Lika-liku Perjalanan Bisnis Lee Byung-Chul Pendiri Samsung, Dulunya Bukan Perusahaan Teknologi
Lee Byung-Chul tidak langsung begitu saja mendirikan perusahaan teknologi Samsung. Tapi ia berjuang keras menciptakan peluang lain.
Lee Byung-chul, pendiri Samsung, lahir pada 12 Februari 1910, di tengah masa sulit ketika Korea berada di bawah kekuasaan kolonial Jepang. Meskipun berasal dari keluarga kaya, jalan hidup Lee tidak pernah mudah.
Ia dibesarkan di lingkungan di mana menuntut keberanian lebih dari sekedar kekayaan. Ia tempuh pendidikan di Gyeonggi Commercial High School dan lanjut di Universitas Waseda, Jepang, namun gagal ia selesaikan gelarnya.
-
Apa alasan Song Hye Kyo menolak Lee Byung Hun? Kepada Ypnews, Lee Byung Hun menyebut kalau Song Hye Kyo menolak dinikahi pada 2004 untuk fokus ke kariernya.
-
Siapa saja pasangan dari aktor Lee Byung Hun? Meskipun sudah sama-sama move on, Lee Byung Hun dan Song Hye Kyo sempat menjadi pasangan paling banyak dibicarakan di 2004.
-
Apa saja produk yang akan diluncurkan Samsung malam ini? Mengutip PhoneArena, Rabu (10/7), Samsung kali ini meluncurkan beragam penawaran, mulai dari ponsel lipat dan jam tangan pintar hingga cincin pintar dan earbud.
-
Kenapa Lee Byung Hun disebut sebagai aktor Korea Selatan yang dihormati? Lee Byung Hun adalah salah satu aktor Korea Selatan yang paling dihormati baik di dalam maupun luar negeri.Ia telah membintangi banyak film dan drama Korea yang populer dan berkualitas.
-
Kenapa Samsung tertarik mengembangkan tablet dan laptop lipat? Pengembangan teknologi lipat pada tablet dan laptop Samsung juga terinspirasi dari smartphone Fold Series yang berhasil laris dipasaran.
-
Siapa yang mengatakan bahwa Samsung akan memperluas fitur Galaxy AI? Lo Khing Seng, Head of MX Business Samsung Electronics Indonesia mengatakan pihaknya memiliki visi besar dalam memperluas penggunaan Galaxy AI di kehidupan sehari-hari konsumennya.
Meski begitu pendidikan yang dijalani tetap memberikan sebuah bekal untuk memahami perdagangan. Sekembalinya dari Jepang, ia mendirikan sebuah perusahaan dagang kecil bernama "Samsung Sahoe" yang berarti "tiga bintang" melambangkan ambisinya untuk memiliki usaha yang bersinar.
Namun, meskipun lahir dari keluarga berada, Lee tetap merasakan getirnya kegagalan. Perang Korea di tahun 1950 menghancurkan bisnisnya yang baru saja dimulai, ia hampir kehilangan seluruh usahanya. Pada titik itulah, Lee hanya memiliki dua pilihan, menyerah atau bangkit menyusun puing kehancuran.
Meski keadaan tidak berpihak padanya, Lee memilih untuk terus maju. Ia tidak hanya sekedar membangun kembali perusahaannya, tetapi memperluas jangkauan perusahaan. Pada tahun 1954, ia mendirikan Cheil Jedang, perusahaan pengolahan makanan, dan dari sana ia mulai mendiversifikasi usahanya ke sektor tekstil, pembuatan kapal, hingga konstruksi.
Lee mendapatkan titik balik terbesar dalam hidupnya yang terjadi di tahun 1970-an, ketika Samsung memasuki industri teknologi dengan didirikannya Samsung Electronics. Dari awal yang sederhana, memproduksi televisi hitam putih untuk pasar domestik, Lee membawa Samsung terbang jauh menuju industri yang lebih maju. Di balik semua pencapaiannya, Lee menghadapi tekanan besar sebagai seorang pengusaha di masa yang penuh ketidakpastian.
Setiap langkah yang ia ambil adalah pertaruhan, dan tidak sedikit pengorbanan yang telah dilakukan. Pada 1980-an, Lee mengambil keputusan berani dengan menginvestasikan besar-besaran pada penelitian dan pengembangan. Keputusan ini membawa Samsung pada jalan yang pertama, dunia semikonduktor, yang menjadikannya salah satu pemain utama di industri teknologi global.
Lee tidak hanya memiliki mimpi tentang bisnis yang besar dan bersinar, tetapi juga yang akan membawa teknologi masa depan ke kehidupan manusia. Kesuksesan Lee tidak hanya diukur dari bisnis semata. Ia juga seorang yang peduli pada pendidikan dan filantropi. Pada tahun 1965, Lee mendirikan Yayasan Samsung sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaannya.
Ia juga memberikan Yayasan Beasiswa Samsung, yang telah mendukung ribuan mahasiswa dengan beasiswa pendidikan tinggi, memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk mengejar impian mereka. Lee yakin bahwa pengembangan pendidikan adalah pembangunan untuk masa depan.
Ketika Lee akhirnya menyerahkan kendali Samsung kepada putranya, Lee Kun-hee, ia tidak hanya menyerahkan sebuah perusahaan, tetapi juga sebuah visi besar. Bagi Lee, Samsung adalah warisan yang harus dijaga dan dikembangkan. Putra yang ia percaya membawa perusahaan melejit ke tingkat yang lebih tinggi, terutama dalam inovasi ponsel yang ikonik, yang kita kenal dengan Samsung Galaxy.
Lee Byung-chul wafat pada 19 November 1987 di usia 77 tahun, Ia diduga wafat akibat kanker paru-paru. Meski ia sudah tiada, Lee Byung-chul tetap dikenang sebagai seorang yang tidak hanya membangun perusahaan besar, tetapi juga membentuk masa depan dan dunia melalui inovasi teknologinya.
Warisannya tetap hidup dalam setiap inovasi yang dihasilkan Samsung, dan menjadi sebuah bukti nyata bahwa satu visi besar dapat mengubah dunia. Dunia menghargai mereka yang berani bermimpi besar.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia