Digitalisasi Aksara Lontara, PANDI Bermitra dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara
Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) meneken nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara di Jakarta, kemarin (5/11). Aksara Lontara dikenal sebagai aksara Bugis, aksara Bugis-Makassar, atau aksara Lontara Baru.
Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) meneken nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara di Jakarta, kemarin (5/11).
Aksara Lontara dikenal sebagai aksara Bugis, aksara Bugis-Makassar, atau aksara Lontara Baru. Aksara tersebut biasa digunakan sebagai sarana mengekspresikan bahasa Bugis dan Makassar dalam bentuk tulisan, juga merupakan salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Sulawesi Selatan.
-
Bagaimana PANDI ingin memperkuat identitas digital Indonesia? Oleh karenanya, PANDI juga tengah merancang Identitas digital berbasis Blockchain bekerjasama dengan instansi pemerintahan terkait.
-
Kenapa internet cepat penting? Internet yang cepat dapat membantu berbagai hal dalam hidup seseorang, mulai dari hal rekreasi hingga dalam bidang profesi.
-
Siapa yang menguasai internet di Indonesia? “Ada peningkatan sebesar 1,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Muhammad Arif, Ketua Umum APJII. Menariknya, dari jumlah tersebut, pengguna internet didominasi oleh satu kelompok saja. Maksud dari kelompok ini adalah orang-orang dengan rentang usia tertentu yang “menguasai” jagad internet Tanah Air. Siapa mereka? Menurut survey itu, terdapat enam kelompok dengan rentang usia bermacam-macam. Dari kelompok generasi itu, Gen Z adalah orang-orang yang menguasai jagad internet di Indonesia.
-
Kapan website menjadi penting? Dalam era digital yang terus berkembang, keberadaan website menjadi suatu hal yang tak terelakkan dalam kehidupan sehari-hari.
-
Apa pengertian website? Pengertian website adalah lokasi pusat halaman web yang saling terhubung dan diakses dengan mengunjungi halaman rumah dari website menggunakan browser.
-
Bagaimana internet berkembang dan menjadi global? ARPANET pertama kali terhubung hanya empat komputer di empat universitas di Amerika Serikat. Namun, seiring berjalannya waktu, jaringan ini tumbuh pesat. Pada tahun 1983, protokol TCP/IP diperkenalkan, yang memungkinkan jaringan komputer yang berbeda untuk berkomunikasi satu sama lain, membuka pintu bagi pertumbuhan internet global.
Yudho Giri Sucahyo, Ketua PANDI, menjelaskan penandatanganan MoU ini merupakan lanjutan dari program PANDI bertajuk "Merajut Nusantara Melalui Digitalisasi Aksara".
Kerja sama antara PANDI dan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara akan fokus pada pelestarian aksara yang diimplementasikan dalam bentuk kompetisi pembuatan website berkonten aksara Lontara, yang diselenggarakan akhir tahun ini.
"Kegiatan ini diharapkan bisa memperkenalkan kembali dan melestarikan bagian dari budaya asli Indonesia. Kami sangat senang untuk bisa bekerja sama dengan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara dalam rangka melanjutkan pelestarian aksara daerah," ujar Yudho dalam keterangan persnya, Kamis (5/11).
Andi Alifian Mallarangeng, Wakil Dewan Pembina Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara, menyambut baik kerja sama tersebut. Aksara Lontara sebenarnya merupakan aksara nusantara pertama yang terdaftar di Unicode, yang diupayakan bersama pada tahun 1990-an silam.
"Hanya belum diresmikan penggunaannya secara luas. Dari MoU kami dengan PANDI saat ini, saya sangat bersemangat untuk kembali bersama-sama melestarikan aksara Lontara," kata mantan menteri pemuda dan olahraga era Presiden SBY tersebut.
Mewujudkan Mimpi Lama
Hal senada juga diungkapkan oleh Prof Nurhayati Rahman, Ketua Dewan Pembina Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara, yang juga filolog aksara Lontara.
Dia mengungkapkan bahwa digitalisasi aksara yang diupayakan PANDI merupakan satu hal yang dicita-citakannya sejak dulu dan berharap bisa tetap lestari.
"Ini adalah mimpi sejak lama, huruf Lontara nantinya bisa diketik dan dilihat langsung di perangkat elektronik seperti laptop dan ponsel. Namun, dalam perkembangannya harus tetap menggunakan huruf aslinya, karena akan mengubah sejarah dari huruf Lontara itu sendiri,” ujar Nurhayati yang juga Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanudin Makassar.
Sementara itu, Andi Sitti Aisyah, Ketua Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara, menambahkan kerja sama kali ini sangat penting demi keberlangsungan aksara Lontara di masa mendatang.
"Ini (kerja sama) bisa menjadi self defense atau pertahanan diri sebagai anak bangsa untuk menghadapi gempuran budaya dari luar," ujarnya.