Masyarakat Indonesia Mulai Ketakutan Pekerjaannya Digusur AI
Ini merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Populix terhadap masyarakat Indonesia.
Populix menemukan ada kekhawatiran terhadap keamanan pekerjaan, menjadi salah satu dari empat isu utama yang dikhawatirkan masyarakat di tahun 2025. Ini lantaran berkembangnya teknologi artificial intelligence (AI). Pekerjaan mereka takut digantikan mesin.
“Mereka merasa tertekan untuk beradaptasi dengan pekerjaan yang lebih mengutamakan fleksibilitas ketimbang stabilitas. Hal ini disebabkan meningkatnya pekerjaan serabutan, pekerjaan kontrak, dan PHK yang membuat banyak orang merasa kurang kendali. Ditambah dengan adanya AI,” jelas VP of Research Populix, Indah Tanip.
- Survei Populix: Khawatirnya 62% Responden Pekerjaan Bakal Tergusur Kecanggihan AI
- AI Bisa Lebih Licik dari Manusia, Ini Daftar Kebohongan yang Pernah Dilakukan
- Riset Populix: 73% Pekerja Pernah Alami Perlakuan Tak Menyenangkan, Diskriminasi Hingga Pelecehan Seksual
- Terjadi Kemacetan di Jalan, Aksi Pemberani Pria Hadang Pengendara Ingin Serobot Jalan Ini Viral
Dalam keterangan resminya, Jumat (13/12), Indah mengatakan sekitar 62% responden pun sepakat mereka merasa terancam akan kehilangan pekerjaan karena digantikan teknologi AI.
“Ada lima alasan utama yang mendasari kekhawatiran ini. Dimulai dari ketakutan digantikan dengan mesin yang lebih baik, akurat, dan terjangkau (72%) juga kesulitan bersaing dengan mesin yang mampu bekerja 24/7 tanpa lelah (62%). Kemudian 60% responden merasa perkembangan AI yang terlalu canggih bisa menjadi ancaman bagi manusia,” ungkap dia.
Hadirnya AI juga dinilai dapat meningkatkan kemiskinan, ketidaksetaraan, dan ketidakstabilan sosial (52%). Faktor kemiskinan didasari oleh ketakutan kehilangan pekerjaan, sedangkan perihal ketidaksetaraan disebabkan hadirnya biaya langganan untuk akses ke versi AI yang lebih mutakhir, yang tentunya tidak dimiliki oleh semua orang.
“Hal ini ditegaskan oleh alasan terakhir, yaitu ketidakmampuan untuk bersaing maupun bekerja berdampingan dengan AI karena kurangnya skill, yang diungkapkan oleh 46% responden,” ujar dia.
Laporan Navigating Economic and Security Challenges in 2025 disusun dengan menggabungkan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Dimulai dengan enam mini focus group discussion (FGD) untuk menggali tren dan isu secara mendalam.
Lalu dilanjutkan survei kepada 1.190 responden dari seluruh Indonesia untuk memvalidasi temuan dan menentukan tren, sepanjang Agustus hingga September 2024. Jumlah peserta survei seimbang antara laki-laki dan perempuan, dan meliputi kalangan menengah ke atas.
Selain isu keamanan pekerjaan, laporan ini mengungkap tiga isu utama lainnya, yaitu: keamanan siber (67%), keamanan kesehatan (49%), dan dampak ekonomi digital (47%).