Electrees, 'pohon' penyerap polusi dan penerang jalan kreasi kampus
Purwarupa itu disebut bisa menyerap partikel CO2 dan zat lain dalam jumlah besar.
Kebakaran hutan di beberapa daerah di Indonesia berdampak pada timbulnya kabut asap dan polusi udara. Bahkan, hal itu juga mencemari udara beberapa negara tetangga.
Berkaca dari kejadian itu, sekelompok mahasiswa Universitas Brawijaya terinspirasi membikin alat penyerap polusi. Mereka menamakannya pohon elektrik atau Electrees (Electronic Trees). Lima mahasiswa Fakultas Teknik membuat purwarupa alat bertenaga surya, berfungsi menyerap polusi udara menggunakan silika aerogel.
Alata itu dibangun oleh Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) didanai Kemenristek Dikti. Mereka terdiri dari Muhammad Fatahillah (Teknik Elektro), Hasan (Teknik Elektro), Rosihan Arby Harahap (Teknik Elektro), Lutfiyatul Maftukhah (Teknik Industri), dan Hafiz Tandiyanto Putra (Teknik Kimia).
"Prinsip kerja alat ini terdiri dari dua sistem. Sistem pertama adalah sistem fotosintesis untuk menghasilkan energi listrik secara mandiri. Sedangkan yang kedua adalah sistem respirasi yang berfungsi mengisap polusi udara berupa CO2 ataupun CO," kata Muhammad Fatahillah, Ketua Tim penemu Electrees di Universitas Brawijaya, Senin (6/6).
Sistem fotosintesis terdiri dari panel surya berfungsi mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Energi listrik ini kemudian menjadi sumber tenaga perangkat itu. Daya keluaran dihasilkan oleh alat ini sebesar kurang lebih 30 Watt. Electrees juga dilengkapi dengan lampu yang berfungsi sebagai penerangan di malam hari.
Sistem kedua, yakni sistem respirasi, terdiri dari silika aerogel berbentuk butiran (granul). Fungsinya menyerap dan mengendapkan karbondioksida serta zat lainnya, dan membiarkan udara bebas keluar melewatinya.
"Silika aerogel mempunyai kapasitas penyerapan 1,2 gram CO2 per gadsorbent. Dibanding zat lain yang berfungsi serupa seperti karbon aktif dan zeolit, silika aerogel lebih besar daya serapnya. Sedangkan prototipe Electrees memiliki 500 gram silika aerogel," kata Hafiz, anggota tim yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem respirasi perangkat.
Kelebihan lain alat itu adalah, ketika silika aerogel telah menyerap CO2 sampai titik jenuh, maka pengguna hanya perlu memanaskan kembali dan siap dipakai lagi.
Saat ini, tim sedang bekerja keras mengembangkan sistem pelacak perangkat supaya energi ditangkap dari sinar matahari lebih efektif. Mereka optimis dalam waktu dekat sistem itu dapat difungsikan.
Jadi, nantinya alat itu akan otomatis mengikuti arah sinar matahari. Ketika pagi alat itu akan menghadap timur, lalu mengikuti matahari sampai sore. Ketika sore, posisinya akan lurus menghadap ke atas. Ketika tegak lurus, lampu akan menyala selama satu malam.
Pengembangan purwarupa Electrees, sejauh ini telah menghabiskan dana Rp 4 juta. Untuk aplikasi di lapangan kemungkinan dibutuhkan ukuran perangkat lebih besar lagi.
Tim bimbingan Ir. Nurusa'adah, MT ini berharap bisa bekerjasama dengan pemerintah, dan mengaplikasikan Electrees di jalan raya atau pusat industri buat mengurangi kadar polusi udara, di samping sebagai penerangan jalan raya.
"Terlebih dengan melimpahnya kendaraan bermotor. Saat ini bisa dipastikan polusi udara di kota-kota besar khususnya, semakin meningkat," kata anggota tim, Lutfiyatul.