FBI Pasang Tampang Hacker Buronan Dunia, Mayoritas Berwajah Asia dan Timur Tengah
Data ini berdasarkan keterangan publik dari Federal Bureau of Investigation (FBI).
Data ini berdasarkan keterangan publik dari Federal Bureau of Investigation (FBI).
FBI Pasang Tampang Hacker Buronan Dunia, Mayoritas Berwajah Asia dan Timur Tengah
Serangan siber di dunia maya bukanlah lagi barang baru untuk saat ini. Sebab, semakin berkembang dan canggihnya teknologi sekarang menjadikan banyak orang dengan mudahnya mempelajari, serta mencari celah dari sebuah kecanggihan tersebut untuk keuntungan pribadi.
Mengutip laman resmi Federal Bureau of Investigation (FBI), Sabtu, (2/12), diperkirakan terdapat lebih dari 100 kasus kejahatan siber dan peretasan yang terjadi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2023. Pelaku dari kejahatan ini dilakukan oleh sejumlah oknum dari berbagai negara Barat dan Timur Tengah.
Banyaknya kasus ini menjadi kekhawatiran tersendiri, sebab masih banyak hacker dan kelompok peretas lainnya yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya. Karena keberadaan mereka masih belum ditemui, FBI akhirnya memuat nama mereka di dalam website resminya.
Bukan hanya itu, beberapa diantaranya juga dilakukan sejumlah sayembara dengan hadiah ribuan sampai jutaan dolar USD, bagi siapa saja yang mengetahui keberadaan sang buronan.
FBI Mengejar Hacker
Baik hacker yang telah ditangkap maupun masih menjadi buronan FBI berasal dari berbagai negara, namun pelaku tindak kejahatan siber ini didominasi oleh orang-orang yang berasal dari negara Timur Tengah.
Berdasarkan website resmi FBI, Iran menjadi negara dengan pelaku hacker terbanyak yang diburu oleh FBI.
Kasus kejahatan yang mereka lakukan adalah meretas situs pemerintahan atau bahkan pemerasan terhadap berbagai organisasi.
Sebagai contoh, kedua hacker asal Iran ini merupakan buronan yang paling dicari oleh FBI sampai saat ini. Amir Hossein Nickaein Ravari, merupakan hacker buronan asal Iran yang telah merusak jaringan komputer di Amerika dan beberapa negara lainnya. Hal tersebut ia lakukan untuk memeras dan mendapatkan uang dari korban peretasan.
Kemudian ada Minh Quốc Nguyễn. Seorang hacker yang paling diburu FBI di tahun ini. Ia merupakan seorang bergelar doktor yang berasal Vietnam.
Kasusnya adalah dugaan keterlibatan langsung dalam pencurian identitas dan aktivitas pencucian uang untuk lebih mengaburkan dan memfasilitasi fungsi layanan ChipMixer.
Melalui tindakan ini, Nguyễn diduga memfasilitasi pencucian Bitcoin senilai sekitar USD3 miliar.
Sayembara Jutaan Dollar
Saking sulitnya mencari keberadaan buronan yang tidak diketahui keberadaanya, pihak FBI melakukan sebuah sayembara bagi siapapun yang berhasil menemukan keberadaan tawanannya.
Kasus kejahatan siber yang dilakukan oleh Amir Hossein Nickaein Ravari membuatnya menjadi seorang hacker yang paling diburu oleh FBI.
Namun, karena ia memiliki berbagai nama inisial mulai dari Amir Hossein Nickaeen, dan Amir Nikayin, membuatnya mempunyai banyak identitas di lingkungan sosial.