PANDI dan Pegiat Aksara Nusantara Respons Pernyataan AM Hendropriyono tentang Aksara
Menurut guru besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara ini, sebagai bangsa, Indonesia perlu memiliki aksara nusantara agar lebih dapat memahami dan mendalami karakter Indonesia. Dia membandingkan Indonesia dengan negara-negara lain yang memiliki aksaranya tersendiri, seperti Cina, Korea, Bulgaria, Thailand, dan Rusia.
Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) dan Komunitas Pegiat Aksara Nusantara menyambut positif pernyataan AM Hendropriyono soal perlunya aksara nusantara bagi bangsa Indonesia.
Heru Nugroho, Wakil Ketua Bidang Pemasaran, Pengembangan Usaha dan Kerjasama PANDI, mengatakan selama ini Komunitas Aksara Nusantara sangat aktif membantu PANDI menjalankan program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN.
-
Apa saja jenis pantun bahasa Sunda? Pantun merupakan sebuah karya sastra lama yang terikat oleh aturan jumlah bait, baris dan rima akhir. Di Indonesia sendiri, pantun cukup beragam. Terutama dalam hal bahasa. Hal ini karena disesuaikan dengan daerah masing-masing. Salah satunya adalah pantun bahasa Sunda.
-
Kapan Ajeng Kamaratih belajar bahasa asing? Mantan finalis Miss Indonesia, pembaca berita, dan presenter televisi, Ajeng Kamaratih hobi belajar bahasa asing.
-
Apa saja karakteristik pantun bahasa Jawa? Sama halnya dengan aturan pantun pada umumnya, parikan atau pantun bahasa Jawa juga memiliki dua hingga empat bait. Perbedaannya adalah pantun atau parikan sering kali bertemakan hiburan.
-
Apa makna dari "Pancasila" dalam bahasa Sansekerta? Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “panca” yang berarti lima dan “sila” yang memiliki arti prinsip atau dasar.
-
Kenapa siswa SDN Ambon belajar di lantai? Tidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran. Sebuah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Serang, Banten, tampak memprihatinkan. Puluhan siswa di sana terpaksa melakukan kegiatan belajar mengajar di lantai karena tak ada meja dan kursi.
-
Kapan makam Ki Pandanaran dipindah? Konon sebelum dipindah ke daerah Mugas, makam Ki Pandanaran berada di Bergota. Makam itu kemudian dipindah sekitar tahun 1980.
Program ini fokus dengan aktivitas digitalisasi aksara nusantara sejak akhir 2019 silam. Dan kini PANDI berfokus pada pengajuan Internationalize Domain Name (IDN) berekstensi Jawa dan Bali.
“Upaya pelestarian dan pengenalan aksara nusantara sudah sering dilakukan oleh komunitas pegiat Aksara Nusantara sejak lama. Hingga pada akhirnya ikut membantu dalam program MIMDAN hingga saat ini. Bahkan sudah ada yang mendirikan yayasan untuk meneruskan digitalisasi aksara tersebut,” ujar Heru dalam rilisnya, Rabu (22/3).
Sebelumnya dalam diskusi di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), AM Hendropriyono menyatakan penting bagi Indonesia memiliki aksara Nusantara.
Menurut guru besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara ini, sebagai bangsa, Indonesia perlu memiliki aksara nusantara agar lebih dapat memahami dan mendalami karakter Indonesia. Dia membandingkan Indonesia dengan negara-negara lain yang memiliki aksaranya tersendiri, seperti Cina, Korea, Bulgaria, Thailand, dan Rusia.
“Kalau kita punya aksara tersendiri, baru kita bisa berdiri sama tinggi dan sama rendah dengan bangsa lain. Selain itu, Indonesia akan maju dan menggali kemandirian serta kesejatianya,” kata Hendropriyono.
Pegiat aksara Jawa, Setya Amrih Prasaja, mengaku apa yang disampaikan AM Hendropriyono merupakan terobosan. Ini momentum untuk dijadikan tonggak kesadaran peradaban bangsa Indonesia.
“Ini sangat baik, sehingga menjadi momentum kita mengenal nenek moyang bangsa ini bukanlah orang-orang buta aksara. Harapannya, siapa pun nanti diamanati untuk mengerjakan isu aksara ini benar-benar bisa membuat kajian yang mendalam sehingga bangsa ini memiliki aksara nusantara, aksara yang hadir sebagai aksara penyatu, bukan aksara yang hanya terkesan dibuat tambal sulam,” kata Setya yang juga Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Hal serupa juga diungkapkan Amelya, Ketua Yayasan Budaya Nusantara Digital (YBND).
"Saya bahagia mendengar aksara nusantara disinggung di ranah pemerintahan, semoga ini bisa menjadi jalan agar bisa mengenalkan Aksara Nusantara ke masyarakat luas melalui digitalisasi. Semoga ini bukan hanya sekedar retorika saja, melainkan ada tindak lanjut ke depannya dari stakeholder terkait,” imbuhnya.
Jadi Aksara Pemersatu
©2020 Merdeka.com
Perwakilan pegiat Aksara Bali, Dewa Ayu Carma Citrawati mengungkapkan, sangat penting bagi sebuah negara seperti Indonesia yang memiliki warisan aksara di setiap daerah memiliki aksara pemersatu.
"Ini akan memberikan angin segar kepada para pegiat aksara, generasi muda untuk lebih 'urati' terhadap aksara," katanya.
Kepala Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen Medan, Manguji Nababan menyambut postif dan mendukung pernyataan AM Hendropriono tentang pentingnya Indonesia memiliki aksara nusantara.
"Bentuk fon aksaranya bisa diformulasi dari aksara-aksara etnik yang sudah ada. Dengan memiliki aksara tersendiri, Bangsa Indonesia akan semakin bermartabat di hadapan bangsa lain," kata pegiat Aksara Batak tersebut.
Perwakilan dari pegiat Aksara Sunda, Salsa Valentina mengatakan pernyataan AM Hendropriyono itu sangat beralasan. Menilik sejarah aksara di nusantara sudah ada sejak abad 4 seiring dengan ditemukannya prasasti dan naskah kuno peninggalan kejayaan kerajaan masa lalu.
"Bukan tidak mungkin jika masyarakat pengguna aksara nusantara yang sudah terstandar unicode, bisa dijadikan aksara nusantara, salah satunya bisa dipilih menjadi aksara persatuan. Saya akan mendukung sepenuhnya jika ada aksara persatuan Indonesia," pungkasnya.