Elon Musk Diancam Hacker Buka Akses Satelit Starlink di Negara Ini
Para hacker sudah meretas X khusus di 12 negara. Dua jam X di negara itu tak bisa diakses.
Para hacker sudah meretas X khusus di 12 negara. Dua jam X di negara itu tak bisa diakses.
Elon Musk Diancam Hacker Buka Akses Satelit Starlink di Negara Ini
Kelompok peretas bernama Anonymous Sudan melakukan hacking pada aplikasi Twitter alias X terhadap 12 negara untuk menekan Elon Musk agar meluncurkan layanan Starlink di negaranya.
Dikutip BBC, pada Selasa pagi, (29/08), kelompok Anonymous Sudan melakukan serangan siber yang mengakibatkan aplikasi X tidak aktif selama lebih dari 2 jam di 12 negara.
Dampaknya, dari penyerangan yang dilakukan oleh kelompok ini menyebabkan ribuan akun pengguna aplikasi yang dulunya dikenal sebagai Twitter ini berubah menjadi offline.
- Elon Musk Sempat Mau Beri Bantuan Internet ke Gaza Pakai Satelit Starlink, Tapi Keburu Dicegat Israel
- Perusahaan Punya Elon Musk Ini Lagi Cari Relawan Tanam Chip di Otak, Begini Syaratnya
- Starlink Milik Elon Musk Ingin Layani Langsung Pelanggan di Indonesia, Ini Kata Kominfo
- Terkuak Ternyata Ini Alasan Elon Musk Luncurkan Puluhan Ribu Satelit Starlink
Diketahui motif dari kasus peretasan ini merupakan desakan agar negara Sudan bisa mendapatkan akses internet dengan lancar. Melansir dari laman BBC, Jumat, (01/09), menjelaskan bahwa jenis serangan yang digunakan oleh kelompok Anonymous Sudan merupakan serangan Distributed Denial of Service (DDoS).
Serangan DDoS ini juga selain untuk mendapatkan internet yang lancar, ternyata peretasan ini juga bertujuan untuk menekan Elon Musk agar membuka layanan Starlink di Sudan.
Salah satu anggota kelompok peretas bernama Hofa, menjelaskan bahwa serangan DDos ini juga bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa perang saudara di Sudan ini menyusahkan warga negaranya untuk mendapatkan akses internet dengan mudah.
Hacker Sudan Jago
Anonymous Sudan walaupun hacker dari negara konflik, ternyata keahliannya dalam serangan hacking sudah banyak membuat kekacauan di dunia siber.
Pada bulan Januari lalu kelompok ini berhasil melakukan serangan terhadap puluhan organisasi dan website pemerintahan di Perancis, Nigeria, Israel, dan Amerika.
Bahkan, selama sebulan terakhir geng peretas ini baru saja melakukan serangan kepada Kenya karena dianggap terlalu ikut campur dalam urusan internal pemerintah Sudan.
Penyerangan tersebut dilakukan dengan cara mengacaukan portal eCitizen yang digunakan masyarakat Sudan untuk mengakses lebih dari 5.000 layanan pemerintah.
Saking banyaknya serangan siber ke berbagai negara yang dilakukan oleh kelompok Anonymous Sudan ini menimbulkan dugaan bahwa sebenarnya mereka adalah bagian dari unit militer siber Rusia yang sedang menyamar menjadi kelompok peretas asing.
Dugaan tersebut muncul sebab Anonymous Sudan secara online memberikan dukungan kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin dan banyak lagi serangan-serangan lainnya yang memiliki kesamaan motif dengan kelompok hacker dari Rusia.
Namun mereka membantah tudingan itu dengan membagikan lokasi melalui aplikasi Telegram dan foto paspor dalam tangkapan layar sebagai bukti bahwa mereka memang berasal dari Sudan.
Hal tersebut diperiksa kembali oleh keamanan siber Intel Cocktail dan hasilnya memperlihatkan tidak ada tanda-tanda kebohongan dari bukti-bukti tersebut.
Sebab mereka bertujuan untuk membuktikan bahwa masyarakat Sudan walaupun terbelakang dan memiliki kemampuan terbatas, ternyata memiliki keterampilan yang baik di berbagai bidang.