Dapat kucuran dana dari Ardent Capital, e-commerce ini siap 'tempur'
E-commerce ini menyediakan ribuan produk dari ratusan pedagang pengadaan suplai dan jasa kebutuhan bisnis
Ardent Capital nampaknya semakin gencar meluncurkan situs e-commerce. Setelah Moxy, mereka mengumumkan telah meluncurkan salah satu e-commerce marketplace pertama di Indonesia yang mengusung konsep Business To Business (B2B), dengan memberikan investasi sebesar USD 2,5 juta kepada Bizzy.co.id.
Bizzy.co.id diklaim menjadi solusi untuk masalah yang dihadapi oleh banyak perusahaan dalam proses pengadaan suplai dan jasa kebutuhan bisnis. Portal ini menyediakan ribuan produk dari ratusan pedagang dengan lima kategori utama, yaitu Office Supplies, Electronics, Cleaning, Pantry dan Services.
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Siapa yang melakukan riset tentang kepuasan berbelanja online di e-commerce? Melihat situasi pasar digital di awal tahun 2024 yang terus bergerak mengikuti perkembangan kebutuhan dan preferensi masyarakat, IPSOS melakukan riset dengan tajuk ”Pengalaman dan Kepuasan Belanja Online di E-commerce”.
-
Kenapa Hari Jomblo di Tiongkok menjadi Hari Belanja Online? Seperti halnya Hari Valentine di Amerika Serikat yang dianut oleh Hallmark, Hari Jomblo di Tiongkok juga dikooptasi oleh raksasa e-commerce Alibaba pada tahun 2009 dan diubah menjadi hari belanja online besar-besaran.
-
Siapa yang membangun bisnis melalui marketplace? Selain itu, penjual bisa secara independen membangun bisnisnya melalui fasilitas yang ada di platform ini.
-
Kenapa Jack Ma memulai bisnis e-commerce? Berkat kesabarannya, Ma bersama rekannya memberanikan diri untuk memulai bisnis di bidang e-commerce pada tahun 1999 silam.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
"Secara global, e-commerce B2B telah mendapat perhatian yang besar. Di Korea, 91% dari penjualan melalui ecommerce merupakan transaksi B2B, sedangkan di Indonesia jenis ecommerce ini masih dalam tahap berkembang sehingga memiliki peluang yang sangat luas. Hanya terdapat 11% dari semua usaha bisnis startup di Indonesia yang berfokus di B2B", ujar Adrian Vanzyl, investor sekaligus CEO dari Ardent Capital dalam siaran pers yang diterima Merdeka.com, Senin (06/07).
Masih sedikitnya startup e-commerce yang terjun di bisnis B2B ini lantaran kurangnya inovasi dalam hal pengadaan suplai dan jasa kebutuhan bisnis. Hal itu diungkapkan oleh CEO & Co-Founder Bizzy.co.id, Peter Goldsworthy.
Melalui riset pasar, Bizzy.co.id menemukan banyaknya pemasok dan distributor yang mengalami kesulitan dalam mencapai dan melayani secara langsung kepada pelanggan B2B mereka.
"Pemasok berusaha memenuhi kebutuhan bisnis dengan maksimal. Rumitnya proses pembelian sangat tidak efisien dan sering kali bermasalah di proses akhir transaksi," jelas Peter.
Bizzy.co.id membantu kemudahan dalam memenuhi kebutuhan logistik pelanggan bisnis B2B secara online, dan mengintegrasikan pengiriman dari beberapa pemasok yang dikenal dengan sebutan "Crossdocking" melalui mitranya, aCommerce.
Sekadar informasi, Ardent Capital merupakan sebuah perusahaan penanam modal untuk perusahaan teknologi tahap awal di Asia Tenggara. Berfokus pada ecommerce, Ardent mendanai startup di bidang fulfillment, retail, demand generation, payment gateways dan juga startup ecommerce lainnya. Ardent juga terbuka untuk berinvestasi di sektor lain. Saat ini, Ardent fokus di negara Thailand, Indonesia, Hong Kong, Filipina, Vietnam, Malaysia dan Singapura.
(mdk/bbo)