netral itu si A bilang hujan si B bilang kering, tapi si media menulis dua-duanya. Kata si A hujan dan si B kering. Nah independen itu dia keluar langsung mengecek memastikan hujan atau kering itulah independen, bukan netral,"