Orang Indonesia suka metode pembayaran online yang tak ribet
Orang Indonesia suka metode pembayaran online yang tak ribet. sejatinya masyarakat Indonesia suka berbelanja. Namun ketika dihadapkan dengan belanja online, terkadang mereka masih kebingungan dalam metode pembayarannya.
Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Samuel Abrijani Pangerapan mengatakan, sejatinya masyarakat Indonesia suka berbelanja. Namun ketika dihadapkan dengan belanja online, terkadang mereka masih kebingungan dalam metode pembayarannya. Dia pun meyakini jika di kemudian hari sudah ditemukan metode pembayaran yang cocok untuk budaya di Indonesia, maka transaksi dari belanja online otomatis akan jauh semakin meningkat.
Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) ini bercerita saat awal mula ring back tone (RBT) booming. Semua orang pesimis terutama para pemegang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atas lagu itu. Mereka khawatir jika orang Indonesia tak mau membayar biaya dari RBT tersebut. Namun, kekhawatiran itu dia patahkan setelah ada data dari industri RBT yang menyatakan orang-orang Indonesia mau membayar biaya RBT.
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Siapa yang melakukan riset tentang kepuasan berbelanja online di e-commerce? Melihat situasi pasar digital di awal tahun 2024 yang terus bergerak mengikuti perkembangan kebutuhan dan preferensi masyarakat, IPSOS melakukan riset dengan tajuk ”Pengalaman dan Kepuasan Belanja Online di E-commerce”.
-
Bagaimana cara kerja e-commerce dalam mengelola sistem pembayaran? Pada marketplace, sistem pembayaran dan pengiriman sudah diatur hingga tuntas tanpa melibatkan penjual ataupun pembeli. Namun, pada e-commerce tentu saja semuanya harus dijalankan secara independen. Mulai dari sistem pembayaran yang dipilih hingga metode pengiriman yang digunakan.
-
Apa saja tanda-tanda yang menunjukkan bahwa sebuah ulasan produk di e-commerce adalah palsu? Ulasan produk palsu biasanya ditulis dalam bentuk singkat, tidak jelas, dan tidak menjelaskan detail kegunaan produk yang dijual. Hal ini terlihat dari kalimat yang biasa dipakai yaitu “saya akan merekomendasikan” dan “produk ini sangatlah hebat.” Pertanda lain dari ulasan palsu adalah adanya antusiasme yang berlebih dan hiperbola dalam menjelaskan suatu produk yang dibeli. Biasanya hal ini terjadi pada peralatan dapur atau barang elektronik. Selain itu, tanda ulasan palsu lainnya adalah biasanya reviewer ini berasal dari orang yang tidak tinggal di negara tersebut.
-
Kapan biasanya review palsu sering muncul di platform e-commerce? Menjelang perayaan tertentu biasanya tersedia penawaran khusus atau bahkan diskon besar-besaran. Namun, dalam hal ini biasanya ada beberapa kecurangan yang terjadi di dalamnya, khususnya pada kolom ulasan pembeli.
-
Mengapa program afiliasi menjadi semakin penting bagi platform e-commerce? Astrid Williadry, Director Snapcart Indonesia mengatakan kehadiran program afiliasi dapat dikatakan sebagai salah satu strategi ampuh para pemain e-commerce, karena secara tidak langsung membantu trafik kunjungan ke platform e-commerce itu sendiri.
"Ingat gak kalau dulu kita pernah beli RBT? Waktu itu saya pernah berargumentasi dengan para pemegang HKI lagu-lagu. Mereka menganggap bahwa orang Indonesia kalau beli lagu gak mau bayar dan inginnya download gratisan. Saya patahkan hal itu dengan membuka data industri RBT. Ternyata kan orang Indonesia mau bayar kok," jelasnya kepada awak media saat ditemui di acara Indonesia Internet Expo & Summit (IIXS) 2016 di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (22/11).
"Ini artinya, orang Indonesia mau bayar asal dengan metode pembayaran yang gampang. Kalau RBT itu kan model pembayarannya bisa potong pulsa juga. Jadi memang kebanyakan orang Indonesia gak suka yang ribet," tambah pria yang akrab disapa Semmy itu.
Oleh sebab itu, dilanjutkannya, metode pembayaran yang pas bagi masyarakat Indonesia ke depannya mutlak dipikirkan. Dia pun tak menutup kemungkinan manakala Financial Technology (FinTech) bisa menjadi alat pembayaran yang cocok untuk orang Indonesia. Di sisi lain, pemerintah juga menargetkan akan meningkatkan menjadi 75 persen orang dewasa (usia 15 tahun ke atas) memiliki rekening di bank pada tahun 2020. Saat ini dikatakannya baru mencapai 36 persen.
"Nanti ketika sudah mencapai 75 persen peluang akan semakin besar. Transaksi-transaksi akan terjadi secara online,” terangnya.
Meski masih ada kendala dalam soal metode pembayaran belanja online, Semmy mengungkapkan optimis jika target transaksi e-commerce USD 130 miliar pada tahun 2020 bisa tercapai. Bahkan dia menyebutkan akan melebihi target yang telah ditentukan. Dia beralasan
Melihat kondisi seperti ini, perusahaan riset IDC justru tak sependapat. Berdasarkan hasil riset terbarunya, memperkirakan jika target yang ditentukan tak bisa tercapai. Pasalnya, sampai akhir tahun 2016 diproyeksikan transaksi e-commerce di Indonesia baru menyentuh angka USD 651,7 juta. Maka dari itu, pada tahun 2020 nilai transaksi e-commerce hanya mampu meraih USD 1,8 miliar.
Baca juga:
Dirjen Aptika: e-commerce tahun 2020 bakal lebihi target transaksi
Peserta Harbolnas 2016 naik 35 persen dari tahun lalu
Jualan di OLX, gratis jalan-jalan plus jajan ke Singapura
Sambangi Jokowi, bos Plug and Play diminta bangun perusahaan di RI
84 persen pelanggan puas berbelanja di Elevenia