Chip SIM Card lokal sudah bisa diproduksi, tapi...
Sylvia Sumarlin: Indonesia itu sudah bisa bikin. Tapi, operator yang kasih harga terlalu rendah.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), menyarankan kepada operator seluler untuk menggunakan SIM Card buatan lokal. Tujuannya, agar lebih aman dari tindakan penyadapan.
Tentu saja, saran pemerintah itu ditanggapi oleh pegiat industri telekomunikasi. Misalnya CEO Indosat, Alexander Rusli. Pihaknya menyambut baik saran dari pemerintah itu, namun menurutnya yang perlu diperhatikan adalah chip dari SIM Card tersebut, apakah sudah bisa diproduksi di Indonesia.
"Permasalahannya itu kan chipnya. Chip di lokal itu belum ada, yang ada itu manufaktur kartu, itu juga masih dari luar negeri juga," ungkapnya beberapa waktu yang lalu.
Namun, berbeda hal dengan pendapat Founder dan CEO Xirka Silicon Technology, Sylvia Sumarlin. Menurutnya, Indonesia sudah bisa buat chip sendiri dari tangan anak-anak bangsa. Masalahnya, kata dia, harga yang ditawarkan operator terlalu rendah sehingga sulit dari sisi bisnisnya.
"Indonesia itu sudah bisa bikin. Tapi, operator yang kasih harga terlalu rendah. Di luar negeri itu, harga SIM Card bisa mencapai 5-6 kali lipat lebih tinggi dari harga yang ditawarkan di Indonesia. Bahkan, ada yang sampai 10 kali lipat. Tapi, di Indonesia ditenderkan harganya ditekan rendah sama principal mereka," paparnya di Jakarta, (26/3).
Menurutnya, hal itu jelas merugikan pihaknya jika operator seluler memberikan harga lebih rendah. "Sekarang begini, mereka (operator seluler) bikin miliaran unit SIM Card di luar negeri, sementara di Indonesia hanya bikin ratusan juta unit. Sementara untuk harganya, mereka inginkan harga sesuai dengan produksi miliaran unit itu," jelasnya.
Oleh sebab itu, perusahaan besutannya ini menjual SIM Card nya di luar negeri demi tercukupinya biaya operasional. "Mau diapain juga, kalau operator seluler masih bersikeras dengan harga itu, tidak akan bisa tercapai keinginan menggunakan SIM Card lokal," tandasnya.
Soal kualitas dan keamanan, mantan Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2006-2009 ini berani menjamin tak kalah hebat dari luar negeri dan lebih aman.
"Sama kualitasnya. Kalau kualitas kita jelek, gak mungkin dipakai di negara lain. Dan sudah pasti secure," tutupnya.
Baca juga:
Indosat dukung pengajuan PK mantan bos IM2
XL setuju perpindahan kanal frekuensi 4G 1800 Mhz secara direct
JK setuju mantan bos IM2 ajukan PK
Calon anggota BRTI 2015-2018 lolos seleksi administrasi diumumkan!
Solusi XCloud Usahawan 1.0, sudah bisa dinikmati di Yogyakarta
-
Apa yang diteliti oleh APJII? Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis survei penetrasi internet Indonesia 2024. Hasil surveinya itu menunjukan jumlah pengguna internet mencapai 221 juta dari 278 juta jiwa penduduk negeri ini. Praktis, tingkat penetrasi pengguna internet di Indonesia telah mencapai 79.5 persen dari total populasi.
-
Mengapa industri telekomunikasi di Indonesia terus berkembang? Pada tahun 2021, sektor informasi dan komunikasi menyumbang sekitar Rp 748,75 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
-
Kenapa APJII menjalin kerja sama dengan Starlink? Tujuannya untuk pemerataan akses internet di Indonesia. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan PT Starlink Services Indonesia (Starlink) resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MoU). Mou ini bertujuan meningkatkan akses internet di seluruh Indonesia.
-
Apa saja yang tercakup dalam kerja sama APJII dan Starlink? Konkret dari MoU ini adalah Starlink terhubung dengan Indonesia Internet Exchange (IIX). Dengan demikian, ini memberikan dorongan positif untuk meningkatkan konektivitas dan lalu lintas data di dalam negeri.
-
Bagaimana APJII dan Starlink bekerja sama untuk meningkatkan kualitas internet? Dengan mengintegrasikan layanan Starlink dengan infrastruktur yang sudah ada, bisnis ISP lokal dapat memperluas jangkauan dan meningkatkan kualitas layanan mereka. "Sementara Starlink juga dapat memanfaatkan jaringan yang sudah terbangun untuk mencapai lebih banyak pengguna di seluruh Indonesia," tambah dia.
-
Apa fokus investasi Telkom di AIPF? Telkom menampilkan fokus investasinya di tiga area utama, yakni konektivitas, platform, dan layanan digital.